Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.
Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Renovasi Besar - besaran di Zui Xian Lou
Menarik pelanggan bukan cuma soal promosi, tapi juga perlu papan nama yang menarik. Mu Yao memberi beberapa saran. Tulisan di papan nama lama tetap dipertahankan, hanya gaya dan posisinya yang diubah. Huruf-hurufnya sekarang jadi melengkung dan tampak bulat menggemaskan, terlihat hidup dan lucu.
Awalnya papan nama berwarna dasar hitam dengan tulisan emas. Sekarang, Mu Yao menambahkan garis merah mengelilingi huruf emas itu, membuatnya terlihat seperti nyala api yang menari. Di pojok kanan bawah papan, dia juga menambahkan gambar sayuran dengan makna keberuntungan—seperti sawi dan kesemek—warnanya mencolok dan segar. Yang paling penting, ada gambar sate-sate panas mengepul yang langsung bikin orang ngiler. Menu andalan sebelumnya, yaitu daging merah rebus, kini dipindah ke sisi kiri papan.
Begitu papan nama ini dipasang, banyak toko lain ikut-ikutan memperbarui papan mereka. Akibatnya, bisnis pembuat papan nama pun ikut kebanjiran pesanan.
Bagian dalam Zui Xian Lou juga mengalami perubahan besar. Lantai dua yang sebelumnya hanya punya dua ruangan VIP, kini jadi delapan—meski ukurannya sedikit lebih kecil dari sebelumnya. Meja yang awalnya berbentuk persegi delapan dan jumlahnya dua puluh, kini diganti menjadi meja bundar berwarna ungu.
Dapur di lantai satu diperluas ke belakang agar tidak mengambil ruang bagian depan. Pintu yang menghubungkan dapur dengan aula depan diganti; tirai kain dicopot dan diganti dengan pintu kayu kokoh. Di salah satu sisinya dibuat jendela kecil sebagai jalur antar makanan, lengkap dengan pintu geser kecil. Ini untuk mencegah tamu sembarangan masuk ke dapur dan menghindari masalah yang tidak perlu. Selain itu, asap dapur jadi tidak menyebar ke aula depan, jadi tidak mengganggu kenyamanan pengunjung saat makan.
Meja-meja dari lantai dua dipindahkan ke lantai satu dan jadi tempat duduk reguler. Delapan meja bundar tambahan juga ditambahkan. Beberapa meja lama juga diletakkan di luar sebagai tempat duduk santai untuk tamu yang menunggu.
Meja kasir dipindahkan ke sisi kiri pintu masuk. Di dinding belakang kursi kasir, dipasang rak-rak dengan berbagai ukuran untuk menyimpan minuman dan arak.
Mu Yao juga mengatur agar semua staf restoran mengenakan seragam yang sama—tentu saja disediakan oleh restoran. Pelayan di aula depan mengenakan baju merah meriah dengan tulisan emas "Zui Xian Lou" di bagian dada kiri. Para koki dapur mengenakan baju putih, sementara staf dapur lainnya memakai warna biru gelap dengan kerah dan ujung lengan putih, semuanya tetap ada sulaman nama restoran. Topi mereka juga seragam, semuanya putih bersih.
Reformasi ini bikin Zui Xian Lou jadi lebih dikenal banyak orang.
Mu Yao juga membagi tugas para pelayan dengan jelas. Ada yang khusus menyambut tamu dan menjelaskan menu, ada yang khusus mencatat pesanan, dan ada yang bertugas membersihkan meja. Kalau ada pelanggan yang kabur tanpa bayar, pelayan yang melayaninya yang harus tanggung jawab—tentu bukan mengganti dengan harga penuh. Sebagai motivasi, siapa pun yang tidak melakukan kesalahan selama sebulan akan mendapat bonus. Hal ini meningkatkan semangat kerja para pelayan. Dan karena restoran cukup untung, di akhir tahun mereka juga bisa dapat bonus, tidak hanya saat hari raya seperti sebelumnya. Ini bikin para pelayan dari restoran lain jadi iri dan ingin pindah kerja ke sini.
Mu Yao juga menyiapkan nomor antrian untuk tamu yang mengantre, jadi mereka bisa mengatur waktu sendiri tanpa harus berdiri menunggu di luar. Cara ini juga mengurangi kemungkinan tamu kabur karena bosan nunggu.
Karena pembukaan kembali restoran tinggal menghitung hari, Mu Yao hampir setiap hari pulang larut dari kota ke desa. Su Mo dan Tang Xuan pun akhirnya tahu kalau Mu Yao pernah membunuh perampok gunung—dan sejak itu, pandangan mereka terhadapnya jadi makin kagum. Mereka juga jadi tidak terlalu khawatir lagi dengan keselamatannya di jalan.
Su Mo bekerja dengan sangat efisien. Sehari setelah tanda tangan kontrak, dia sudah menyiapkan sebuah kereta kuda untuk Mu Yao. Keretanya berukuran cukup untuk empat orang, karena Mu Yao hanya punya satu ekor kuda. Di dalam kereta ada empat bangku kecil di tiap sudut, dan di dekat jendela samping ada meja kecil. Lantainya dilapisi karpet tebal.
Di kursi pengemudi dan bangku kecil dalam kereta juga sudah disediakan bantal empuk. Bagian luar kereta dicat biru tua—karena warna merah keunguan hanya boleh dipakai keluarga pejabat. Sementara itu, bagian dalam kereta berwarna merah muda lembut, mungkin karena mereka tahu pemiliknya perempuan.
Su Mo benar-benar perhatian. Bukan cuma menyiapkan dudukan empuk, dia juga sudah mengurus semua dokumen kepemilikan kereta di kantor pemerintahan. Di bagian depan kereta bahkan dipasang papan kayu cantik bertuliskan satu huruf besar: “Mu”, dengan tulisan kecil di bawahnya berisi tanggal penerbitan dokumen.
Mu Yao memang bisa menunggang kuda, tapi belum pernah mengendarai kereta sebelumnya. Butuh dua jam belajar dari pelayan Su Mo sebelum akhirnya bisa. Dalam hati, Mu Yao mulai berpikir... apa ke depannya dia harus merekrut kusir juga?
tapi pernah baca satu dua novel China yg masih bertahan di desa hingga makmur desanya jadi tempat wisata, dan dia ogah ke ibukota, sampai mati di desa, dan cincin penyimpanan berganti Mjikan yaitu anaknya , keren sih kalo KY gitu