NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:46k
Nilai: 4.9
Nama Author: Ebez

Setelah Mahesa Sura menemukan bahwa ia adalah putra seorang bangsawan yang seharusnya menjadi seorang raja, ia pun menyusun sebuah rencana untuk mengambil kembali hak yang seharusnya menjadi milik nya.


Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya menjadi modal awal bagi nya untuk membangun kekuatan dari rakyat. Intrik-intrik istana kini mewarnai hari hari Mahesa Sura yang harus berjuang melawan kekuasaan orang yang seharusnya tidak duduk di singgasana kerajaan.




Akankah perjuangan Mahesa Sura ini akan berhasil? Bagaimana kisah asmara nya dengan Cempakawangi, Dewi Jinggawati ataupun Putri Bhre Lodaya selanjutnya? Temukan jawabannya di Titisan Darah Biru 2 : Singgasana Berdarah hanya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah

Rara Larasati yang selalu waspada terhadap gerak gerik semua orang di sekitar Mahesa Sura, dengan cepat melemparkan ujung selendang hijau nya yang langsung membelit tangan penari tledek cantik itu.

Shhuuuuuuttttt...!!

Belitan selendang hijau milik Rara Larasati seketika membuat si penari tledek cantik itu tak bisa bergerak meskipun ia berusaha untuk melepaskan nya.

Cempakawangi yang cekatan dengan cepat melompat dan menendang perut penari tledek cantik itu hingga ia langsung terpental ke tengah panggung pertunjukan.

Kejadian itu sontak membuat pertunjukan itu kacau balau. Para penabuh gamelan menghentikan permainan musik nya dan beberapa orang diantaranya mencabut pedang yang tersembunyi di alas gamelan mereka. Dengan cepat mereka melesat ke arah Cempakawangi sambil mengayunkan pedang nya.

Shhrreeeeettttt shhrreeeeettttt shhrreeeeettttt!!

Dengan lincah Cempakawangi berkelit menghindari sabetan pedang mereka. Dewi Jinggawati tak tinggal diam, ia pun langsung melompat maju dengan tapak tangan berselimut cahaya putih kebiruan seperti warna petir yang menyambar.

Tanpa menunggu waktu lama lagi, dia dengan cepat menghantamkan tapak tangan kanannya ke arah para penyerang itu.

BLLAAAAAAAAAMMMMMM!!!

Empat orang penabuh gamelan bersenjata itu langsung terpental berhamburan ke samping penari tledek cantik yang baru saja berdiri.

"Ce-cepat lari, Nimas. Mereka terlalu tangguh untuk kita hadapi saat ini. Cepatlah mumpung masih sempat.. ", ucap salah seorang diantara mereka yang sudah terluka dalam akibat hantaman Ajian Guntur Saketi milik Dewi Jinggawati.

Penari tledek cantik itu rupanya juga menyadari bahwa di sekeliling Mahesa Sura banyak pendekar sakti, ia pun segera mengangguk paham dan bersiap untuk kabur. Namun...

Shhrriiiiinnnggg shhrriiiiinnnggg shhrriiiiinnnggg!!

Ratusan prajurit Wilangan sudah mengepung tempat itu. Di bawah pimpinan Tumenggung Jayeng yang sudah menyiagakan pasukan pilihan untuk bergerak jika ada keadaan darurat, panggung pertunjukan itu benar-benar terkepung rapat.

"Mau kabur setelah mengacau? Tak semudah itu..", ucap Tumenggung Jayeng sambil tersenyum sinis.

Melihat para pasukan Wilangan sudah mengepung tempat itu, para penabuh gamelan yang ingin membunuh Mahesa Sura pun segera tahu bahwa mereka tidak akan bisa lolos dari tempat itu.

Dua penabuh gamelan yang berusia paruh baya langsung melesat ke arah prajurit Wilangan yang mengepung sambil berteriak lantang.

"Aku akan membuka jalan. Kalian cepat kabur..!! "

Shhrreeeeettttt...!!!

Sabetan pedang penabuh gamelan tua itu cepat menyambar ke arah sang prajurit Wilangan. Dia sungguh yakin akan bisa membuat jalan untuk kawan-kawan nya. Tetapi tiba-tiba...

Whhhuuuuuuutttt thhrrraaaaaaaannnggg!!!

Sebuah pedang ilusi yang entah datang darimana dengan cepat menangkis tebasan pedang sang penabuh gamelan paruh baya itu. Ini membuat si penabuh gamelan tua terkejut tetapi ia menyadari bahwa seorang lelaki tua dengan pakaian bagus sudah menggerakkan jari telunjuknya. Ya, lelaki tua itu adalah Dewa Pedang Lembu Peteng.

