NovelToon NovelToon
Menanti Cinta Sang Letnan

Menanti Cinta Sang Letnan

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Menikahi tentara
Popularitas:103.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hasna_Ramarta

FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.

Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.

Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.

Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?

Yuk kepoin.

Semoga banyak yang suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Lagi-lagi Kecewa

     Langit malam menggantung kelabu di atas kota. Hujan tipis menetes dari atap rumah keluarga besar Daka, menambah sepi yang kian menusuk.

     Di ruang tamu, Kaffa duduk terpaku menatap layar ponselnya. Berulang kali dia berusaha mencari informasi tentang Davira, tapi nihil.

Meski demikian, Kaffa tidak menyerah. Ada keyakinan yang menancap dalam-dalam di dadanya, bahwa Davira masih di kota ini. Ia yakin, setelah beberapa hari yang lalu pernah melihatnya menaiki angkot. Sayangnya angkot itu sudah melaju dengan cepat sehingga kepergian Davira tidak sempat ia susul.

     "Davira, muncullah. Aku menunggumu. Aku akan terus mencarimu. Aku tahu kamu berada tidak jauh dari kota ini. Tapi, kenapa begitu sulitnya kamu ditemukan?" bisiknya lirih. Matanya merah, bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena rindu yang kian menggebu.

     Kaffa menatap wajah cantik berbalut hijab segitiga. Dadanya bergemuruh, ada gejolak cinta yang menyala ketika ia melihat senyum tulus dari bibir Davira.

     "Ternyata kamu sangat cantik dan tulus Davira. Tapi, kenapa kamu pergi disaat aku belum mendapat penjelasanmu? Kamu harus kembali, harus," batinnya penuh tekad.

     Sementara itu, di ruang makan, Bu Daisy duduk sambil menggenggam cangkir teh yang sudah dingin. Wajahnya pucat, matanya sembab. "Mama merasa kosong, Pah," ucapnya pelan.

     Pak Daka yang duduk di seberangnya menghela napas panjang. "Kita juga kehilangannya, Ma, bukan cuma Mama. Davira itu bukan sekadar menantu. Dia sudah seperti anak kita sendiri. Kepergiannya meninggalkan ruang yang tak bisa tergantikan."

     Bu Daisy menunduk, air matanya jatuh tanpa bisa dibendung. "Mama sering terbangun malam-malam, berharap mendengar suara pintu kamar dibuka, berharap dia pulang. Tapi, yang ada hanya sunyi. Kamu tahu, Pah, rasanya seperti kehilangan putri kandung sendiri."

     Bu Daisy mengungkapkan perasaannya yang kini melanda. Ia merasa kepergian Davira kian hari semakin membuatnya sedih dan khawatir.

     Pak Daka menepuk lembut punggung istrinya. "Kaffa pasti juga merasa hal yang sama. Lihatlah, matanya tiap hari kosong. Ia tidak lagi bersemangat, seolah setengah jiwanya hilang. Tapi papa percaya, kalau memang jodoh, takdir akan mempertemukan mereka kembali." Pak Daka mencoba terus menghibur sang istri.

***

     Beberapa hari kemudian, Kaffa pulang dari markas dengan langkah gontai. Hujan baru saja reda, jalanan basah, dan lampu kota berpendar remang. Dalam perjalanan, ia singgah sebentar di sebuah swalayan. Hanya berniat membeli sabun mandi dan air mineral.

     Begitu keluar dari pintu geser swalayan, matanya bersirobok dengan sosok yang tidak asing, dia Marini.

     Perempuan berprofesi KOWAD itu mengenakan jaket Secapa AD, wajahnya segar sehabis mengikuti pesiar bersama teman-temannya. Tatapannya seketika berbinar begitu melihat Kaffa.

     "Eh, Bang Kaffa." Marini berkata gugup. Ada perasaan senang bercampur merasa tidak enak dengan laki-laki yang sudah ia khianatinya itu. Tapi, Marini tetap berkilah kalau dia tidak berselingkuh.

     Kaffa terdiam sejenak, lalu tersenyum singkat dan tipis tanpa berkata apapun.

