NovelToon NovelToon
Pengasuh Boneka Tuan Zergan

Pengasuh Boneka Tuan Zergan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Ibu susu / Tamat
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Demi melunasi hutang ayahnya 120 juta, Juwita terpaksa menjadi pengasuh boneka milik Tuan Zergan, pria kaya raya yang terkenal aneh sekaligus misterius.
Siapa sangka, di balik sikap gilanya, Zergan justru jatuh cinta padanya. Dan bersama lelaki itu, Juwita menemukan rahasia besar tentang hidupnya yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan di Warung Kaki Lima

Perjalanan pulang terasa begitu hening setelah dari makam. Zergan hanya menatap jalan dengan wajah muram, sementara Juwita memeluk perutnya yang mulai keroncongan.

“Tuan, kita cari makan dulu yuk. Udah jam sebelas, tapi dari tadi kita belum makan. Sarapan aja tadi gak sempat,” ucap Juwita sambil tersenyum kikuk.

Tak lama, perutnya berbunyi keras. Juwita spontan menunduk, wajahnya merah padam menahan malu.

Zergan melirik sekilas, sudut bibirnya sedikit terangkat. “Hm, mau ke restoran mana?” tanyanya datar, padahal dalam hati ia menahan tawa.

“Restoran? Ih, gak seru,” Juwita cepat-cepat menggeleng. “Ayam penyet aja yuk. Sama pecel lele, pinggir jalan gitu.”

Zergan mendengus pelan. Jujur, ia sering melihat warung tenda dengan spanduk bergambar lele, bebek, dan ayam di sepanjang jalan. Namun untuk singgah? Tidak pernah sekalipun. Baginya, tempat itu terlalu sesak, terlalu sederhana.

“Kau yakin itu enak?” tanyanya setengah ragu.

“Ayolah, Tuan harus coba. Kalau gak habis, biar aku yang habisin,” jawab Juwita enteng.

Zergan melirik tubuh kurus Juwita, lalu mencibir, “Ck, badanmu kurus tapi kau kuat makan.”

“Hehe, efek kurang kasih sayang,” balas Juwita sekenanya.

Ucapan itu membuat Zergan terdiam sesaat. Tatapannya melunak, tapi yang keluar hanya gumaman pelan, “Aku benar-benar tidak tahu dirimu.”

Juwita tidak menanggapi. Matanya berbinar begitu melihat sebuah warung tenda yang cukup ramai di seberang jalan. “Nah! Itu, Tuan! Kita makan di situ aja,” tunjuknya cepat.

“Soal makanan kau cepat sekali,” sahut Zergan sambil menghela napas. Padahal ia ingin tahu tentang Juwita, tapi gadis itu sibuk dengan makanan.

“Ya gimana lah, orang lapar,” jawab Juwita dengan nada bercanda.

Mobil berhenti di seberang jalan. Dari balik kaca, Zergan bisa melihat orang-orang berdesakan di bawah tenda sederhana. Asap dari wajan goreng mengepul ke udara, aroma sambal tercium bahkan hingga ke dalam mobil.

“Kau yakin mau makan di sana? Aku sesak lihatnya,” keluh Zergan sambil mengernyit. Rasanya ia tidak ingin ke sana, tapi gadis itu.

“Yang penting kenyang. Makan dulu, baru bilang sesak,” ucap Juwita mantap. Ia langsung membuka pintu mobil, tanpa menoleh ke arah Zergan, tanpa menunggu. Dengan langkah cepat, ia menyeberang.

Zergan spontan memijit pelipisnya. “Astaga … kalau lapar, dia memang seperti itu ya. Nyebrang aja gak lihat kanan-kiri.”

Dengan terpaksa, ia pun menyusul, menyebrang dengan elegan meski jelas terlihat canggung. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Zergan Tanubrata akan duduk di kursi plastik warung kaki lima.

Begitu tiba di warung, Juwita langsung sigap mencari meja kosong. Tangannya menunjuk kursi plastik berwarna hijau yang sudah agak goyah.

