NovelToon NovelToon
PESONA TETANGGA BARU

PESONA TETANGGA BARU

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Bagaimana rasanya... hidup tanpa g4irah, Bu Maya?"

Pertanyaan itu melayang di udara, menusuk relung hati Maya yang sudah lama hampa. Lima tahun pernikahannya dengan Tama, seorang pemilik bengkel yang baik namun kaku di ranjang, menyisakan kekosongan yang tak terisi. Maya, dengan lekuk tubuh sempurna yang tak pernah dihargai suaminya, merindukan sentuhan yang lebih dalam dari sekadar rutinitas.

Kemudian, Arya hadir. Duda tampan dan kaya raya itu pindah tepat di sebelah rumah Maya. Saat kebutuhan finansial mendorong Maya bekerja sebagai pembantu di kediaman Arya yang megah, godaan pun dimulai. Tatapan tajam, sentuhan tak sengaja, dan bisikan-bisikan yang memprovokasi h4srat terlarang. Arya melihatnya, menghargainya, dengan cara yang tak pernah Tama lakukan.

Di tengah kilau kemewahan dan aroma melati yang memabukkan, Maya harus bergulat dengan janji kesetiaan dan gejolak g4irah yang membara. Akankah ia menyerah pada Godaan Sang Tetangga yang berbaha

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Maya merasakan tubuhnya perlahan diturunkan ke atas ranj4ng sutra yang dingin. Namun, panas dari s3ntuhan Arya membakar seluruh dirinya, mengalahkan dinginnya seprai. Ia memejamkan mata, membiarkan Arya mengambil kendali penuh. Rasa ragu yang tadi menyelimutinya kini seolah lenyap, tergantikan oleh kebutuhan yang mendesak untuk diakui dan diinginkan. Sebuah kebutuhan yang selama ini tak pernah terpenuhi, dan kini Arya hadir, menawarkan semuanya.

Arya melepaskan bib!rnya dari bib!r Maya, namun hanya sejenak. Matanya menatap Maya dalam, memancarkan gair4h yang membara di bawah cahaya remang. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.

"Anda begitu indah, Maya," bisik Arya, suaranya serak dan sensu41. Ia mengusap pipi Maya perlahan. "Izinkan saya tunjukkan betapa berharganya Anda."

Maya hanya bisa mengangguk, napasnya tercekat. Ia tidak bisa lagi berkata-kata. Pikirannya kosong, hanya dipenuhi oleh kehadiran Arya.

Arya kembali menc!umnya. Lebih dalam, lebih menuntut, dan penuh hasr4t. Maya membalas clumannya, sebuah balasan yang datang dari lubuk hati terdalam, dari hasr4t yang selama ini terpendam. Tangannya melingk4ri 13her Arya, menariknya lebih dekat. Arya mem3luk pingg4ng Maya, mendek4pnya erat. Tubuh mereka saling men3mpel, merasakan kehangatan satu sama lain.

Tangan Arya bergerak lagi, kini turun dari pingg4ng Maya, mengusap p4ha bagian dalamnya.

"Anda merasakan ini, kan, Maya?" bisik Arya, suaranya serak.

Maya memejamkan mata, merasakan napasnya memburu.

Arya melepaskan clumannya. Ia bangkit sedikit, menatap Maya. Matanya berkilat penuh hasr4t. Dengan gerakan perlahan, ia membuka kanc!ng b4ju kurung Maya satu per satu. Jem4rinya yang hangat meny3ntuh kul!t Maya setiap kali ia membuka k4ncing. Maya menahan napas, matanya tak lepas dari tatapan Arya.

Ketika k4ncing terakhir terbuka, Arya menarik perlahan b4ju kurung itu dari b4hu Maya. Pak4ian itu meluncur ke bawah, memperlihatkan b4hu dan d4da Maya yang penuh. Arya menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman.

"Indah sekali," bisik Arya, suaranya nyaris tak terdengar. Ia meny3ntuh b4hu Maya perlahan, mengusapnya. S3ntuhan itu terasa seperti sengatan listrik.

Rasa malu menyergap Maya, namun g4irah yang lebih besar mengalahkan segalanya. Ia tidak mencoba menutupi dirinya. Ia membiarkan Arya menatapnya, membiarkan Arya meny3ntuhnya. Arya menundukkan kepalanya, menclum b4hu Maya. Lalu turun ke tulang sel4ngkanya, menclum setiap inci kul!tnya. Maya mendes4h, merasakan sens4si itu. Ia melingkarkan tangannya di 13her Arya, menariknya lebih dekat.

"Saya ingin memberikan Anda semua yang Anda inginkan, Maya," bisik Arya, suaranya rendah dan serak.

"Dan saya tahu, Anda menginginkan ini. Seutuhnya."

Ia kembali menc!um bibir Maya. T4ngan Arya kini bergerak lebih jauh, membel4i tubuh Maya dengan s3ntuhan yang disengaja dan int!m. Maya merasakan seluruh tubuhnya merespons, sebuah kebutuhan yang mendesak untuk lebih, untuk merasakan gair4h yang selama ini ia dambakan.

Waktu terasa berhenti. Hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam api terlarang yang kini menyala begitu terang. Maya merasa dirinya seperti meleleh di bawah s3ntuhan Arya, di bawah tatapan Arya yang penuh hasr4t. Ia telah melewati semua batas. Dan ia tidak menyesalinya. Ia hanya ingin tahu, sejauh mana sensasi ini akan membawanya.

