NovelToon NovelToon
Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Sistem
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: jenos

Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.

Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.

Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?

Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 1

Seorang lelaki terbaring lemah di ranjang rumah sakit, tubuhnya pucat dan tak berdaya.

Meskipun mengalami kecelakaan mengerikan dengan kereta api yang melaju kencang, secara ajaib tubuhnya masih utuh. Namun, dampak keras yang dialami oleh kepalanya membuatnya terbaring di sana, seolah dunia telah meninggalkannya.

Di samping ranjang, seorang wanita paruh baya dengan rambut yang mulai memutih dan wajah yang tampak letih, duduk di kursi sambil memegangi tangan sang lelaki dengan erat. Tangisan pilu dan gumaman yang tidak jelas terdengar menggema di ruangan tersebut, menciptakan suasana yang pilu dan mengharukan.

Wanita itu, seorang ibu yang hanya memiliki satu putra, merasa seolah jantungnya hancur melihat nasib tragis yang dialami putranya. Setiap detik yang berlalu, dia merasakan kepedihan yang semakin dalam, mengingat betapa berharganya putra yang dia cintai. Namun, di tengah keputusasaan, dia tak bisa berbuat apa-apa

Selain membenci keadaan yang telah menimpa mereka.

"Nak, mengapa kamu melakukan ini?

Apakah kamu merasa hidup itu tidak berarti?

Apakah kamu tidak kasihan pada Ibu?" Air mata wanita tua itu berlinang, suara isak tangisnya menggema di dinding bangsal.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan seorang perawat cantik bersama dokter berjalan masuk. "Bu, biarkan kami memeriksa putra Ibu agar dapat menemukan cara untuk menyembuhkannya," ujar perawat itu dengan nada dingin dan sinis.

Wanita tua bernama Sandria itu menyingkir sambil menarik napas dalam-dalam, menyerahkan nasib putranya pada kedua sosok profesional di hadapannya.

Setelah menempelkan stetoskop di dada pemuda berusia dua puluh tahun tersebut, dokter mengernyit sejenak sebelum menyentuh nadinya. Dengan ekspresi muram, dia menggeleng. "Anak Ibu tidak memiliki harapan untuk sembuh. Sebaiknya Ibu bawa pulang saja dan persiapkan peti mati untuk mengurus pemakamannya," ucap dokter itu

Tanpa belas kasihan, lalu segera meninggalkan ruangan.

Perawat itu melepaskan berbagai alat yang menempel di tubuh pemuda malang itu.

Suasana sunyi dan air mata pilu menghantui hati Sandra yang hancur tak berdaya menatap putra tercintanya yang terbaring lemah.

"Ini tidak mungkin," gumam Sandria tercekat, mata berkaca-kaca. Ia bersandar pada dinding rumah sakit, tangannya bergetar saat menyeka air matanya yang membasahi pipi.

Suara dokter tadi, seperti sambaran petir yang membuncah dengung di kepala, menghantam relung hatinya hingga remuk.

Perawat mencoba menenangkan, "Ibu harus kuat. Sebaiknya Ibu segera membayar biaya administrasi dan segera membawa anak Ibu pulang. Kami akan berusaha memberikan diskon untuk mengurangi beban Ibu."

"Bayar biaya?" gumam wanita tua itu lirih. Hatinya kembali tersayat, bagai dililit pilu yang semakin mengguris. Untuk makan saja, mereka harus mencari uang dengan susah

Payah. Lalu bagaimana mesti membayar biaya rumah sakit ini? Dengan apa? Dari mana dia akan mampu mengais?

Jika saja dia tahu nasib mereka akan berujung pada pertaruhan ini, dia tak akan ragu menahan orang yang bawa putranya ke rumah sakit. Dan sekarang? Nasib malang hampa membelenggu hati.

Sandria menghela napas berat, "Baiklah, aku akan memberitahu ayahmu, bahwa putranya sedang berjuang melawan penyakit yang mengancam nyawanya. Semoga saja, kali ini dia berkenan peduli." Dia bersiap melangkah, namun tangan anaknya berusaha menggenggam erat tangan ibunya, bagai tak ingin melepaskan sekalipun tenaga mulai jauh memudar.

