Pembalasan Dendam Sang Tumbal
"Pertahankan kecepatanmu, jangan terburu-buru!" instruksi Pelatih Pram, seraya menyerahkan botol berisi air putih, saat keduanya tiba di arena pertandingan.
"Perkuat posisi kuda-kuda, kalian berdua memiliki teknik yang istimewa dengan kemampuan seimbang. Di daerah asalnya, dia bahkan mampu menang telak hanya dalam beberapa menit sejak ronde dimulai. Hati-hati, kalian memiliki kecepatan dan ketepatan yang sama," imbuh pelatih itu, dengan harapan besar, atletnya akan pulang membawa kemenangan.
Melati mengangguk, "Baik, Pak!" sahutnya, seraya melakukan pemanasan. Beberapa gerakan stretching dan squat jump ringan dilakukannya untuk melemaskan otot-otot tubuhnya.
Pak Pramono memperhatikan dengan seksama, memastikan bahwa Melati siap untuk pertandingan yang akan menentukan nasibnya untuk bertanding di tingkat nasional.
"Melati, kamu tahu bahwa lawanmu, Layla, adalah atlet yang tangguh dan berpengalaman. Dia memiliki teknik yang baik dan kecepatan yang luar biasa. Tapi percayalah, kamu bisa mengalahkan dia jika kamu fokus dan menggunakan strategi yang tepat," ucap Pak Pramono lagi dengan nada yang penuh keyakinan.
Melati mengangguk lagi, dia tahu bahwa dia harus memberikan yang terbaik jika ingin menang. Dia melakukan beberapa gerakan pemanasan lagi, mempersiapkan diri untuk pertandingan yang akan segera dimulai. Dengan napas yang dalam dan fokus yang kuat, Melati siap untuk menghadapi Layla dan menunjukkan kemampuannya.
Pertandingan pun dimulai, ronde pertama berjalan begitu sengit dan seimbang. Melati dan Layla bertarung dengan gigih, masing-masing tidak mau kalah. Bola pingpong meluncur dengan cepat, dipukul dengan teknik yang sempurna. Suara pukulan bola yang keras dan memantul tajam di meja, terdengar memenuhi ruangan, membuat penonton terhibur.
Melati fokus pada permainan, menggunakan strategi yang telah diajarkan oleh Pak Pramono. Dia berusaha untuk mengantisipasi setiap gerakan Layla, memprediksi arah bola dan memukulnya lagi dengan tepat. Layla juga tidak mau kalah, dia memiliki teknik yang baik dan kecepatan yang luar biasa.
Skor masih imbang, 5-5. Melati dan Layla terus bertarung, masing-masing berusaha untuk memenangkan round pertama. Pertarungan yang sengit ini akan terus berlanjut hingga salah satu dari mereka mencapai skor 11.
"Wah, sangat seru, jika begini terus, pertandingan bisa berlangsung sampai malam, tinggal nunggu siapa yang akan kehabisan tenaga lebih dulu," komentar salah satu penonton.
"Kita harus membantu menyemangati Layla, dia wakil dari daerah kita, dia harus menang dan bertanding di tingkat nasional!" sahut kubu yang lainnya.
"Kemampuan mereka seimbang, siapapun yang menang, dialah yang terbaik!" sahut yang lain lagi.
Pertandingan benar-benar membosankan, karena giliran bola-bola panjang berlangsung lama, hingga tiga ronde pun berakhir dengan skor seri.
Para penyelenggara pun akhirnya berunding dan memutuskan mengambil ronde tambahan.
"Kita ambil jeda untuk beristirahat, pertandingan akan kembali dilangsungkan sepuluh menit lagi!" seru sang pemimpin tim penyelenggara.
Semua atlet menepi, berkumpul dengan tim mereka masing-masing untuk membahas strategi setelah saling membaca pergerakan, kelebihan dan kekurangan lawan.
Hingga akhirnya peluit pun kembali terdengar, tandanya sepuluh menit waktu beristirahat telah usai. Melati berjalan kembali memasuki arena pertandingan, diikuti Pak Pramono mengamati dari sisi meja dengan jarak aman.
Namun hingga satu menit berlalu, lawan Melati, yaitu Layla belum terlihat.
Kemudian, salah satu tim dari Layla berlari menuju ke meja panitia. Tampak sesuatu yang serius telah terjadi.
"Apa yang terjadi, Pak?" tanya Mela terlihat khawatir.