     Marini tersenyum kikuk, mencoba membuka obrolan lagi. "Aku sedang pesiar. Aku akan pulang ke rumah sejenak untuk beristirahat. Kabar Abang gimana?" Marini bertanya gugup, karena Kaffa terlihat sangat dingin.

     "Kabarku baik," jawab Kaffa pendek. Ia melangkah melewatinya begitu saja, tanpa menunggu Marini berkata apapun lagi.

     Marini tercekat. Sikap cuek itu menusuk hatinya. Dahulu, ia pernah berharap banyak pada Kaffa. Tapi kini jelas terlihat, lelaki itu sudah tidak peduli. Ada sedih yang menyelinap di hati Marini, meski di balik itu ia tahu, ia sendiri tidak pernah setia.

     Ia memang menjalin hubungan dengan seorang perwira polisi di belakang Kaffa. Dan kini, ia harus menelan pahit bahwa pintu menuju hati Kaffa sudah benar-benar tertutup.

     Kaffa tidak menoleh sedikit pun. Ia menyalakan mobilnya dan melaju pergi, meninggalkan Marini yang berdiri termangu di bawah cahaya lampu swalayan.

     Sementara itu, di sudut kota yang berbeda, Davira menjalani rutinitas barunya di kantor resepsionis PT Graha Nusantara Sejahtera. Setiap pagi ia berdiri tegak menyambut tamu, dengan senyum yang berusaha ia pertahankan meski lelah. Rekan-rekan kerjanya mulai mengenalinya sebagai gadis yang ramah, rajin, dan tidak pernah mengeluh.

     Hari libur menjadi satu-satunya waktu yang bisa ia gunakan untuk mengurus diri sendiri. Pagi itu, ia memutuskan pergi ke swalayan dekat mess. Namun, karena swalayan itu belum buka di jam segitu, terpaksa Davira harus mengunjungi swalayan yang satunya lagi, sedikit jauh dari mess. Diapun harus menaiki satu kali angkot.

     Davira sudah tiba di swalayan yang lumayan besar itu. Dengan keranjang kecil di tangan, ia segera membeli kebutuhan di mess. Ia memilih sabun cuci, mie instan, beberapa camilan, dan kebutuhan sehari-hari lain. Rambutnya yang tertutup jilbab sederhana membuatnya tampak anggun meski berpakaian biasa.

     Setelah puas berkeliling, ia menuju kasir. Antrean cukup panjang, tapi ia sabar menunggu. Saat giliran tiba, Davira mengeluarkan dompet kecil dari tasnya. Jemarinya sedikit gemetar karena cuaca dingin, namun wajahnya tetap tenang.

     Yang tidak ia sadari, dari kejauhan, sepasang mata menatapnya tidak berkedip.

     Kaffa baru saja masuk ke swalayan itu, berniat membeli roti dan kopi instan. Begitu matanya menangkap sosok berjilbab sederhana di antrean kasir, dadanya langsung bergemuruh. Ia mengenali postur itu, senyum tipisnya, bahkan cara Davira merapikan barang di kasir.

     "Davira ...." Suaranya tercekat, hampir tidak percaya.

     Langkahnya refleks mendekat. Ingin sekali ia menyapa, ingin sekali ia memanggil nama itu dengan lantang. Namun, tepat ketika lidahnya hendak bergerak, Davira sudah selesai membayar. Dengan cepat ia meraih kantong belanjaannya, lalu berjalan menuju pintu keluar.

     Kaffa panik. Ia menoleh ke kasir, meletakkan barang yang ia bawa, lalu buru-buru membayar tanpa peduli recehan kembalian.

     Begitu keluar dari pintu geser swalayan, hujan tipis masih turun. Tapi, Davira sudah tidak terlihat.

     Kaffa berdiri di bawah rintik hujan, napasnya terengah, matanya menyapu ke segala arah. Lorong kecil, parkiran motor, hingga halte di seberang jalan. Kosong. Seolah Davira menghilang begitu saja ditelan keramaian.

     Dadanya sesak. Harapan yang tadi membuncah berubah jadi kekecewaan yang menghantam keras.

