Mayor Arsenio yang bertugas sebagai pasukan kontingen Garuda telah mengalami patah hati sebelum dirinya pergi satgas ke Lebanon. Sang tunangan tidak mau menunggunya dalam jangka waktu lima tahun, Mayor Arsenio sempat trauma untuk kembali menjalin kasih dengan seorang wanita.
Setelah lima tahun bertugas di Lebanon, sang Mayor kembali ke Indonesia dan dipertemukan dengan seorang wanita bernama Ainun. Ainun sendiri telah mengalami kehidupan yang pahit ketika suaminya ditembak mati secara misterius oleh seseorang yang tidak dikenal.
Ainun meminta bantuan Mayor Arsenio untuk mengusut tuntas kematian suaminya. Sang Mayor yang masih trauma dengan pengalaman masa lalunya, awalnya ragu-ragu untuk terlibat dalam kasus ini. Namun, setelah mengetahui Ainun dan kasus yang dialaminya, Mayor Arsenio mulai merasa tertarik dan ingin membantu.
mampukah Sang Mayor mengusut kasus ini?
akankah ia kembali menemukan cintanya bersama dengan Ainun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peristiwa yang mencekam
Dalam keheningan malam, dua insan yang kini telah sah menyandang status sebagai pasangan suami istri ini akan siap-siap menjalankan kewajiban mereka sebagai pasangan yang sudah halal tentunya.
Raut wajah bahagia diantara keduanya sungguh tak bisa mereka sembunyikan lagi, apalagi saat ini wanita yang memiliki paras cantik, pemilik mata bulat nan lentik khas Indonesia, hidung mancung ala gadis Arab, serta kulit seputih susu seperti etnis tionghoa, ditambah postur tubuhnya yang semampai setinggi 165 Cm. Dan lekuk tubuh seanggun gitar spanyol, Ainun seperti personifikasi bidadari modern , paras wajahnya begitu kompleks dan memikat, ia merupakan kembang Desa.
Wajah Ainun terus saja merona sedari tadi, ia merasa semua ini seperti mimpi, dipersunting oleh seorang pria yang sedari dulu selalu menjadi pelabuhan hatinya.
"Ainun Fatiya, aku berjanji akan menjadi suami sekaligus imam yang baik untukmu, aku tidak bisa memberikan apapun padamu, selain cintaku yang tulus padamu!" ucap pria yang memiliki nama Gus Firman, yakni salah satu ketua pondok pesantren Al-fatah, Gus Firman juga merupakan sosok pemuda yang aktif dalam bersosialisasi soal keagamaan. Selama tujuh tahun ia menimba ilmu di kawasan timur tengah, menjadikan dirinya sebagai sosok yang begitu dikagumi sekaligus di segani.
Malam ini adalah malam pernikahannya bersama dengan Ainun, wanita yang telah menjadi pelabuhan hatinya, bahkan sudah sejak dari dulu, dan setelah kepulangannya dari timur tengah, ia bergegas mempersunting Ainun dengan cara taaruf.
"Gus, aku percaya padamu, bersamamu aku pasti akan selalu bahagia, karena aku pun sangat mencintaimu!" jawabnya mantap
Kini keduanya saling memandang dalam diam, Gus Firman begitu terpesona akan paras cantik istrinya yang menurutnya tidak hanya cantik dari luarnya saja, namum Ainun memiliki kepribadian yang luar biasa. Keseharian nya yang menjadi salah satu guru pengajar di Pondok pesantren Al-fatah, Ainun merupakan sosok seorang guru yang menjadi panutan muridnya.
"Ainun, apakah kamu sudah siap untuk malam ini? Menjadi istri yang sempurna untukku?" tanya Gus Firman untuk memastikan.
Ainun hanya bisa menjawabnya dengan cara mengangguk pelan, ia sudah tak bisa berkata apapun lagi, dadanya sedari tadi sudah bergemuruh, darahnya bergejolak, debaran jantungnya terus saja berdetak begitu cepatnya, seraya ingin meledak, bahkan hembusan napasnya menjadi tidak beraturan, seketika Ainun merasa tubuhnya menggigil karena gugup saat suaminya menatap dalam dirinya, dan kini Ainun sudah berada di bawah kungkungannya.
"G gus! Apakah Gus Firman sudah berdoa dulu sebelum kita melakukan itu?" tanyanya sampai terbata.
Sudut bibir Gus Firman tertarik kebelakang dan memperlihatkan lengkungan senyumnya yang menawan.
"Alhamdulillah sudah, kamu tidak usah takut Ainun, aku tidak mungkin lupa akan hal itu." jawabnya yakin
Kini Gus Firman semakin mendekatkan wajahnya, sedangkan Ainun, Kedua bola matanya terpejam, tubuhnya malah menggigil, serta ia terus saja menelan ludahnya sendiri sampai berkali-kali.
Gus Firman bisa merasakan kegugupan istrinya saat ini, namum ia tidak ingin melewatkan malam ini.
Tak lama, Ainun merasa ada sesuatu yang aneh, tiba-tiba saja kepala suaminya terjatuh tepat di bagian tulang selangka.
Kemudian Ainun mencoba membuka kedua bola matanya secara perlahan.
"Gus, kok malah diam...Gus Firman ngantuk ya?" Ucapnya masih dalam keadaan gugup.
Kemudian kedua tangannya mulai menyentuh bagian area kepala, terutama di bagian tengkuk leher, ia menemukan sesuatu seperti berupa cairan kental, namum sayangnya sang suami sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda bergerak, Ainun menjadi semakin cemas, lalu ia mulai melihat cairan kental yang kini tepat berada di telapak tangannya.
