NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Zergan Duda Gantung

Zergan hampir saja tertawa melihat Juwita yang seakan mau menangis. Ia tahu betul berat bagi Juwita, apalagi soal hutang 120 juta itu. Tapi, bagi Zergan uang segitu sama sekali tidak ada artinya.

“Kini kau mengertikan?” tanya Zergan tenang.

Juwita menahan tangis. Ia menunduk, bahunya sedikit bergetar, lalu mengangguk kecil. Duduknya masih di hadapan Zergan, tapi sorot matanya penuh cemas.

“Apa yang kau mengerti?” Zergan kembali menegaskan.

Kali ini air mata Juwita jatuh deras. Ia mendongak, menatap Zergan dengan mata sembab, lalu menangis semakin keras.

“Tuan … kalau saya tidak bekerja di sini, bagaimana saya bisa bayar hutang itu? Tuan kan sudah lunasi, tapi … saya ... saya nggak tahu harus apa lagi.”

Kata-katanya patah-patah, bingung harus apa. Baginya jelas, pekerjaan ini satu-satunya pegangan.

Zergan bangkit dari tempat tidur, berjalan santai seakan tak terbebani. Ia mengambil sekotak tisu di atas meja, lalu menyerahkannya pada Juwita.

“Nih, lap air matamu. Sekalian ingusmu juga.”

Juwita meraihnya, terisak-isak sambil mengusap wajah. Sesekali ia mengeluarkan suara pfffttt saat menyemburkan ingus ke tisu.

“Hehe, maaf ya, Tuan,” katanya kikuk, hidungnya merah.

“Hm.” Zergan hanya bergumam, lalu duduk di sofa, memperhatikan Juwita yang masih terisak di atas ranjangnya.

“Besok, temani aku ke makam anakku. Setelah itu … lanjut pekerjaanmu.”

Juwita sontak tersentak. Tangisnya berhenti, berganti bingung.

“Pekerjaan apa maksud Tuan?” tanyanya cepat, penuh harap.

Zergan melirik sekilas. Ia tahu Juwita masih mengira-ngira apakah tetap merawat boneka Princess atau berubah jadi pembantu seperti Desi.

“Jadi saya masih kerja ya? Boneka itu … saya rawat lagi, seperti sebelumnya?” tanya Juwita dengan nada hati-hati. Ia bahkan turun dari ranjang dan duduk di lantai, persis di hadapan Zergan.

Zergan menghela napas, agak canggung dengan sikap berlebihan itu. Tapi ia tahu Juwita harus diarahkan.

“Tidak. Kau tidak perlu merawat boneka itu lagi. Sekarang, kau merawat aku.”

Juwita mengedip cepat, bengong. “Hah? Merawat Tuan? Maksudnya gimana? Tuan sakit apa?”

“Bukan sakit.” Zergan menoleh padanya. “Rawat aku, siapkan pakaianku kalau aku mau kerja, siapkan sarapan, temani kalau aku mau tidur. Dan ikut aku ke kantor, temani aku di sana. Intinya, apa pun yang kubutuhkan, kau yang harus melakukannya.”

Juwita melongo, lalu reflek nyeletuk.

“Dih … itu sih kayak istri ke suami. Masa aku begitu, Tuan? Nanti baper loh.”

Zergan hampir tersenyum. “Kalau tidak mau, ya tidak apa-apa. Tapi … soal hutang itu ...” Ia menggantung kalimatnya, memberi jeda penuh arti.

Juwita langsung gelagapan. Jelas, ia tak bisa menolak. Hutang itu terlalu besar, dan kerja di tempat lain juga belum tentu sebaik di sini.

“Baiklah!” katanya akhirnya, mantap tapi wajahnya masih kusut. “Mulai besok kan?”

“Ya, mulai besok.”

Juwita berdiri, mengusap matanya cepat-cepat. “Ya sudah, sambung besok aja ya. Saya mau tidur, ngantuk banget. Capek juga loh, kerja rawat boneka seharian.”

Ia mengambil boneka Princess yang tergeletak di ranjang, lalu langsung berjalan keluar kamar tanpa menoleh lagi ke arah Zergan.

Zergan menatap punggungnya sampai hilang dari pandangan, lalu mengusap wajah sendiri, setengah frustasi setengah geli.

“Astaga … ini aku yang gila, atau dia yang gila?” gumamnya pelan.

Saat Juwita membuka pintu kamarnya, langkahnya mendadak terhenti. Di depan sana, Marlina dan Herman berdiri sambil cengengesan, seperti anak kecil yang baru saja berbuat nakal dan takut ketahuan. Ekspresi keduanya membuat Juwita otomatis melotot heran.

“Mami, Papi ada apa?” tanya Juwita, masih bingung, alisnya bertaut.