"Entahlah, kita tunggu saja pengumuman dari panitia," sahut Pak Pramono dengan santai, matanya tak lepas dari layar ponsel. Sepertinya ia pun tengah sibuk mengetik dan membaca pesan dengan seseorang.
Melati duduk sedikit cemas, hingga terdengar cuitan nyaring dari beberapa penonton.
"Hah? Lawan mainnya kenapa? Kok bisa?"
Informasi samar itu masuk ke telinga Mela, lalu gadis itu menaikan pendengarannya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
"Entah, aku cuma dengar tadi di deket toilet, katanya seseorang menemukan mayat Layla di salah satu toilet!" terang penonton lain.
"Loh, kok bisa?"
"Tunggu aja, pasti sebentar lagi akan ada pengumuman resminya!"
Melati terkejut mendengar informasi itu, "Apa? Layla ditemukan meninggal di toilet?" tanyanya pada Pak Pramono, yang masih sibuk dengan ponselnya.
Pak Pramono mengangkat kepala, "Belum tahu pasti, Mela. Kita tunggu saja pengumuman resmi dari panitia."
Tiba-tiba, pengeras suara dipantulkan ke seluruh ruangan, "Maaf atas keterlambatan respon. Kami memiliki pengumuman penting!" seru petugas itu dengan mikrofon tergenggam erat di tangannya, sedangkan Melati menanti dengan jantung yang berdebar tak tenang.
"Pertandingan antara Melati dan Layla terpaksa dibatalkan karena Layla ditemukan meninggal di salah satu toilet di kompleks ini. Polisi sedang melakukan penyelidikan dan kami akan memberikan informasi lebih lanjut jika sudah tersedia."
Suasana di arena pertandingan menjadi semakin tegang, dan kacau. Penonton mulai berbicara dengan suara yang lebih keras, dan beberapa di antaranya terlihat khawatir.
Melati pun merasa tidak percaya, "Bagaimana ini bisa terjadi? Kita baru saja akan memulai ronde tambahan!" serunya dengan suara yang mulai bergetar.
Pak Pramono berdiri dan memegang bahu Melati, "Jangan khawatir, Mela. Kita tunggu saja informasi lebih lanjut." Tapi Melati tidak bisa menghilangkan perasaan tidak enak, rasanya ada sesuatu yang tidak beres.
Melati mengibaskan bahunya, 'Ti-tidak! Ini tidak boleh terjadi! Layla!' pekiknya dalam hati, lalu berlari cepat menuju ke toilet.
Pak Pramono terkejut dengan sikap Melati, lalu segera mengejar atlet dibawah naungan timnya itu.
"Mela, tunggu! Jangan pergi ke sana!" teriaknya, tapi Melati tidak menghiraukannya. Gadis itu terus berlari menuju ke toilet, jantungnya berdegup kencang dengan pikiran yang berputar-putar.
Ketika Melati tiba di toilet, dia melihat beberapa orang berkumpul di depan salah satu pintu toilet. Ada polisi dan petugas keamanan. Melati mencoba untuk menerobos, tapi dia dicegah oleh salah satu petugas.
"Maaf, Anda tidak bisa masuk ke sini," kata petugas itu dengan nada yang tegas. Melati memandang tajam pada petugas itu seolah ingin melawan, "Saya harus tahu apa yang terjadi! Saya kenal Layla!"
Pak Pramono akhirnya berhasil mengejar Melati dan memegang bahu atletnya itu, "Mela, jangan khawatir. Polisi sedang melakukan penyelidikan. Kita tunggu saja informasi lebih lanjut." Tapi Melati masih terlihat khawatir dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Layla! Dia kenapa?! Jelaskan tolong!" tangis Melati pun pecah saat pak Pramono menarik tubuhnya untuk menjauh dari tempat itu.
...****************...
Bersambung.
Selamat datang para pembaca, akhirnya karya selanjutnya rilis juga, kali ini kita coba pakai alur maju, yang akan sedikit membosankan di awal. Semoga ketegangan akan naik perlahan dan kalian suka.
Ingat! Ini hanya karya karangan hasil melamun author, yang artinya, jika ada kesamaan nama tokoh atau tempat, peristiwa, dan beberapa hal lainnya, itu hanya kebetulan yang sengaja dibetul-betulakan, selebihnya suka-suka kalian😅.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
aku mampir ya... pertamak...
ada yang baru nih....@Ai Emy Ningrum @💜⃞⃟𝓛 𝒚𝒚𝒌☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•
2025-10-05
3
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕
mbk ning @Ai Emy Ningrum
2025-10-05
3
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
denger berita duka ko nyantai gitu 😏
2025-10-05
1