"Kau pikir kami hanya mengandalkan para prajurit pilihan saja disini? Bodoh, sungguh bodoh..! ", ucap Dewa Pedang sambil menggerakkan jarinya dan pedang ilusi nya itu langsung bergerak sendiri menyerang si penabuh gamelan tua itu seolah-olah memiliki nyawa sendiri.

Thhrrraaaaaaaannnggg thhrrraaaaaaaannnggg thhrrraaaaaaaannnggg thhrrraaaaaaaannnggg!!

Akibat ulah Dewa Pedang, si penabuh gamelan tua itu harus pontang panting bertahan menghadapi serangan cepat pedang ilusi. Para penabuh gamelan lainnya pun segera membentuk pagar betis untuk melindungi penari tledek cantik itu di tengah-tengah panggung pertunjukan.

Dari arah belakang, para prajurit pemanah Wilangan di bawah asuhan Tumenggung Menjangan Rajegwesi dengan segera merentang busur panah mereka dan bersiap untuk menembakkan nya ke arah para penabuh gamelan dan penari yang disewa untuk memeriahkan suasana pernikahan Mahesa Sura ini.

"Menyerahlah! Kalian tak mungkin bisa lolos dari kepungan kami..!! ", teriak Senopati Candramawa yang membuat para pembunuh berkedok kelompok hiburan keliling itu mulai ketakutan.

Salah seorang diantara mereka yang sudah putus asa karena pengepungan ini, hendak mencoba kabur dengan melompat ke arah para prajurit Wilangan. Tetapi sayang nya....

Shhuuuutttttt jlleeebbb!

Aaaaauuuuuggggghhhhh!!!

Penabuh gamelan yang mencoba untuk kabur itu langsung terjungkal dengan anak panah menembus dada. Dia tewas seketika karena anak panah itu menembus jantungnya. Kejadian ini langsung membuat nyali para pembunuh berkedok kelompok penghibur keliling ini semakin ciut.

"Aku tidak akan banyak bicara. Aku hitung sampai tiga, jika kalian tidak menyerah maka bersiaplah untuk mati! ", kali ini Mahesa Sura bersuara.

SATUUU.....!!!

Anggota kelompok penghibur keliling itu saling pandang dengan mimik wajah ketakutan mendengar Mahesa Sura mulai menghitung.

DUAAA...!!!

Wajah ketakutan mereka semakin pucat pasi. Sudah tidak ada lagi kesempatan untuk kabur dan penjara Wilangan kini tengah menunggu kedatangan mereka.

"Bagaimana ini Kakang? Aku masih mau hidup lebih lama lagi... ", ucap seorang penabuh gamelan yang masih muda dengan mimik wajah penuh ketakutan.

" Diam kau Rekso! Aku juga tidak mau mati seperti ini.. ", bisik si lelaki yang lebih tua juga dengan wajah pucat pasi.

TIIIIII...

Glloonnttaaaangg glontang glloonnttaaaangg..!!!

Satu persatu para pembunuh berkedok kelompok penghibur keliling itu melemparkan senjata mereka ke lantai sebagai tanda menyerah. Mereka rupanya masih ingin hidup lebih lama lagi.

Begitu melihat para pembunuh itu menyerah, Mahesa Sura langsung menoleh ke arah Senopati Candramawa.

"Bawa mereka semua ke penjara Wilangan. Usut tuntas apa yang menjadi latar belakang percobaan pembunuhan ini.. ", titah Mahesa Sura segera.

" Sendiko dawuh Gusti Adipati... ", jawab Senopati Candramawa sambil menghormat pada Mahesa Sura.

Segera setelah itu, Senopati Candramawa menggiring para pembunuh berkedok kelompok penghibur keliling itu langsung ke penjara Wilangan.

" Wahai Penduduk Wilangan, mohon maaf acara pertunjukan penari tledek berakhir sampai disini. Di waktu yang lain, aku berjanji akan memberikan hiburan yang lebih menarik. Silahkan semuanya kembali ke kediaman masing-masing.. ", ucap Mahesa Sura membubarkan para penonton malam hari itu.

Meskipun sedikit kecewa karena pertunjukan itu harus bubar di tengah-tengah, tetapi para penonton yang hadir di alun-alun kota juga menyadari alasan di balik pembubaran acara ini. Tetapi kekacauan ini menjadi topik hangat pembicaraan mereka sepanjang perjalanan pulang ke rumah masing-masing.

Sementara itu, Utari yang terus memperhatikan apa yang terjadi dari kejauhan pun segera ikut kembali ke penginapan dimana ia tinggal sementara. Dia menjadi tahu bahwa di sekeliling target pembunuhan nya terdapat banyak pendekar yang selalu setia melindungi sang pimpinan pemberontak Wilangan.

