NovelToon NovelToon
Bukan Kamu, Bukan Dia

Bukan Kamu, Bukan Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Oksy_K

Luka Vania belum tuntas dari cinta pertama yang tak terbalas, lalu datang Rayhan—sang primadona kampus, dengan pernyataan yang mengejutkan dan dengan sadar memberi kehangatan yang dulu sempat dia rasakan. Namun, semua itu penuh kepalsuan. Untuk kedua kalinya, Vania mendapatkan lara di atas luka yang masih bernanah.

Apakah lukanya akan sembuh atau justru mati rasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksy_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlelap Bersama

Kini Vania terduduk di salah satu bangku taman  yang tak jauh dari area busking. Ia memilih pergi sebelum orang-orang menyadari arah pandang Rayhan yang tak pernah putus menatapnya.

 

Vania terdiam, mencoba menyelami perasaannya yang terdalam. Mencari tahu dasar dari hatinya yang terus bergejolak namun enggan untuk mereda, seolah menyembunyikan rahasia yang ia sendiri takut untuk ungkapkan.

 

Sementara itu di kejauhan. Kamera Okta terus menyorot pertunjukan, namun arah matanya tak lepas dari sahabatnya yang diam termenung.   Setelah cukup mendapat foto yang memuaskan, ia berjalan mendekati Vania.

 

“Vania, kenapa di sini? Nggak nonton lagi?” tanya Okta. Duduk di samping Vania.

 

Senyum tipis terbit di bibir mungilnya, ia menggeleng pelan.

“Gue di sini aja, masih bisa denger mereka kok.”

 

Okta menoleh, jelas ia tahu perasaan rumit Vania yang berusaha disembunyikan. Karena ia memang sengaja mempertemukan Vania dengan Rayhan agar sahabatnya itu mampu mempertegas hatinya.

 

“Van, lo gak papa?”

 

“Emang gue kenapa?”

 

“Tentang nyanyian Rayhan untuk lo. Gimana perasaan lo sekarang?”

 

Bibirnya terkatup rapat, menata kata-kata yang terhenti di tenggorokan.

“Kacau, Ta. Gue gak tahu harus bersikap gimana.” Suaranya lirih, seolah perih di hatinya kembali merintih.

 

Okta menghela napas, gemas dengan sikap Vania yang selalu plin-plan. Di satu sisi, ia bilang ingin menjauhi Rayhan, tapi di sisi lain ia terus saja khawatir dengan kondisi Rayhan yang dilanda insomnia.

 

“Vania, lo boleh jujur dengan perasaan lo.”   Okta menggenggam tangan Vania yang terasa dingin. “Lo boleh egois, Van, coba beri kesempatan untuk hati lo bicara. Apa yang lo rasain saat bersama Rayhan?”

 

Vania menunduk. “Gue benci rasa sakit itu, Ta. Tapi tiap kali gue lihat dia kesulitan ... hati gue gak bisa diam.” 

 

“Vania, lo tahu gak? Ada beberapa tumbuhan yang harus ‘disakiti’ terlebih dahulu untuk berbuah lebat.”

 

Vania mengernyit. “Disakiti? Maksud lo apa?”

 

“Iya. Batangnya dipangkas, akarnya dipotong, daunnya dikurangi. Dari situ dia terpaksa untuk ‘tumbuh’ dan  akhirnya berbuah banyak.”

 

Vania terdiam sejenak, lalu tersenyum pahit. “Jadi maksud lo sama kayak manusia? Kadang harus tersakiti dulu untuk benar-benar berkembang?”

 

Okta menjentikkan jarinya lalu tersenyum penuh arti. “Persis. Luka itu gak selalu buat jatuh, Van. Justru hal itu buat kita belajar berdiri lebih kokoh.”

 

“Jadi Van, jangan capek-capek larut dalam dilema. Tanya hati lo, maunya apa. Terima ... atau relakan.” Lanjutnya lagi.

 

Setelah sesi curhat dadakan itu, Okta pergi menghampiri Pandu yang sudah menyelesaikan pertunjukannya.

 

Matahari yang  kian meninggi kini tertutup awan hitam. Satu persatu memilih pulang, dan perlahan jalan utama kembali bersiap menerima deru kendaraan—tanda berakhirnya Car Free Day hari itu.

 

Dari kejauhan, mata bulat Vania mengamati Rayhan yang kini sudah di kerumuni para gadis yang meminta swafoto. Entah apa yang sebenarnya ia inginkan. Namun jantungnya selalu berdebar, campuran antara cemas, rindu, dan harap yang menolak reda.

 

***

 

Setelah para gadis itu pergi, baru Rayhan bisa bernapas lega. Ia cukup lelah, tapi harus tetap bersikap proposional. Rayhan melirik tempat duduk Vania, kosong. Ia tersenyum kecut, lalu kembali merapikan peralatan musiknya.

 

“Pak Rudy mana?” tanya Rayhan. Kepalanya menoleh mencari keberadaan pria berpakaian nyentrik itu.