     "Kenapa, selalu begini?" gumamnya lirih. Tangannya terkepal, bergetar menahan emosi. "Padahal aku hanya beberapa langkah darimu, Vira. Tapi takdir lagi-lagi mempermainkan kita."

     Air hujan bercampur dengan air mata yang ia tahan mati-matian. Orang-orang lalu lalang di sekitarnya, tidak ada yang tahu lelaki berseragam loreng itu sedang menahan kecewa dalam.

     Di parkiran, Kaffa menunduk lama di atas setirnya. Jantungnya masih berdegup kencang, bayangan Davira masih jelas di pelupuk mata. Tapi yang tertinggal hanya satu rasa, yaitu kecewa.

     Sementara itu, Davira sudah berada di dalam angkot yang melaju menuju mess. Hatinya terasa aneh, seolah ada yang mengikuti dari belakang. Ia bahkan sempat menoleh ke arah swalayan tadi, tapi hanya terlihat gerimis menetes di kaca jendela.

     Ia tidak tahu, hanya beberapa detik setelah langkahnya meninggalkan kasir, ada seseorang yang hampir saja meraih tangannya.

     Takdir sekali lagi belum mengizinkan mereka bertemu.

1
Rieya Yanie
marini kebakaran rambut ini panas
Ella
bisa² gagal kulia ini davira🤣🤣🤣
Ella
hahahahaha niat bareng² giliran ketahuan main ilang aja tu bu reta🤣🤣🤣
Sur Yanti
buat davira gk takut ya thore sama marini 🙏🙏🙏
semangat 💪💪💪 lanjut up thor
Sari Nilam: Duh marini gayamu ...angkuh sekali belum tahu aja kalau davira calonnya kaffa , kejang2 ntar yang ada. Jadi cewek matre sih gak ,gak setia.
ayo davira lawan marini dengan main cantik
total 1 replies
Marufah Rufah
ngapain tuh si marini sibuk urus Kaffa kok gk urusin cwok slingkuhn mu itu marini
Neng Itay"85"
sejak kapan ya,, Kaffa jadi Yoda🤔🤔
Sholikhah Sholikhah
nama baru atau panggilan kesayangan itu ..... ?
Penapianoh📝
Yoda siapa thor🥴🥴🥴
Nasir: Typo Kak... 🙏
total 1 replies
Jana
lha Yoda lg... 🤭🤭
Nasir: Typo Kak 🙏
total 1 replies
Tini Uje
koq yoda thor..ngantuk yaaaa 😅
Sholikhah Sholikhah
ketemu isteri bawaannya langsung ngegasssss aja tu kaffa
Jana
semangat kak
Nasir: Mksh byk Kak... 🥰
total 1 replies
Rina Nurvitasari
ceritanya bagus, seru dan bikin penasaran👍👍👍
dewi_nie
tiba2 Kaffa jd romatis mungkin Krn menghirup asap pembakaran bandrek jampi2 vira🤭 trima ajalah yg penting Kaffa GK tensian lagi sama kamu vir..
Nasir: Wkwkwkwkkwk🤭🤭
total 1 replies
Jana
kak othor ini karakter Kaffa apa beneran sekaku itu.. ga ada manis2 nya gitu sama vira 🤭🤣
Nasir: Kaffa sih memang sejak awal karakternya dingin, diceritakan selama menjadi Kakak angkat juga dia karakternya dingin jarang bicar. Nanti deh ya, sedikit dibuat lebih luwes, klo langsung bucin, rasanya enggak natural. 🙏🙏
total 1 replies
Ella
Thor..pengen Sa maki ini si marini 🤭
Nasir: Maki aja Kak gpp. 😄😄😄
total 1 replies
Ella
Jauhkn dari segla hal buruk amin🙏
Nasir: Aamiin...
total 1 replies
Sabaku No Gaara
mantav Arda
Sabaku No Gaara
buat kaffa jera sejera²nya kak...
gedek bayikk
Sabaku No Gaara
iiihhh...mauknya ini si Kaffa...
buat Vira pergi lagi ...biar nyaho kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!