Anne Ciara atau Anci, harus merelakan semua kebahagiaannya karena harus bertunangan dengan cowok yang menjadi sumber luka dalam hidupnya. Tak ada pilihan selain menerima.
Namun suatu hari, seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu Anci lepas dari Jerrel Sentosa, tunangannya.
Apakah Anci akan menyambut uluran tangan itu, atau Anci memilih tetep bersama tunangannya?
" Jadi cewek gue.. Lo bakalan terbebas dari Jerrel. " Sankara Pradipta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSFA 21
Rumah Sakit HC adalah rumah sakit swasta terbesar dan termasuk ke dalam sepuluh rumah sakit terbaik di Asia. Rumah sakit ini juga melayani untuk umum, selain membernya. Ada bagian tersendiri untuk menangani bagian umum dan untuk fasilitas, baik umum maupun member sama-sama terbaik. Tidak dibedakan disini.
Anci kaget bukan main, San membawanya ke rumah sakit ini. Pengobatan disini terkenal mahal karena merupakan sebuah rumah sakit swasta. Anci langsung pusing memikirkan tagihan rumah sakit untuk Terry jika mereka berobat disini.
Ya kalau untuk San yang memang keluarga borjuis sih tidak masalah. Kalau untuk keluarga Anci, jelas ini bukan masalah gampang. Bisa-bisa habis restoran mamanya untuk biaya Terry berobat disini.
" Kak.. Disini kan mahal. " bisik Anci. Dia tahan lengan San, saat membawanya masuk ke area lobi rumah sakit.
" Disini dokter jantungnya yang terbaik, Anci. " Anci menghela nafas.
" Iya.. Cuma kan biaya itu gimana kak? " Anci nampak mulai panik, ketika melihat beberapa dokter dan suster mendekati mereka.
" Gue yang urus. " jawab San enteng sekali, Anci langsung migrain ini.
" Selama siang, tuan muda.. " sapa seorang pria setengah baya berpakaian dokter. Di belakang pria itu ada beberapa dokter juga, ada yang masih muda dan ada yang sudah tua. beberapa suster juga ada dan mereka semua membungkuk memberikan salam pada San.
Anci dan Terry keduanya melongo menatap sambutan yang luar biasa di depan mereka ini. Sudah mirip menyambut presiden saja, sampai dijemput di lobi dengan iring-iringan yang banyak begini.
" Dokter Reno? " tanya San, mengabaikan sapaan orang-orang itu.
" Maaf tuan muda, dokter Reno baru saja selesai melakukan tindakan untuk pasiennya. Beliau meminta Anda menunggu di ruangan beliau di lantai 3. " San mengangguk, kemudian langsung mengajak Terry dan Anci berjalan ke lift untuk naik ke lantai 3.
Anci tatap ke belakang dimana orang-orang yang menyapa San tadi masih tetap berada di sana dengan posisi membungkuk. Anci kemudian tatap San kebingungan. Sepenting itu kah San untuk mereka, sampai sekelas orang-orang penting di rumah sakit ini sampai menyambut kedatangan mereka.
" Apa? " tanya San. saat mendapati Anci tak berkedip menatap ke arahnya.
" Yang tadi itu? " Anci bingung memilih kata yang tepat untuk membahas hal tadi.
" Nggak usah dipikirin. " Anci mencebik.
Kadang ada kalanya memang San menyebalkan begini. Tepatnya saat setelan pabriknya kembali lagi. Anci terkadang sebal juga kalau San sudah menjadi macam robot yang hanya bicara sedikit seperti sekarang.
Tapi Anci sayang sih, jadi ya mau gimana kan ya. Resiko sayang sama San yang harus siap saat setelan pabrik San kambuh.
****
Seorang pria tampan menyambut mereka di depan sebuah pintu yang bertuliskan Prof. Dr. Reno Hirawan, Sp. A(K). Sepertinya pria tampan ini adalah dokter yang dimaksud oleh San.
" Lama tidak berjumpa, San.. Nyonya Na apa kabar? " sapa dokter Reno terlihat begitu menghormati San. Apalagi saat menyebut nama maminya San, dokter Reno terlihat segan.
" Baik.. Terima kasih, dok.. " Dokter Reno tersenyum.
Sudah hafal bagaimana peringai putra sulung dari Ethena Black, yang memang tidak banyak bicara dan sedikit kaku. Jadi tak dokter hiraukan San yang langsung masuk begitu saja ke ruangannya tanpa dipersilahkan olehnya.