***

Cahaya pagi mulai menyusup dari sela-sela gorden tebal, membangunkan Maya dari tidurnya. Ia membuka mata perlahan, merasakan berat sebuah lengan kekar yang memeluk pinggangnya. Aroma parfum Arya yang maskulin memenuhi indra penciumannya.

Ia tersentak. Ingatan tentang apa yang terjadi semalam menghantamnya seperti gelombang tsunami. Sentuhan Arya, bisikannya, clumannya yang membakar. Semuanya terasa begitu nyata, begitu mendebarkan.

Maya menoleh. Arya terlelap di sampingnya, wajahnya terlihat tenang. Ia memeluk Maya erat, seolah tak ingin melepaskannya. Rasa bersalah yang amat sangat menghantam Maya. Ia telah mengkhianati Tama. Ia telah melanggar janji pernikahannya. Hatinya mencelos, dipenuhi penyesalan.

Ia berusaha melepaskan pelukan Arya perlahan, namun Arya bergerak, mengeratkan pelukannya. "Jangan pergi, Maya," bisik Arya, suaranya serak karena baru bangun tidur. Matanya masih terpejam.

Jantung Maya berdebar kencang. Ia merasa terperangkap.

"Biarkan saya memeluk Anda sebentar lagi," bisik Arya.

Maya diam, tidak berani bergerak. Ia merasa tubuhnya kaku, namun di saat yang sama, ia merasakan kehangatan pelukan Arya yang begitu nyaman. Sebuah kenyamanan yang selama ini ia rindukan.

Arya membuka mata. Matanya menatap Maya, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. "Pagi, Maya."

"Pagi, Tuan," bisik Maya, suaranya nyaris tak terdengar.

Arya terkekeh pelan. "Masih memanggil saya Tuan?

Setelah semalam?" Ia mengusap pipi Maya perlahan.

"Panggil saja Arya."

Maya menunduk, pipinya memerah. Ia merasa malu.

"Jangan malu, Maya," Arya berkata, ia membalikkan tubuh Maya agar menghadapnya. "Apa yang terjadi semalam... itu nyata. Itu adalah perasaan kita."

Maya mengangkat kepalanya, menatap Arya. Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh pengertian, namun juga sebuah janji yang tak terucap. Janji untuk sebuah hubungan yang lebih dalam.

"Saya tahu Anda merasa bersalah," kata Arya, seolah membaca pikirannya. "Tapi saya ingin Anda tahu, Maya. Apa yang Anda rasakan semalam... itu adalah kebahagiaan yang Anda dambakan. Kebahagiaan yang selama ini hilang dari hidup Anda."

Air mata Maya menetes. Kata-kata Arya menusuk tepat ke ulu hatinya. Ia memang merasakan kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan yang membakar, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, rasa bersalah itu juga begitu kuat.

"Saya... saya tidak tahu harus bagaimana, Arya," bisik Maya.

Arya tersenyum lembut. Ia mengusap air mata Maya. "Tidak perlu tahu sekarang. Biarkan saja. Biarkan perasaan ini membimbing Anda."

Ia mencium kening Maya perlahan. Ciuman itu terasa begitu menenangkan, namun juga begitu memabukkan. Maya merasa dirinya tertarik lebih dalam ke dalam pusaran ini. Arya menawarkan sebuah pelarian, sebuah kebahagiaan yang selama ini ia damba.

"Saya ingin Anda tinggal di sini hari ini, Maya," bisik Arya, suaranya rendah. "Tidak perlu bekerja. Cukup temani saya. Kita bisa menghabiskan waktu bersama."

Jantung Maya berdebar kencang. Menghabiskan waktu bersama? Itu berarti ia harus menelepon Bi Sumi, memberikan alasan mengapa ia tidak masuk kerja. Dan itu berarti ia akan terus-menerus memikirkan Tama.

"Saya... saya tidak bisa, Arya," tolak Maya.

Arya tersenyum tipis. "Kenapa tidak? Takut pada apa yang akan kita rasakan?"

Maya tidak menjawab. Ia memang takut. Takut pada perasaannya sendiri yang semakin kuat terhadap Arya.

"Maya," Arya memanggil. Ia menatap Maya dalam.

"Saya ingin Anda tahu, saya tidak pernah merasakan hal ini dengan siapa pun. Anda berbeda. Anda membuat saya merasa hidup kembali."

Pengakuan itu menghantam Maya. Sebuah pengakuan yang begitu jujur, begitu berani. Dan itu membuat Maya merasa begitu diinginkan, begitu berharga. Ia tahu Arya serius.

Ia ingin menolak lagi, namun tubuhnya terasa kaku.

Ia merasakan tangan Arya bergerak, membelai punggungnya, lalu turun ke pinggangnya. Sebuah sentuhan yang membuat Maya mendes4h.

"Biarkan saya membuat Anda bahagia, Maya," bisik Arya. "Biarkan saya mengisi kekosongan itu."

Ia mencondongkan tubuhnya, menc!um bibir Maya lagi. Rasa bersalah masih ada, samar, namun kini tertutup oleh ledakan sensasi yang Arya berikan. Ia tahu ia sudah membuat sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang akan mengubah segalanya.

1
Mar lina
kalau sudah ketagihan
gak bakal bisa udahan Maya..
kamu yg mengkhianati Tama...
walaupun kamu berhak bahagia...
lanjut Thor ceritanya
lestari saja💕
klo sdh kondisi gtu setan gampang bgt masuk menghasut
lestari saja💕
ya pasti membosan kan bgt.bahaya itu
lestari saja💕
mampir,penulisannya bagus,semoga ga berbelit2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!