 

“Oh, tadi pamit balik ke kampus duluan, sekalian bawa mini drum kit-nya,” jawab Pandu. Kedua tangannya penuh; satu membawa softcase berisi cajón dan tangan lainnya tak lepas menggandeng Okta.

 

“Gue tunggu di parkiran ya, kayaknya mau hujan,” sahut Ali. Punggungnya menggendong gitar, kedua tangannya menenteng speaker mini. Rayhan mengangguk.

 

“Gue ikut, Li,” celetuk Pandu.

 

“Itu si Okta ikut? Tadi sama Vania, kan? Nggak pulang bareng Vania?" tanya Rayhan heran.

 

"Dia pulang duluan, tadi chat,” balas Okta santai.

 

Lagi-lagi Rayhan hanya mengangguk paham, dan membiarkan mereka meninggalkannya. Kini ia hanya perlu membereskan sisa peralatan yang ada, Ia memasukkan stand mic dan gulungan kabel ke dalam box. Namun, saat ia hendak mengambil gitar, rintik hujan perlahan mulai membasahinya.

 

“Sial! Jangan sampai gitar gue rusak.” Gumamnya resah.

 

Saat ia berpacu dengan gerimis, sebuah payung menutupi kepalanya. sontak Rayhan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia, melihat Vania dengan napas tersengal seolah berlari ke arahnya.

 

“Vania? Bukannya lo udah pulang?”

 

“Kata siapa? Gue cuman ke toilet kok. Malah gue kesini nyari Okta.”

 

Alis Rayhan berkerut. “Hah? Okta tadi udah ke parkiran sama Pandu.”

 

Mendengar itu, Vania mendesis kesal.

 

Di situ Rayhan sadar, pasti teman-temannya sengaja membuatnya berduaan dengan Vania. Senyum Rayhan tertarik, dalam hati ia berterima kasih dengan usaha mereka.

 

“Ya udah, kita ke parkiran dulu. Sebelum hujan makin deras.” Ujar Rayhan, mengambil alih payung Vania.

 

Vania tak langsung menjawab, matanya bergerak bimbang. Namun tak lama akhirnya ia mengangguk pelan.

 

Langit seolah menjadi saksi dalam kerumitan hubungan mereka. Di bawah satu payung, mereka berjalan beriringan, bahu saling menempel seakan tak ada ruang lain untuk berteduh.

 

Vania masuk ke dalam mobil Rayhan terlebih dahulu, disusul Rayhan yang baru menaruh gitarnya di jok belakang. Mereka tak bertemu ketiga teman mereka, jelas teman-teman itu telah pergi terlebih dulu.

 

Hening, dunia seakan lenyap.

 

Hanya deru hujan yang menghantam atap dan kap mobil, diiringi gemuruh guntur yang masuk tipis lewat celah kaca jendela.

 

Rayhan mengusap rambutnya yang basah, berharap canggung cepat berlalu. Ia melirik Vania, bahu kanannya sedikit basah. Refleks ia mengambil tisu dan mengelapnya pelan.

 

“Harusnya tadi lo lebih nempel ke gue. Jadi basah gini ... Dingin gak?” tatapnya penuh kekhawatiran.

 

Vania mengerjap, tak pernah siap dengan sikap manis Rayhan yang selalu tiba-tiba. Desiran aneh merambat dari perut ke dadanya, di luar hujan terasa dingin namun pipinya justru menghangat.

 

“Gue gak papa,” sahutnya, mengambil tisu di tangan Rayhan dan mengusapnya dengan buru-buru.

 

Tangan Rayhan beralih menggaruk pipinya yang tak gatal, namun jelas tengkuk dan telinganya sudah memerah. Sensasi yang telah lama tak pernah singgah kini terasa dengan jelas. Rayhan masih menyukainya, sangat, teramat sangat.

 

“Emm ... kita jalan sekarang aja?” tanya Rayhan kikuk.

 

Namun, hujan justru makin lebat, bahkan wiper pun tak mampu menyingkirkan tirai air yang menutup arah pandang.

 

“Tapi hujannya deres banget, emang  lo bisa liat jalan?” tanya Vania balik.

 

Ujung-ujungnya mereka terjebak dalam mobil yang perlahan menghangat—menunggu hujan reda. Namun, kilatan petir membelah langit, membuat Vania terpelonjak dan mencengkram erat tangan Rayhan. Keduanya kembali beradu tatap, dengan cepat Vania menarik tangannya kembali tapi ditahan oleh Rayhan.

 

Sorot matanya hangat dan bertahan lama—seakan merekam momen itu.

“Boleh seperti ini sebentar?” tanya Rayhan pelan, suara rendah itu meluluhkan pertahanan Vania. Jemari Rayhan menyatu dengan gerakan lembut, menggenggamnya erat seakan enggan berpisah lebih jauh.

 

Mata Vania melebar, lidahnya kelu.

 

“Temani gue tidur, ya?”  imbuh Rayhan.

 

“Tidur?” alis Vania berkerut.