"Apa yang mesti ku lakukan untuk bisa mendekati Mahesa Sura ya? Aku tak boleh ceroboh jika tidak mau mati sia-sia", gumamnya sambil berjalan menyusuri jalan menuju penginapan.

Mahesa Sura terus melangkah ke arah tempat tinggalnya di iringi oleh Cempakawangi, Dewi Jinggawati dan Rara Larasati. Belum sempat ia memasuki pintu masuk ruang pribadi, Dewa Pedang Lembu Peteng datang dengan membawa dua cangkir berisi minuman keras.

"Hei menantu ku, kita belum minum bersama kenapa buru-buru ingin ke kamar tidur? Kau tidak menganggap ku ya? ", ujar Lembu Peteng sambil tersenyum lebar.

" Romo jangan mengganggu Kangmas Danurwenda bisa tidak? Dia itu capek, ingin istirahat.. ", bela Cempakawangi segera.

" Wooohhh capek ya...

Baiklah, aku tidak akan menggangu lagi. Tapi untuk menghormati ku, satu cangkir tidak masalah bukan? ", ucap Lembu Peteng sambil mengulurkan cangkir di tangan kanannya ke arah Mahesa Sura.

" Tapi Romo, Kangmas... "

"Sudahlah Cempaka, satu cangkir tidak akan membuat mabok", potong Mahesa Sura sambil menerima uluran cangkir minuman keras dari Sang Dewa Pedang.

" Nah ini baru mantu terbaik.. ", senyuman lebar Dewa Pedang terukir jelas di wajahnya tatkala Mahesa Sura menenggak habis minuman keras yang ia berikan.

Setelah menghabiskan minuman keras itu, Mahesa Sura segera berjalan masuk ke ruang pribadi nya diikuti oleh ketiga istri nya yang jelita. Sementara itu Dewa Pedang tersenyum lebar sambil berkata,

"Selamat menikmati hadiah yang ku berikan.. "

1
Thomas Andreas
nah hayam wuruk sdh turun tangan
Thomas Andreas
sempet²nya buka jendela
Thomas Andreas
sempet²nya buka jemdela dl
Thomas Andreas
pesona penari cantik memang bikin runyam
Thomas Andreas
dapat doping kah
Was pray
pengulangan bab ya bang ebez, ini bang ebez terhipnotis sama aktifitas sura dan tiga singa betina nih ... 🤣🤣🤣
Was pray
sura nambah porsi biar burung empritnya gemuk dan bisa berubah jadi rajawali... 😄😄😄
Tarun Tarun
kirain Doble up haduuuuuhh
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Pada kemana penghuni Pakuwon Wilangan 🤔 masa ada suara gaduh gak ada yang dengar 😇
OldMan
apakah ada dari kembang istana Majapahit yg akan kepincut juga dng Mahesa sura ?
sepertinya trah Mahesa sura ini yg kemudian melahirkan raja2 Islam di kemudian hari yah kang ebez
saniscara patriawuha.
mantapppp kopi cleng nya
Mujib
kok muncul 2 bab isinya sama kang Ebez
Rafly Rafly
tau tau dah 2 bab saja Nongol /Tongue/
Rafly Rafly
busyeet... three in one masih ngatasi.../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Mujib: kan horang sakti mandraguna, perkasa dalam pertempuran kanuragan, juga perkasa dalam pertempuran ranjang....
jossss pokoke
total 1 replies
Ali Gilih
heleh..knapa pendek kali chapter kali ini bang..tau tau dah slesai ja..

up terus kang ebeezz..
Ebez: hehehe author gak kuat nulis yang begini an bang Ali 🤭🤭
total 1 replies
Windy Veriyanti
kucing sialan belum makan whiskas 😀
Ebez: mungkin juga begitu Kak Windy🙏🤣
total 1 replies
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾 🏡s⃝ᴿ
Bukan kucing nya yg sial tapi Utari yg sial 😅 datang disaat yg tidak tepat, mengganggu suasana hati para macan betina yg lg hot 🔥😂😂
Ebez: wkwkwk iya juga sih kak Pandanwangi🙏🙏🤭🤭
total 1 replies
Aifa 2 Jeddah
kucing garong liar.....
Ebez: timpuk aja kak Aifa,😁😁🙏🙏
total 1 replies
Aifa 2 Jeddah
hadiah terindah dari mertua tersayang
OldMan
perlu dibanting ke ranjang ini Utari 🤣🤣🤣
Ebez: hahahaha jangan ya bang Old😁🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!