NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:846
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Suara Tawa Misterius

Matahari pada siang hari ini terasa sangat panas. Tidak ada satu orang pun yang ingin berlama-lama berkegiatan di luar ruangan siang hari ini. Sengatan sinar matahari siang hari ini rasanya seperti membakar kulit siapa saja yang berkegiatan di luar ruangan.

Tisha menghela napas lega saat dirinya sudah sampai di depan rumah temannya. Ia melangkah masuk ke dalam rumah temannya untuk mendapatkan hawa sejuk dari pendingin ruangan setelah ia harus menerjang panasnya sinar matahari siang ini.

"Tis," panggil Ica.

Tisha menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia menatap ke arah Ica yang baru saja keluar dari dalam kamar, "hai," sapanya.

"Di ruang tengah aja, agak adem. Di ruang depan panas, di tengah ada AC. Jadi enak tinggal ngadem."

Tisha menganggukkan kepalanya setuju mendengar perkataan Ica. Lagipula ia memang membutuhkan udara sejuk dari pendingin ruangan, tubuhnya sudah berkeringat karena terlalu lama di luar rumah.

Sesampainya di ruang tengah, ia menatap ruang tengah dengan tatapan menelisik. Cahaya matahari tidak masuk ke area ruang tengah, membuat ruangan tersebut terlihat sedikit gelap karena lampu yang belum dinyalakan.

Dari ruang tengah, mereka bisa melihat ke arah pintu utama yang terbuka lebar. Di ruangan tersebut juga terdapat televisi dan juga single bed sebagai pelengkap ruangan agar tidak terlalu kosong.

Tisha langsung duduk lesehan di dekat kasur seraya menyadarkan tubuhnya yang lelah pada dinding di belakangnya. Ia sengaja duduk di dekat kasur karena letaknya yang tidak jauh dari pendingin ruangan.

"Yang lain sebentar lagi bakal dateng kok."

Tisha hanya mengangguk singkat mendengar perkataan Ica. Sambil menunggu temannya yang lain datang, ia memakan beberapa cemilan yang sudah disediakan oleh temannya itu.

"Mau nonton apa?" tanya Ica pada Tisha.

"Film horor?"

Ica terdiam sesaat, "lo kan tau kalau gue gak berani."

"Kan nonton rame-rame, lagian ini masih siang," balas Tisha tak acuh.

Ica menghela napas pelan, "ya udah deh, tapi nanti lo temenin gue sampe Mama gue dateng ya."

Tisha menganggukkan kepalanya, "hm."

"ICA!!!"

"CA!!!"

Ica menghela napas pelan saat mendengar suara teman-temannya yang lain. Ia beranjak menuju pintu utama untuk menghampiri ketiga temannya yang baru saja datang.

Tisha mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia menghela napas lelah saat melihat ketiga teman laki-lakinya yang baru saja datang.

"Panas banget hari ini!! Gila asli panasnya," keluh Fadhil seraya duduk di ruang tengah.

"Udah biasa," balas Tisha tak acuh.

"Asik nonton horor," ucap Farhan seraya menatap layar laptop milik Ica.

"Sebenernya gue gak mau nonton, tapi paksaan dari Tisha," ujar Ica memberitahu ketiga temannya yang lain.

Tisha mengedikkan bahunya tak acuh mendengar perkataan Ica, "ini lebih seru. Daripada nonton cinta-cintaan gak jelas," ujarnya.

"Bentar, gue minum dulu. Haus, panas banget di luar," ujar Fadhil seraya meminum sirupnya hingga tandas.

"Sha, bener ya nanti temenin gue sampe Mama gue dateng," ujar Ica mengingatkan Tisha.

Pasalnya ia takut mengenai sesuatu hal yang berhubungan dengan hantu. Ia bukan perempuan pemberani yang bisa menonton film horor atau sejenisnya.

"Gak usah penakut ah, nanti disamperin loh," ucap Rizky dengan santai.

Ica memukul bahu Rizky yang menakutinya, "jangan nakutin."

"Makanan sama minuman udah siap kan?! Biar pas nonton enak aja gitu," ujar Farhan pada teman-temannya.

"Ada."

Farhan mulai mencari film horor yang sekiranya seru untuk mereka tonton. Sesekali ia memberitahu teman-temannya mengenai film yang ia pilih.

Sedangkan Ica hanya berdiam diri di dekat lorong menuju dapur dan juga kamar mandi. Ia lebih baik menerima jadi apa yang akan teman-temannya pilih. Lagipula ia tidak terlalu memahami film horor yang sedang ramai saat ini.

"Anjing," umpat Fadhil.

"Kasar," ucap Rizky seraya memukul kepala Fadhil. "Kenapa sih?!"

Fadhil tertawa kecil, "lo liat temen lo tuh, nyari film horor yang ada adegan dewasanya. Gila."

Tisha mencubit lengan Farhan dengan kencang, "jangan yang ada adegan dewasanya, gue tabok lo ya."

Farhan mendengus, ia kembali mencari film horor yang sekiranya seru, "nih ketemu, gue jamin seru dan gak ada adegan dewasanya," ujarnya seraya menekan tombol play.

Saat film telah diputar, mereka semua langsung terdiam dan fokus pada layar laptop di depannya. Tidak ada yang membuka suara, mereka terlalu menikmati film yang sedang diputar.

Mengetahui salah satu temannya tampak takut, membuat keempat orang di depannya sesekali membuka percakapan. Rizky, Farhan, dan juga Fadhil sesekali mengeluarkan celetukan-celetukan yang membuat mereka tertawa.

Rizky menoleh ke arah Ica, "sini Ca, jangan jauh-jauh," ucapnya pada Ica yang terdiam.

