NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Lily, Risa ,dan Toni menghabiskan waktu mereka di danau itu. Pemandangan danau yang indah nan sejuk membuat ketiga sahabat itu betah berlama-lama hingga sore.

Lily: "Ke mana Toni, Sa?" tanyanya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.

Rosa: "Dia sedang berjalan-jalan mengelilingi danau ini." sahutnya dengan penuh keyakinan.

Lily: "Mungkin dia sedang jenuh duduk bersama kita, Sa." ucapnya.

Rosa: "Dia sedang malas bergosip bersama kita, Li." sahutnya sambil tersenyum lebar. "Aku ingin bertanya padamu, Li." ucapnya dengan ragu-ragu.

Lily: "Apa itu, Sa?" tanyanya. "Aku akan menjawabnya." ucapnya lagi. Rosa mengalihkan pandangannya ke hamparan air yang tenang di hadapannya, lalu menghela nafas pendek, dan menatap wajah Lily dengan tatapan tajam.

Rosa: "Apakah kamu sudah melupakan Hans? Apakah kamu sudah tidak mencintainya lagi, Li?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Lily tidak menjawab pertanyaan Rosa, dia terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri. Rosa menatap wajah sahabatnya dengan seksama.

Lily: "Mengapa kamu menanyakan hal yang tidak berguna, Sa?" tanyanya dengan suara yang pelan.

Rosa: "Maafkan aku, Li. Kamu tidak perlu menjawabnya." sahutnya.

Lily: "Aku tidak akan menyia-nyiakan pertanyaanmu. Akan aku jawab, Sa." sahutnya dengan wajah tenang. Lily tersenyum tipis lalu menatap wajah Rosa dengan tatapan dingin. "Aku tidak akan kembali ke masa lalu lagi." sahutnya dengan penuh keyakinan. "Apakah kamu puas dengan jawabanku, Sa?" tanyanya dengan penuh keraguan.

Rosa: "Aku puas, kok, Li. Maafkan aku, ya, Li." ucapnya sambil memegang pundak Lily. Dari kejauhan Toni sedang berjalan ke arah Rosa dan Lily.

Lily: "Toni sudah kembali. Kita pulang, ya. Hari sudah sore, nih." ucapnya sambil menatap ke arah Toni yang sedang berjalan dari kejauhan ke arah mereka.

Rosa: "Iya, Li."Sahutnya dengan suara pelan. Rosa dan Lily berdiri

 secara perlahan-lahan, lalu mulai mengemasi barang-barang mereka yang terletak di atas rumput. Toni mendekat ke arah mereka dan melihat barang-barang telah di kemasi oleh Rosa dan Lily.

Toni: "Apakah kalian sudah mau pulang?" tanyanya dengan heran.

Rosa: "Iya, Ton. Ini sudah sore, loh." sahutnya sambil mengumpulkan barang-barang yang telah di rapikan.

Lily: "Kamu angkat ke mobil, ya, Ton. Ini agak berat." ucapnya sambil menyerahkan bungkusan yang agak besar ke tangan Toni. Setelah mengangkat dan memasukan semua barang mereka ke dalam mobil, maka ketiga sahabat itu akhirnya pergi meninggalkan danau yang indah itu.

Toni: "Danau yang tadi sangat indah, ya. Aku juga suka tempatnya." ucapnya dengan rasa kagum.

Rosa: "Iya, Ton. Danau itu tempat favorit aku dan Lily." sahutnya dengan rasa bangga. Toni terus melaju dengan mobilnya, saat di tengah perjalanan Toni melihat dari kaca mobilnya, Hans dan Dewi berada di pinggir jalan sedang bertengkar. Toni menurunkan kecepatan mesin mobilnya, dia melaju secara perlahan agar bisa lebih jelas melihat Hans dan Dewi.

Toni: "Sa, Li. Itu Hans dan Dewi." ucapnya dengan penuh keyakinan sambil menatap ke arah Hans dan Dewi yang sedang bertengkar. Rosa dan Lily menoleh ke arah kaca mobil, dan melihat Dewi yang sedang memukuli kepala Hans dengan tasnya berkali-kali.

