NovelToon NovelToon
Suamiku, Musuhku...

Suamiku, Musuhku...

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: ella ayu aprillia

Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Di dalam mobil Gisella masih terus menangis dan tubuhnya bergetar hebat. Meski ia tidak tahu apa isi dari surat di dalam bucket itu namun ia yakin jika dia yang mengirimnya. Tidak mungkin pihak bandara menyambut semua pengunjung dengan bucket bunga bukan? Dan jika kalaupun benar pihak bandara yang memberi bucket itu untuk pengunjung kenapa hanya Gisella yang mendapatkan? Bukankah itu sudah menjadi hal yang tidak wajar. Revan memberi air mineral kepada Gisella agar gadis itu bisa merasa lebih tenang. Dengan tangan gemetar ia mencoba memegang botol tersebut namun air di dalam botol itu justru muncrat keluar dan membasahi baju dan celana Gisella. Akhirnya Revan membantu memegang botol itu. Ia mendekatkan ujung botol ke bibir sang gadis.

Revan memeluk tubuh Gisella setelah meletakkan botol itu ke dasboard.

"Elo nggak perlu khawatir, gue akan selalu menjaga dan melindungi elo. Gue akan pastikan jika dia tidak akan pernah bisa mendekati elo lagi. Setelah kita menikah gue akan pastikan keamanan elo akan terjamin. Nggak akan ada lagi teror yang membuat elo takut dan nggak akan ada lagi yang membuat elo trauma." Janji Revan. Gisella semakin menangis di dalam dekapan calon suaminya itu. "Terima kasih Van, gue nggak tahu kenapa dia datang lagi. Dan gue nggak tahu apa mama dan papa sengaja memaksa gue nikah sama elo karena mereka tahu kalau dia sudah kembali."

"Van, apa elo juga udah tahu soal hal ini? Apa ini alasan mereka menikah kan kita?"

Deg...

Jantung Revan berdetak kencang, sepertinya ia sudah salah bicara hingga membuat Gisella curiga. Revan terdiam sejenak untuk menetralkan detak jantungnya, ia menarik napas dalam lalu berkata " gue nggak tahu apa - apa dan gue juga nggak tahu apakah ini ada hubungannya dengan perjodohan kita. Tapi yang jelas gue akan lindungi elo dari orang - orang yang berusaha menyakiti elo karena setelah menikah elo akan jadi tanggung jawab gue sepenuhnya."sahut Revan mantap tanpa keraguan sedikit pun. Gisella dapat melihat keseriusan itu di mata Revan. "Terima kasih."ucapnya lirih. Gisella melepaskan pelukkan mereka dan kini bersandar pada jendela. Tak lama dari itu pintu mobil terbuka.

"Sayang..kamu nggak papa?"tanya mama Sinta.

"Gisel nggak papa kok ma, maaf sudah bikin mama dan papa khawatir."

"Nggak papa, asal sekarang kamu bisa lebih baik dan lebih kuat lagi. Mama yakin semua ini akan segera berakhir."

"Iya ma, aku nggak papa kok dan Gisel akan selalu menjadi anak yang kuat dan selalu semangat. Gisel nggak boleh kalah dengan rasa takut yang terus menghantui Gisel. Gisel harus lawan semua ini supaya dia merasa jera."

"Iya sayang, mama dan papa akan selalu ada untuk kamu. Kami selalu menyayangimu."

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, terlihat gedung - gedung tinggi yang mereka lewati dan juga pemandangan yang menyejukkan mata. Mobil terus melaju hingga 20 menit kemudian mereka telah sampai di Villa milik keluarga Gisella.

"Akhirnya kita sampai juga, kalian istirahat dulu sebelum nanti kita kumpul lagi."ucap mama Sinta. "Sayang tolong kamu antar Revan ke kamarnya ya. Kamarnya ada di antara kamar kamu dan kamar kakak."tambahnya.

"Iya ma, ayo kak Rania kita sekalian ke kamar."ajak Gisella kepada calon kakak iparnya itu. Rania memang sering ikut liburan dengan keluarga Marcel ke villa ini dan ia selalu tidur bersama Gisella. Rania mengangguk lalu ia menatap Marcel yang berdiri di sampingnya.

"Koper kamu biar aku yang bawa sayang, kamu naik duluan aja. Sebentar lagi aku juga akan naik."ucap Marcel yang seolah paham akan tatapan kekasihnya itu.

"Berarti koper aku juga ya kak sekalian bawain."celoteh Gisella. Marcel memutar bola matanya malas " enak aja, kamu bawa sendiri lah koper kamu."

"Ck...kakak.." kesal Gisella cemberut.

Marcel tertawa kecil karena berhasil menggoda adiknya itu. Gisella selalu terlihat menggemaskan saat cemberut begitu. Setelah berhasil membuat adiknya kesal Marcel kembali keluar untuk mengambil koper sang kekasih.