“Sssttt …” Marlina buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir lalu mendekap mulut Juwita pelan. Gerakannya begitu tergesa, seakan-akan mereka sedang berkonspirasi besar. Ia kemudian menarik lengan Juwita itu masuk ke kamar Princess.

Pintu ditutup rapat, Juwita masih melongo. “Mami, kenapa Mami …”

Belum sempat kalimat itu selesai, Marlina langsung menyerobot, “Maafin Mami ya, Wit. Mami cuma kepo sama kondisi Zergan.”

“Papi juga,” sambung Herman sambil mengangkat alis, menekankan bahwa ia pun bagian dari rencana kecil ini.

Juwita menghela napas, geleng-geleng kepala. “Astaga, jadi Mami Papi konspirasi begini hanya buat kepo?”

Marlina tersenyum bersalah, tangannya meremas pelan jemari Juwita. “Mami cuma khawatir, Nak. Zergan kan … ya kau tahu sendiri. Kadang-kadang kita takut dia beneran gak sanggup.”

Juwita hendak menjawab, tapi di kamar lain, Zergan justru sedang sibuk dengan dunianya. Ia bangkit dari kursinya, membuka laci meja rias, lalu mengeluarkan sebuah laptop. Jemarinya cepat menyalakan perangkat itu. Matanya menatap layar dengan sorot penuh intensitas.

“Juwita … Juwita, kau tergila-gila, aku tergila-gila,” gumamnya dengan irama aneh, seperti sedang membuat lagu sendiri. Ia membuka aplikasi CCTV. Seperti biasa, biasanya ia hanya ingin memastikan kondisi Princess. Namun kali ini berbeda ia ingin memastikan keadaan Juwita.

Sementara itu di kamar Princess, Juwita mulai bercerita panjang lebar. “Mami tenang aja, Tuan Zergan yang hampir gila itu ternyata tidak jadi gila. Tadi loh, Mami sama Papi tahu gak? Dia sempat ...”

Cerita itu berlanjut, penuh detail, membuat Marlina dan Herman terharu sekaligus bangga pada anaknya. Mereka mendengarkan dengan mata berkaca-kaca, lalu sesekali tertawa-tawa mendengar tingkah konyol Zergan dari sudut pandang Juwita.

Sayangnya, semua itu juga sampai ke telinga Zergan. Ia duduk menatap layar CCTV, ekspresinya berubah muram. “Ck, ck. Jadi mereka menertawakan aku ya,” ucapnya dingin.

Percakapan di kamar terus berlanjut.

“Tapi Juwita agak gak enak loh,” lanjut gadis itu. “Soalnya Juwita malah harus merawat Tuan Zergan. Harus melayaninya gitu.”

“Melayani bagaimana?” Marlina mengernyit bingung.

Herman, sebagai sesama laki-laki, lebih peka. Ia menepuk bahu Juwita dengan gaya serius. “Juwita, kalau Zergan ngajak tidur bareng sampai begituan, jangan mau ya. Lindungi dirimu. Ingat, dia itu Duda Gantung. Hati-hati.”

Juwita tak tahan, ia terkekeh geli mendengar istilah itu. Suasananya terasa hangat. Ia merasa diterima, seakan dirinya bagian dari keluarga ini.

“Mami, Papi tenang saja. Juwita bisa jaga diri kok.”

“Bagus, Wit.” Marlina menatapnya penuh kasih. “Mami percaya sama kamu. Bukannya bagaimana, ya. Walaupun Zergan itu anak kami, tapi kamu punya masa depan sendiri. Jangan sampai sia-sia.”

Kata-kata itu menembus hati Juwita. Ia tersenyum tulus, suaranya bergetar. “Makasih ya, Mami, Papi. Juwita rasanya punya keluarga di sini.”

Momen itu terasa indah. Tapi seindah-indahnya momen, selalu ada interupsi tak terduga.

Tiba-tiba, ponsel Juwita yang terselip di saku dress biru berdering. Suara getarnya cukup keras hingga membuat semua terdiam. Ia buru-buru merogoh saku, dan jantungnya langsung berdetak lebih cepat saat melihat nama yang terpampang di layar.

Dengan wajah panik ia menunjukkan ke Marlina dan Herman. “Mami, Papi … jangan berisik ya. Juwita mau angkat telepon dulu.”

Keduanya mengangguk.

Juwita menempelkan ponsel ke telinga. “Halo, Tuan. Kenapa?” tanyanya dengan suara dibuat parau, seolah baru bangun tidur.

Jawaban yang datang membuat darahnya seketika dingin.

“Sepertinya seru juga pembahasan kau sama Mami Papi. Boleh aku gabung?”

Suara Zergan terdengar tenang. Terlalu tenang dan justru itu yang membuat bulu kuduk Juwita meremang.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!