"D darah! Darah...kenapa ada darah? Gus bangun...!" Ainun terlihat panik, tiba-tiba tubuhnya mendadak menjadi beku.
Bahkan tenggorokannya serasa tercekat, ia tak bisa mengeluarkan suara apapun. Ainun hanya bisa menangis melihat kondisi suaminya yang tak sadarkan diri dalam pelukannya.
Tak lama, segerombolan orang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat kedua bola matanya datang menerobos masuk dan mengepung rumah milik Gus Firman.
"Jangan bergerak, tempat ini sudah kami kepung!" ucap salah satu pasukan anggota bersenjata kepada kedua orangtuanya Gus Firman, yakni Kiyai Miftahudin dan juga istrinya yakni Ummi Khalifah.
"Abi, ada apa sebenarnya ini?" tanya Ummi terlihat panik.
"Entahlah Ummi, Abi juga bingung!" jawab Kiyai Miftah sambil menaikan kedua tangannya ke atas.
"Lapor Letnan, tersangka sudah berhasil di lumpuhkan, operasi penggrebekan malam ini telah selesai!" ucap pria yang telah berhasil mengeksekusi Gus Firman.
Kemudian pria yang berpangkat Letnan tersebut membawa pergi Kyai Miftah dan juga istrinya.
Sedangkan Ainun, ia masih terbujur kaku di bawah tubuh suaminya yang sudah tak bernyawa karena telah ditembak mati di tempat.
Ainun pun akhirnya dibawa oleh pasukan bersenjata tersebut.
'Sebenarnya ada apa ini? Aku mau dibawa kemana? Suamiku, tolong aku! Aku yakin kamu baik-baik saja!' batinnya belum bisa menerima takdir bahwa suaminya kini telah tiada
🍂🍂🍂🍂
Markas Komando TNI
Upacara penyambutan dan apresiasi atas selesainya tugas kenegaraan dan dedikasi para pasukan kontingen Garuda dilaksanakan sangat meriah.
Mayor Arsenio yang tergabung dalam pasukan Kontingen garuda XXII-B/ Unifil, mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasamanya terhadap para prajurit yang selama ini tergabung bersamanya semasa mereka bertugas di Negara Lebanon selama lima tahun lamanya, banyak kisah suka maupun duka yang telah mereka alami selama Satgas disana.
"Mayor, kami pasti akan selalu merindukanmu, merindukan kepemimpinan mu saat kita bertugas disana, rasanya waktu begitu cepat sekali berlalu!" Sertu Yuda sampai memasang wajahnya yang sedih.
Mayor Arsen mendekat ke arahnya, lalu menepuk bahunya.
"Aku juga pasti akan sangat merindukan kalian, selamat kembali bertugas di daerah kalian masing-masing, lain waktu kita adakan reuni untuk tim kita, bagaimana?" usulnya yang segera diangguki oleh beberapa prajurit lainnya, mereka begitu menyayangi Mayor mereka yang baik hati namum tetap tegas dan sangat disegani.
Mayor Arsen malah menutup kedua bola matanya, ia merentangkan kedua tangannya sambil menghirup udara kota Jakarta yang sangat ia rindukan sekali.
'Selina, aku sudah kembali! Aku yakin mungkin saat ini kau sudah hidup bahagia bersama dengan pasangan pilihanmu, maaf jika selama ini aku tidak bisa membuat kamu bahagia!' ucapnya dalam hati.
"Mayor, anda malah melamun, Apakah Mayor mulai mengingat kembali masalalu yang pahit itu?" tanya Serda Raka.
Mendengar Raka berkata seperti itu, Mayor Arsen malah menghela napasnya.
"Siapa bilang aku masih mengingatnya! Semuanya sudah aku kubur dalam-dalam, kenangan manis ataupun pahit bersamanya, tak akan pernah aku ingat kembali!" Mayor Arsen berucap dengan begitu percaya diri.
Serda Raka yang pernah menjadi saksi kisah perjalanan cinta sang Mayor, ia merasa sangat lega.
"Itu berarti, lima tahun adalah waktu yang sangat cukup untuk bisa melupakan semuanya dan tentunya Mayor sudah mulai membuka lembaran baru untuk wanita lain, Iya kan?" tanyanya penasaran.
Mayor Arsen hanya tersenyum tipis saat sahabatnya berkata seperti itu.
"ya, tergantung!" jawabnya malah mengulum senyum sampai mengembang di atas bibir
"Tergantung apa Mayor?" tanyanya sampai menggaruk kepala.
"Kau cari tahu saja apa jawabannya!" Mayor Arsenio seolah sengaja ingin mengerjai sahabatnya.
Kemudian Mayor Arsenio pergi begitu saja meninggalkan Serda Raka seorang diri
Lalu kedua tangannya melambai ke arah wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad
"Assalamualaikum Bunda!" sapa Arsen yang kemudian memeluk erat sang Bunda yang selalu ia rindukan.
Kemudian sosok seorang gadis yang masih memiliki usia belia ini, berdiri tepat di samping ibunya
"Kak Arsen apa kabar?" tanya Aulia yakni adik perempuan satu-satunya Mayor Arsenio.
"Kabarku baik Adikku sayang!" jawabnya yang kemudian bergantian memeluk sang adik.
'Kenapa setelah pulang ke tanah air, hatiku merasa damai, apakah di tempat ini aku bisa kembali menemukan seseorang yang bisa mencintai aku dengan tulus dan menerima aku apa adanya?' tanyanya dalam hati.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Semangat terus kak othor 💪💪❤️