 

Rayhan terkekeh pelan. “Iya, tidur. Bukan ‘tidur’ yang lain.”

 

Wajah Vania makin merah padam, kesal dan  malu bercampur jadi satu.

 

“Gue lelah banget hari ini, semalem gue gak bisa tidur. Hanya lo obat tidur terampuh yang gue punya, Van. Boleh, ya?” jelas Rayhan. Jemarinya semakin mengerat.

 

Vania menatap lebih lekat; wajah tampan itu berselimut letih yang sulit dijelaskan. Ia hanya bisa mengangguk, tak tega melihat sorot mata Rayhan yang lemas.

 

Senyum Rayhan merekah, lalu ia merendahkan kursi kemudi. Matanya mulai terpejam, napasnya terlihat teratur, dan jarinya tak lepas dari genggaman. Rayhan pun terlelap, wajah letihnya tampak damai, membuat Vania tersenyum tipis.

 

“Apa ini kenyamanan yang lo cari, Ray?” gumamnya pelan, nyaris tak bersuara.

 

“Tidurlah yang lelap, gue gak akan pergi.” Setelah mengucapkan itu, rasa kantuk pelan-pelan menyusup, mata Vania kini ikut terpejam dengan tenang.

 

Namun, tanpa Vania sadari. Rayhan belum benar-benar terlelap, ia mendengar semua gumaman lembut Vania. Suara itu meresap hangat, perlahan, hingga membuat hatinya tersenyum. Di tengah hujan yang terus menabuh atap mobil, dunia mereka tetap sunyi, namun penuh makna.

.

.

.

1
erika eka putri pradipta(ACDD)
ayolah, hrus bisa move on dari cinta pertama mu
erika eka putri pradipta(ACDD)
ngumpet kli di dalam kntong🤣
erika eka putri pradipta(ACDD)
klau mau cri sahabat ya cri aj tp jngn smpai jtuh cinta
erika eka putri pradipta(ACDD)
itu cinta pertama bukan cinta sejati
Oksy_K: tepat💯
total 1 replies
Jemiiima__
udh kaya gini balikan dong ya Thor hrsnya
Oksy_K: hmmmmmmm/Slight//Slight//Slight/
total 1 replies
Jemiiima__
ah kufikir kaya Yuan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
sholeh bgt rayhan nih wkwk
Oksy_K: masih bau kencur, jgn dulu deh. authornya belum siap mental😂😂😂
total 1 replies
Jemiiima__
feel like "sunjae-yaaaa" 😂
Oksy_K: wkwk iya😂😂 bedanya yg ini ngamen😭
total 1 replies
Jemiiima__
good oktaa! ayo van berhenti atau lanjutkan?!
Jemiiima__
vania ayo gppa balik lg sma rayhan semoga kali ini gak ada penganggu lg 🥲
Oksy_K: doakan yg terbaik buat mereka❤️
total 1 replies
Jemiiima__
wehhh apa ga kurang galau ni lagu 😭
Oksy_K: bangeeettttt😭😭
total 1 replies
Jemiiima__
buset jgn ganjen rayhaannn
Oksy_K: tempeleng aja, kebiasaan lama muncul kembali🤧
total 1 replies
Muffin🧚🏻‍♀️
Kalau udh cinta emng susah hilang kwkw
Oksy_K: di lirik dikit langsung meleleh😭
total 1 replies
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
klo gk mau pulang y lo usirlah van, biar pulang, trus tutup gerbang lalu kunci gerbangnya biar dia g bs masuk lg😂😂😂
Oksy_K: ide yang bagus👍😅 nanti coba vania praktekkan😂
total 1 replies
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Jedderrrr!!!! hati Vania pst berasa di sambar petir di siang bolong mndengar ucapan Jalu brusan, sbr Van km.pst akn mndpt seseorg yg menetima km ap adany suatu saat nnt
Oksy_K: nggk bisa berkata-kata😭
total 1 replies
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
lgsg freeze ya Van, berasa jd makhluk yg pling bodoh dan gagu sedunia di saat kita berda di depn org yg tk sanggup kita gapai😂
Oksy_K: hnya bisa menatap🥲
total 1 replies
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
ngumpet di kolong meja mgkn, klo nggk ngumoet di toilet wkwkwk
Oksy_K: atau di planet lain😂
total 1 replies
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
bner bgt cinta pertama walaupun berhsil pcran tp akhirnya putus di tengah jln🥺
Oksy_K: iya kak, pengalaman juga nih kayaknya/Chuckle/
total 1 replies
CumaHalu
Wah, belum apa-apa udah terpotek-potek hatinya Vania😭
Oksy_K: hancur, jdi butiran debu~~~
total 1 replies
CumaHalu
Selama Vania ga nemuin pengganti Jalu ya sulit buat melupakan, semoga kalian jadi saling cinta ya, biar ga nyesek🤭
Oksy_K: jawabannya ada di bab selanjutnya/Chuckle/
total 1 replies
Ff Gilgamesh
mulai membandingkan.... siapa yg tercantik... dia ato gw
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!