"Biar gue aja yang bawa koper elo."potong Revan. Rania berdehem pelan lalu menggoda calon adik iparnya. "Tuh..udah ada yang bantuin bawa. Sekarang nggak harus repot apa - apa sendiri karena mulai besok ada yang direpotin." Wajah Gisella terasa memanas, ia yakin jika saat ini pasti wajahnya sudah merah.

"Nggak papa gue bisa kok bawa sendiri, makasih."ujarnya lirih seraya menunduk. Terlalu malu untuk menatap Revan atau Rania.

"Nggak papa udah ayok gue udah pengen istirahat. Lama banget sih lo kaya siput."

"Baru aja buat gue terbang sekarang udh di hempasin lagi."gumamnya pelan.

"Gue denger." Balas Revan lagi yang sudah lebih dulu menaiki tangga.

Rania dan Gisella langsung saling pandang setelahnya terkikik bersama.

"Ini kamar elo."tunjuk Gisel pada kamar kosong yang ada di antara kamarnya dan juga kamar kakaknya.

"Nih koper elo. Nggak harus gue bawa ke kamar juga kan?"tanya nya sinis.

"Nggak perlu, dari awal gue juga udah bilang kalau gue bisa bawa sendiri." Gisella menarik kasar kopernya menuju ke kamarnya.

"Woi, elo nggak bisa apa bilang makasih."

Gisella membalikkan tubuh lalu berujar "terima kasih Revan Mahendra.."

Setelah itu ia masuk ke dalam kamar bersama Rania. "Dasar bocah.."geleng Revan.

Waktu terus berputar hingga kini sudah waktunya makan malam, mereka semua berkumpul di meja makan. Suasana begitu ceria dan harmonis. Makan malam mereka di selingi dengan obrolan - obrolan ringan.

"Sayang, setelah ini kamu istirahat ya jangan sampai kelelahan karena besok adalah hari yang panjang untuk kamu dan Revan. Dan mulai besok kamu akan menjadi istri Revan, jadi kamu harus bisa menghormati dia meskipun umur kalian sama tapi tetap saja Revan adalah suami kamu. Kamu harus nurut apa yang diucapkan oleh Revan dan kalau kamu mau pergi kamu harus izin dulu sama suami kamu. Apa pun yang diucapkan Revan kamu harus nurut dan jangan pernah kamu membantahnya."nasihat mama Sinta.

"Dan untuk kamu Revan, sebagai suami kamu harus bisa menjaga, melindungi dan mendidik istri kamu. Beri nafkah yang baik untuk istri kamu karena sebelum menikah dengan kamu dia adalah putri kesayangan orang tuanya. Jadi kamu juga harus bisa memberi apa yang diinginkan oleh istri kamu dan jangan pernah membuatnya kecewa."kini ganti bunda Diana yang menasehati putra semata wayangnya.

"Iya mama.."

"Iya bunda.."

Jawab mereka bersamaan, meskipun mereka tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh orang tuanya namun mereka tetap mengangguk. Mama Sinta dan bunda Diana tersenyum, ada rasa bahagia di wajah mereka saat mendekati hari pernikahan putra putrinya.

Setelah makan malam dan mendapat wejangan kini kedua calon pengantin masuk ke dalam kamar masing - masing. Jika Revan masuk sendirian berbeda dengan Gisella yang kini di temani oleh Rania.

"Kak, aku gugup banget deh. Kira - kira besok gimana ya kak. Serius nih besok aku nikah sama cowok itu. Gimana nasib pernikahan aku nanti ya kak." Gisella merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk dengan wajah di tutup dengan bantal.

"Udah, nggak papa. Kakak yakin kok kalau kalian akan bisa melewati ini semua. Dan kakak yakin kalau nggak butuh waktu lama untuk kalian dekat dan saling jatuh cinta. Karena sekarang kakak sudah dapat melihat jika Revan mulai sedikit mencair." Gisella membuka bantalnya dan menatap Rania tajam,

"Serius kakak ngomong kaya gitu?"

"Iyaaa..tentu saja. Itu yang kakak lihat kemarin. Kamu sadar nggak kalau interaksi kalian kemarin itu terlihat sangat dekat dan intim. Kamu terlihat nyaman dalam pelukkan Revan dan dia juga bisa menenangkan kamu."

Gisella terdiam, memutar ulang kejadian tadi siang saat di bandara. Di sana, di dalam mobil. Dan ya, benar apa yang diucapkan Rania jika ia merasa nyaman berada dalam dekapan Revan dan benar jika Revan mencoba menenangkannya dan itu berhasil.

"Jadi benar sekarang kamu sudah mulai nyaman dekat Revan?"

1
Murni Dewita
👣
Reni Anjarwani
lanjuttt
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
ella ayu aprillia
terima kasih sudah mampir kak
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
HitNRUN
Meresap dalam hati
ella ayu aprillia: terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
Ryner
Kayanya aku gak bisa tidur lagi kalo gak baca kelanjutannya sekarang juga 😩
ella ayu aprillia: terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!