“Di sini aja, Tuan. Lumayan masih kosong,” katanya ceria.

Zergan menatap kursi itu seolah sedang menatap benda asing. Ia menariknya perlahan, bunyinya berdecit. Duduknya pun kaku, seakan ia sedang berada di ruang rapat penting.

Juwita menahan tawa melihat ekspresinya. “Tenang aja, Tuan. Kursi ini kuat kok. Belum pernah dengar ada orang jatuh gara-gara kursi plastik.”

“Hm,” hanya itu yang keluar dari mulut Zergan, tapi jelas ia tampak tidak nyaman.

Seorang pelayan muda menghampiri sambil membawa buku menu lusuh yang sudah penuh bercak minyak. “Mau pesan apa, Mbak, Mas?”

“Ayam penyet dua, pecel lele dua, sama es teh dua ya, Mas,” ujar Juwita mantap.

Zergan langsung menoleh. “Kau bahkan tidak bertanya dulu padaku?”

“Hehe, saya tahu Tuan pasti bingung mau pesan apa. Jadi biar saya yang pesanin,” jawab Juwita sambil cengar-cengir. "Kalau Tyan tidak suka, biar saya yang abisin," sambungnya.

Zergan menghela napas panjang. “Sungguh… aku tidak pernah membayangkan hidupku bisa sampai di warung seperti ini.”

“Bagus dong, berarti hidup Tuan lebih berwarna sekarang.”

Zergan melirik Juwita. Wajahnya polos, tanpa beban, berbeda jauh dengan dirinya yang penuh luka. Ada sedikit rasa penasaran muncul.

“Juwita,” panggilnya pelan.

“Ya, Tuan?”

“Aku masih tidak mengerti… kenapa kau betah bekerja padaku. Kau tahu siapa aku, bagaimana hidupku, dan semua kekacauannya.”

Juwita menunduk sebentar, lalu tersenyum kecil. “Karena saya merasa Tuan juga manusia. Sama kayak saya. Bedanya cuma Tuan punya segalanya, saya gak punya apa-apa eh punya hutanh juga. Tapi ternyata… walau punya segalanya, Tuan masih bisa merasa kesepian.”

Zergan menatapnya lama. Kata-kata itu sederhana, tapi seperti menampar dirinya.

“Aneh. Biasanya aku yang menginterogasi orang, tapi kali ini… aku yang merasa sedang diinterogasi,” gumamnya pelan.

Juwita terkekeh. “Ya ampun, Tuan. Saya cuma jawab jujur.”

Beberapa menit kemudian, pesanan datang. Sepiring ayam penyet dengan sambal merah menyala dan pecel lele goreng yang masih panas mengepulkan asap. Aroma bawang putih dan cabai langsung menyeruak.

Juwita menggosok kedua tangannya penuh semangat. “Nah, ini dia yang ditunggu-tunggu. Ayo Tuan, coba dulu.”

Zergan menatap sambal itu dengan penuh kewaspadaan, seolah itu racun. “Sambal ini… tidak membunuhku, kan?”

Juwita hampir tersedak menahan tawa. “Tenang aja, Tuan. Kalau pedas, minum es teh. Gampang.”

Zergan akhirnya menyendok nasi dan sedikit lauk, memasukkannya ke mulut. Seketika matanya terbelalak. Panas dan pedas bercampur jadi satu.

Juwita menahan tawa melihat wajahnya yang memerah. “Gimana, Tuan? Enak kan?”

“Pedas… tapi… entah kenapa… aku ingin lagi,” jawab Zergan dengan napas terengah.

Juwita terkekeh puas. “Tuh kan. Saya bilang juga apa. Hati-hati ketagihan.”

Untuk pertama kalinya sejak lama, Zergan makan dengan lahap. Bukan makanan mahal, bukan hidangan restoran mewah tapi warung sederhana yang penuh asap dan suara riuh.