Merasa genggaman hangat di tangannya, Sandria segera tersadar dan menoleh. Dalam kebingungan, dia melihat putranya, Jansen Gillard, sedang tersenyum padanya. Wanita itu mengusap matanya berkali-kali, merasa seolah sedang bermimpi, namun ketika ia membuka matanya kembali, wajah putranya yang sebelumnya pucat perlahan pulih kembali warnanya.

Mata Jansen menatap tegak ke langit-langit rumah sakit, dan Sandria tak tahu apa yang sedang dilihatnya di sana. Jantungnya terasa seakan hendak pecah saat ia melihat air matanya kembali mengalir deras, sementara kilatan ketakutan melintasi matanya. Dia teringat pepatah, "jika seseorang akan meninggal, maka dia bisa melihat malaikat yang akan mencabut nyawanya." Firasat buruk langsung menyelimuti hatinya, mengingat para perawat dan dokter sudah mengatakan bahwa Jansen sudah tidak ada harapan hidup.

Sementara itu, Jansen tengah menatap layar hologram yang muncul tepat di depan matanya, dan inilah sebabnya dia menatap ke langit-langit. Ia tidak menyangka bahwa saat dia terlempar menuju kereta, sesuatu tiba-tiba menghantam tubuhnya lebih dulu dan itu ternyata sebuah sistem.

Sebelum kejadian.

Jansen orang yang cerdas dan dia berhasil berkuliah di Universitas Gadjah berkat beasiswa, selama ini hidup serba sedikit, tak punya teman, dan sering dijauhi karena latar belakang keluarganya yang miskin. Selain itu, dia juga dikenal sebagai

Kutu buku dengan kacamata tebal. Pagi itu, seorang wanita cantik tersandung, dan Jansen yang kebetulan lewat berusaha menolong dengan refleks. Namun, saat itulah keberuntungannya seakan berbalik. Tidak hanya dia juga terjatuh, tapi posisi jatuhnya begitu menguntungkan baginya sehingga membangkitkan amarah seorang pria kaya yang menyaksikannya.

Namun, si pemuda kaya tidak langsung melampiaskan kemarahannya saat itu, melainkan menunggu kesempatan untuk balas dendam. Saat Jansen pulang, serangan yang tak terduga itulah yang akhirnya menjerat hidupnya.

Jansen Gillard diculik oleh sekelompok orang dan disekap di sebuah gudang dekat rel kereta api. Di sana, dia dipukuli dengan brutal tanpa belas kasihan. Alasan kejamnya perlakuan ini adalah karena Jansen telah tanpa sengaja menyentuh seorang wanita populer di Universitas Gadjah.

Wanita itu adalah Lorenza Webster, mahasiswi Universitas Gadjah yang terkenal karena kecantikan dan popularitasnya. Banyak pria, baik yang diam-diam maupun secara terang-terangan, mengaguminya. Namun, tak

Satupun dari mereka berhasil mendekati Lorenza, yang terus bersikap dingin dan angkuh. Suatu hari, saat ia terjatuh, seorang lelaki yang dianggap pecundang oleh sekelilingnya berhasil menolongnya. Lorenza tersenyum manis padanya, membuat jantung para pria pengagumnya seakan berhenti.

"Kamu mencoba untuk mengambil keuntungan dari situasi itu, kutu buku," ujar Doni sambil menginjak kaki Jansen yang sedang terikat di kursi. "Tunggu saja, tubuhmu akan hancur dalam tanganku!" Dony murka, karena wanita pujaannya malah tersenyum pada Kutu Buku ini.

Jansen merasa ketakutan mendalam, kehilangan kacamata yang memecah membuat pandangannya kabur. Namun, ia masih bisa mengenali penculiknya, Dony. "Bawa dia dan lemparkan ke dalam kereta!" perintah Dony. Beberapa orang mengejek dan tertawa saat mengeksekusi perintah tersebut.

"Kamu akan mati," ejek Nando, menambah rasa putus asa yang melilit Jansen. Dunia terasa gelap, namun Jansen bersumpah, jika ia berhasil keluar dari situasi ini, ia akan balas dendam. Tapi dia tahu, bahwa jika tubuhnya dilemparkan ke kereta

Yang melaju dengan cepat. Dia pasti akan mati.

Saat kereta berkecepatan tinggi melintas, Nando bersama kawan-kawannya menghempaskan Jansen ke rel.

Brak!

Tubuh Jansen terpental dengan keras.

1
Pakde
lanjut thor
Pakde
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!