Rosa: "Berhenti, Ton. Kita harus meleraikan mereka. Kasihan dengan Toni, kepalanya di pukuli berkali-kali." ucapnya dengan panik. Toni segera menghentikan mobilnya tepat di depan mobil Hans. Ketiga sahabat itu keluar dari dalam mobil secara bersamaan, Rosa melangkah dengan cepat menghampiri Hans dan Dewi, sedangkan Lily dan Toni tetap berada di dekat mobil dan tetap memantau Hans dan Dewi.

Rosa: "Ada apa dengan kalian?" tanyanya dengan suara keras. Rosa menoleh ke arah Hans dan Dewi secara bergantian. "Apakah kalian tidak punya malu?" tanyanya lagi. "Ini jalanan umum." ucapnya. Dewi menatap ke arah Rosa dengan wajah kesal.

Dewi: "Jangan ikut campur, mbak. Ini urusan kami." ucapnya dengan wajah kesal.

Rosa: "Kamu jangan kasar pada suamimu, dong. Aku melihat kamu memukuli kepalanya berkali-kali." ucapnya lagi. "Kamu juga menampar kedua pipi Hans." ucapnya.

Dewi: "Pergi dari sini, mbak. Jangan ikut campur." teriaknya. Hans menatap Rosa dengan wajah memelas, seakan meminta bantuan Rosa.

Rosa: "Hans adalah teman lamaku. Sebagai teman, aku tidak akan membiarkan kamu memukulinya dengan kasar." ucapnya dengan suara lantang. "Apa kamu paham?" tanyanya dengan suara yang keras. Rosa menatap ke arah Hans, pelipis sebelah kanan Hans memar karena terkena benda tumpul. Dewi juga telah memukuli pelipis Hans dengan menggunakan ponselnya.

Hans: "Dia cemburu, Sa. Saat aku menelponmu tadi." ucapnya. "Apakah kamu ingat, Sa.?" tanyanya sambil menatap ke arah Rosa dengan tatapan dalam. Rosa mencoba mengingatnya, saat di dalam mobil dan hendak ke danau pagi tadi. Saat itu, Hans menelpon Rosa untuk meminta nomor ponsel salah satu teman Rosa, dokter Nita.

Rosa: "Iya, Hans. Aku ingat." sahutnya dengan suara pelan.

Hans: "Dia cemburu buta. Dia berpikir aku mempunyai wanita lain." sahutnya dengan wajah sedih.

Dewi: "Aku mau pulang." ucapnya dengan suara keras. "Mulai hari ini aku yang akan memegang ponselmu." ucapnya lagi sambil mengambil ponsel Hans dari saku bajunya, dan masuk ke dalam mobilnya. "Ayo, masuk." ajaknya dengan wajah kesal.

Hans: "Aku pulang dulu, Sa. Aku akan ke tempat praktekmu nanti." ucapnya dengan suara pelan. Hans melangkah dengan pelan, lalu membuka pintu mobilnya. Saat membuka pintu mobil, Hans sempat melihat Lily dan Toni yang sedang berdiri menatapnya. Rosa menganggukkan kepalanya, sedangkan Hans masuk ke dalam mobilnya dengan wajah yang tertunduk malu pada Lily dan Toni. Setelah mobil Hans pergi, Rosa berjalan ke arah Lily dan Toni yang masih tetap berdiri di dekat mobil mereka.

Rosa: "Wanita itu sangat mengerikan." ucapnya dengan kesal.

Lily: "Aku tidak menyangka Dewi akan sekasar itu." ucapnya dengan rasa tidak percaya.

Rosa: "Wanita itu sangat posesif, Li. Hans mengatakan, Dewi cemburu padaku." ucapnya. "Ini adalah hal yang konyol, Li." ucapnya lagi dengan kesal.

Lily: "Apa kamu bilang, Sa? Dewi cemburu padamu? Kok bisa?" tanyanya dengan heran dan rasa penasaran. Akhirnya Rosa pun mengatakan tentang Hans yang telah menelponnya tadi pagi yang membuat Dewi salah paham.

Rosa: "Dewi, wanita yang berbahaya. Aku kasihan pada Hans." ucapnya. Toni melirik ke arah Lily yang seolah memikirkan perkataan Rosa.

Toni: "Ayo, kita pulang. Hari sudah mulai malam, nih." ajaknya. Ketiga sahabat itu masuk ke dalam mobil, Toni kembali menyalakan mesin dan mulai melaju dengan mobilnya di jalan raya. Ketiga sahabat itu diam dalam pikiran mereka masing-masing.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!