Anci menyapa sebentar dokter Reno sebelum ikut masuk ke dalam ruangan bersama Terry. Anci agak tidak enak pada dokter Reno, saat melihat bagaimana sikap San barusan.
" Bawa Terry ganti baju dulu. " San berikan paper bag brand terkenal khusus baju anak-anak.
Anci Terima paper bag itu, tapi wajahnya terlihat bingung. Darimana paper bag ini berasal, seperti itulah kiranya arti kebingungan di wajah Anci.
" Mari nona, saya tunjukkan kamar mandinya. " Anci terkejut tahu-tahu sudah ada seorang suster yang tiba-tiba nongol di sampingnya.
" Eh.. Maaf.. Kaget saya, Sus. " Anci nyengir.
" Mari.. Arah kamar mandinya ke sini. " Anci ajak Terry mengikuti suster untuk berganti pakaian. Memang sang adik masih mengenakan seragam sekolahnya.
San duduk saling berhadapan dengan dokter Reno yang sedang membaca berkas riwayat penyakit dan metode pengobatan Terry yang dikirimkan asisten San padanya beberapa hari yang lalu.
Sesekali dokter Reno nampak berkerut dahinya, saat membaca berkas di genggaman tangannya. kemudian menggeleng kepala, dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
San perhatikan saja, tanpa ada niatan mengganggu konsentrasi dokter Reno. San tahu, memang ada kejanggalan dalam rekam jejak pengobatan Terry meski dia bukan seseorang yang berkecimpung di dunia pengobatan.
" Saya tidak terkejut dengan kemampuan anda, yang bisa dengan mudah mendapatkan riwayat pengobatan Terry. Seperti yang Anda katakan, ada beberapa kejanggalan di sini. Terutama dengan kondisi jantung milik Terry yang sudah cukup parah, tapi anak ini tidak menjadi pasien prioritas mendapatkan donor. " dokter Reno membuka obrolan.
" Obat-obatan yang diberikan pun menurut saya kurang efisien. Obat ini hanya untuk mempertahankan kondisi jantung, tanpa mengobati kendalanya. Saya cukup terkejut, ada dokter yang bisa melakukan hal semacam ini. " dokter Reno terlihat agak kesal disini.
" Lakukan yang terbaik, baik itu pengobatan untuknya juga donor jantungnya. " San sandarkan tubuhnya di kursi, menatap tajam dokter Reno. San ingin memperlihatkan jika dia tidak sedang bermain-main disini.
Terry harus mendapatkan pengobatan terbaik disini. Kalau perlu, Terry menjadi pasien prioritas pertama mendapatkan donor jantung. San tidak mau tahu bagaimana pengaturan yang akan dibuat dokter Reno, yang terpenting Terry dinyatakan sembuh.
****
" Tuan muda San itu, cucu pemilik rumah sakit ini. Karena itu semua menghormati tuan muda. Nona pasti terkejut ya, saat tadi di lobi disambut banyak orang. Tadi itu direktur utama langsung lho yang menyambut. " ujar suster Nia, suster yang menemani Terry dan Anci ke kamar mandi.
Tadi Anci sempat bertanya tentang San yang terlihat sangat dihormati di rumah sakit ini. Ternyata ada cerita dibaliknya. pantas San sikapnya seenak udelnya sendiri saat masuk ke ruangan dokter Reno.
" Nona tenang saja. Dokter Reno itu dokter jantung terbaik di negeri ini. Beliau juga yang merawat nyonya Na, ibu dari tuan muda San saat beliau mengidap penyakit jantung koroner hingga sekarang bisa kembali sehat. " ungkap suster Nia.
" Mami kak San pernah sakit jantung? " Suster Nia mengangguk. Tersenyum ramah saat melihat bagaimana terkejutnya Anci mendengar ceritanya.
" Benar nona.. Dan karena sakitnya nyonya Na, tuan muda yang tadinya tinggal di London, Inggris, langsung pindah kemari karena nyonya mengancam kalau bukan ditemani tuan muda, nyonya tidak mau berobat. "
Anci sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Rupanya ini yang pernah Gia ceritakan pada Anci tentang alasan dibalik tinggalnya San di Indonesia. Anci juga mencocok-cocokan dari cerita San yang pernah mengatakan kalau dia tinggal di sini karena terpaksa, tapi berkat keterpaksaan itu, San menemukan Anci sebagai wanita yang dia puja.
' Rumit banget hidup kak San. Dan ditengah rumitnya kehidupan dia, masih aja sempet-sempetnya dia ngurusin hidup gue. Sesayang itu dia sama gue tapi gue selalu ngeraguin perasaannya. '