Ica menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gak ah, takut."

"Cemen lo," cibir Fadhil.

Rizky kembali mengeluarkan celetukan yang membuat mereka tertawa. Ia melakukannya untuk mengurangi rasa tegang yang terjadi antara mereka berlima.

"Anjir, goblok banget tuh orang," umpat Farhan dengan mata yang terus terfokus ke arah layar.

Fadhil dan Rizky tidak tinggal diam, mereka kembali membuat celetukan agar suasana tidak terlalu tegang. Usaha mereka tidak sia-sia karena ketiga temannya yang lain ikut tertawa karena celetukan mereka.

Tontonan yang mereka tonton menjadi terlihat santai dan tidak terlalu tegang. Celetukan asal kembali Fadhil dan Rizky keluarkan, membuat tawa mereka terdengar sampai keluar rumah.

Tisha menghentikan tawanya saat ia merasa sesuatu hal yang aneh. Ia menatap temannya satu persatu dengan tatapan penuh selidik. Mereka semua sedang tertawa keras, tapi dari tawa tersebut terasa ada yang aneh.

Ia mengalihkan tatapannya ke arah Ica yang sedang tertawa. Ia mengerutkan keningnya dengan bingung saat tawa Ica dengan suara tawa perempuan yang ia dengar terasa berbeda.

Tiba-tiba saja suasana ruang tengah menjadi hening. Tisha menatap satu persatu temannya yang langsung terdiam dengan wajah terkejut. Mereka semua yang berada di ruang tengah saling tatap, mencoba memberitahu sesuatu hal aneh melalui kode mata.

Tisha menatap semua temannya dengan tatapan yang sulit diartikan, "dari tadi loh gue dengernya," ucapnya memberitahu.

Semuanya yang berada di ruang tengah terdiam, tidak ada satupun yang membuka suara. Mereka ingin memastikan jika suara tawa perempuan yang mereka dengar bukan dari area rumah Ica.

"Terus siapa?" tanya Ica dengan takut.

Pasalnya suara tawa perempuan tersebut terdengar jelas. Perempuan misterius itu seperti ada di tengah-tengah mereka saat ini.

"Ada Kakak lo?" tanya Farhan mencoba berpikir positif.

Ica menggelengkan kepalanya dengan pelan, "gue sendirian di rumah," jawabnya.

Farhan yang berada di dekat laptop langsung menghentikan film yang sedang diputar. Mereka semua kembali terdiam, mencoba memastikan jika suara tawa perempuan tersebut hanyalah halusinasi mereka.

Suara tawa tersebut kembali terdengar dengan jelas. Kali ini suaranya berada di area dapur dan juga kamar mandi yang berada di bagian belakang rumah.

"Gue gak salah denger kan ini?" tanya Tisha memastikan.

Semuanya menggelengkan kepalanya secara bersamaan. Mereka semua sama-sama mendengar suara tawa tersebut.

"Gue juga denger," ucap Rizky memberitahu.

"Sama."

Brakk

Ica tersentak kaget saat mendengar suara benda jatuh dari arah dapur. Ia langsung mendekat ke arah Tisha yang sama terkejutnya dengan dirinya.

"Itu suara apa?" tanya Rizky ingin tau.

"Dari dapur kayanya," balas Tisha pada teman-temannya.

"Barang dapur ada yang jatuh mungkin Ca," ujar Farhan mencoba kembali untuk berpikir positif.

"Tapi apa?" Ica meremas kedua tangannya dengan gelisah.

"Panci mungkin, atau baskom. Di dapur kan banyak barang," balas Fadhil yang sedari tadi mencoba mencerna apa yang terjadi.

Brakk

Brakk

Dua benda jatuh kembali terdengar, total ada tiga benda yang jatuh dari arah dapur.

"Mau di cek?" tawar Farhan pada keempat temannya.

Ica menggelengkan kepalanya, "gue takut."

"Ada kita."

"Ayo."

Mereka semua melangkah menuju ke arah dapur untuk memastikan tidak ada hal aneh di sana.

"Duluan Han." Rizky mendorong Farhan agar melangkah terlebih dahulu.

"Kok gue?!" kesal Farhan seraya berdecak sebal.

"Gapapa."

Dengan tak ikhlas Farhan melangkah terlebih dahulu, di susul Ica, Tisha, Rizky, dan juga Fadhil di posisi paling belakang. Mereka mengerutkan keningnya dengan bingung saat tidak ada satupun barang yang terjatuh. Semua barang masih berada di tempatnya masing-masing, tidak ada yang aneh di area dapur maupun kamar mandi.

"Gak ada apa-apa," ucap Tisha pada keempat temannya.

"Ya udah balik lagi yuk ke depan," ucap Ica seraya memegang lengan Tisha dengan erat.

Semuanya menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Ica, mereka kembali melangkah menuju ruang bagian tengah. Sesampainya di ruang tengah, mereka menyibukkan dirinya dengan kegiatan masing-masing. Mencoba untuk mengabaikan suara tawa misterius yang tadi mereka dengar.

"Nanti beneran temenin gue kan Tis, sampe Mama gue dateng," ujar Ica memastikan.

Tisha menganggukkan kepalanya setuju, ia juga tidak berani membiarkan temannya itu sendirian setelah kejadian tadi. Lagipula ia tidak masalah jika harus berlama-lama di sini.

Mereka semua kembali terdiam karena suara tawa dari seorang perempuan yang entah siapa terdengar kembali. Mereka berlima saling tatap, mencoba untuk mencerna suara tawa yang terdengar jelas itu.

"Sebenarnya siapa yang ikut ketawa sama kita?"

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!