Dan di sanalah, sambil sesekali melirik Juwita yang makan dengan lahap, ia merasa hatinya sedikit lebih ringan.

Setelah selesai makan, keduanya kembali ke mobil. Zergan membuka pintu untuk Juwita, lalu ikut duduk di balik kemudi. Udara siang terasa lengket, dan aroma sambal masih melekat di ujung lidah mereka.

Untuk beberapa saat, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Hingga akhirnya Zergan memecah keheningan.

“Sebelumnya… kau memang suka makan makanan seperti itu?” tanyanya sambil menatap jalan.

Juwita mengikat rambutnya ke belakang dengan karet gelang seadanya. “Hehe, suka sih. Tapi justru jarang banget makan itu.”

“Jarang?” dahi Zergan berkerut. “Bukankah itu makanan yang murah meriah? Kenapa jarang?”

“Sejak kecil saya malah nggak pernah. Baru setelah kerja, kadang-kadang. Itu pun kalau ada uang lebih,” jawab Juwita ringan, seolah itu hal biasa.

Zergan menoleh sekilas, memperhatikan raut wajahnya yang tetap ceria meski ucapannya mengandung getir. Ada rasa aneh yang menggelitik di dadanya.

“Kau… miskin?” suara Zergan terdengar datar, tapi jelas mengandung keingintahuan.

Juwita menoleh, tersenyum kecil. “Tuan kira?”

Mobil melaju, membawa mereka dalam diam. Pertanyaan itu menggantung di udara, belum ada jawaban.

1
Cicih Sophiana
bintang lima menyusul thor ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ meluncur
Cicih Sophiana
Tamat ya thor gak nunggu sampe Juwita punya baby.. hadiah untuk othor VOTE dan bunga untuk Juwita 🌹😍🌹
Cicih Sophiana
waduh mas kawin sampe segitunya Wit... mas kawin aja gak bakal abis tujuh tanyakan dan tujuh pengkolan 🤭😍😍
Cicih Sophiana
bahagia ya Ju ayas pernikahan nya... semoga bahagia sampai akhir usia
Cicih Sophiana
Justin ayo tundukan Jesika... jgn menyerah ya semangat💪🏻💪🏻
Cicih Sophiana
klo Jesika di kasih duit I m jg paling cuma dua jam habis Justin...
Cicih Sophiana
bikin drama seru jg untuk kalian bertempat...
Cicih Sophiana
semoga kamu bahagia yah Juwi mendapatkan suami yg baik dan bertemu keluarga kandung pula... lengkap sudah kebahagiaan mu Juwi
Cicih Sophiana
wah mau suami seperti Zergar walau dia duda aq ikhlas... thor kirim satu yah buat aq yg seperti Zergar...
Cicih Sophiana
semoga Juwita bisa di selamatkan...
Cicih Sophiana
tuh kan Indira klo orang jahat kualat kan... mau mati aja susah apa hidup
Cicih Sophiana
bagus Zergan sekarang sdh tau siapa cecunguk itu... buang dia ke Amazon ngerepitin aja🤭
Zainab Ddi
selalu 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😍😍 author untuk bekarya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
ya cepet amat tamaty endingy bagus akhirnya bahagia tapi ngak kis Jessica nih 🙏🏻😍🙏🏻🙏🏻💪🏻
Cicih Sophiana
ayo Zergan selidiki siap yg mencekai Juwita... klo sdh di temukan jgn di kasih ampun... masukan dia ke hotel prodeo
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
wah keren banget itu masa kawinnya Juwita bikin semua orang kaget🤣🤣🤣
Cicih Sophiana
semoga Juwita baik baik aja agar dia bisa bertemu orang tua kandung nya... dan semoga si Indira tertangkap
Cicih Sophiana
good Job Zergan buat apa sampah di pungut lagi... selingkuh tdk ada maaf lg itu wanita mau pun pria... sampah tetap aja sampah buang ke tempat nya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!