Raelynn, Wanita Malang Tuan Logan!

Pembicaraan tentang akuisisi perusahaan CM Group berjalan dengan sangat lancar. Dimana Edwin, Emma dan Risha sebagai pemilik saham utama sebelumnya telah menyetujui beberapa persyaratan yang Gavin ajukan. Salah satunya Edwin masih bisa mengelola perusahaan tersebut, tetapi bukan sebagai Ceo atau pemiliknya lagi. Melainkan sebagai Direktur utama atau salah satu karyawan Logan dengan posisi paling tinggi dalam perusahaan. Selain itu, Risha juga ditunjuk sebagai Manager executive. Sehingga membuat kesalahpahaman Suho semakin menguat, bahwa Risha adalah wanita milik Tuan Logan yang Gavin maksud.

Sebab biasanya begitu perusahaan berhasil di akuisisi, maka pihak pemilik sebelumnya tidak diperkenankan untuk mengelola perusahaan itu lagi. Melihat Gavin yang menunjuk Edwin dan Risha untuk tetap mengelola perusahaan itu, maka semakin kuat juga tebakannya. Apalagi Gavin sama sekali tidak menjelaskan apapun padanya hingga detik ini.

“Terima kasih, Tuan Gavin dan Tuan Suho! Sampaikan terima kasih kami juga kepada Tuan Logan, karena sudah membantu perusahaan ini dan tetap membiarkan kami untuk mengelolanya,” ucap Edwin yang terlihat sangat bahagia.

“Benar, Tuan Gavin! Kami semua sangat berterima kasih kepada anda berdua, terutama kepada Tuan Logan,” imbuh Emma.

“Jika Tuan Logan ada waktu saat berkunjung ke Kota ini, kami semua ingin sekali menjamunya dengan penuh rasa hormat untuk makan malam bersama.” Edwin menambahkan.

“Bagus, Mah! Jika kita berhasil mengundang Tuan Logan untuk makan malam bersama, maka aku memiliki kesempatan besar untuk mendekati dan merayunya! Apalagi dia pebisnis nomor satu saat ini.” Risha menyeringai puas menyadari trik licik Mamahnya.

“Tidak perlu repot seperti itu. Saya pasti akan menyampaikan rasa terima kasih kalian kepada Tuan Logan! Dan untuk undangan jamuan makan malamnya, saya juga akan menyampaikannya,” balas Gavin dengan senyum bisnisnya.

Meski dalam hatinya Gavin sedang mengumpati mereka semua, “Dasar bajingan tua, tidak tahu diri! Lihat ‘lah dua rubah betina itu, terlihat jelas mereka ingin mengundang Logan untuk merayunya. Padahal jika bukan karena Nona Raelynn, jangankan menyelamatkan perusahaan ini. Tuan Logan pasti akan membiarkan mereka hancur begitu saja. Lihat saja nanti tanggal mainnya!”

Lain halnya dengan Suho yang masih mengira-ngira dalam hatinya, “Fiks, aku yakin sekali sekarang! Kalau Nona Risha adalah wanita yang dimaksud Tuan Gavin sebelumnya.”

“Benarkah? Kami akan sangat mengharapkan persetujuan Tuan Logan untuk jamuan makan malam ini.” Edwin merasa mendapatkan kesempatan untuk Risha mendekati pebisnis nomor satu itu.

Gavin tidak membalas ucapannya lagi, dia hanya mengangguk sebagai tanggapan. Kemudian, dia langsung berpamitan karena sudah tidak tahan menghadapi wajah-wajah munafik itu, “Kalau begitu, kami akan pamit sekarang! Sampai bertemu lagi besok untuk proses serah terima dan peresmiannya.”

“Tentu, Tuan! Sekali lagi kami sangat berterima kasih atas kebaikan hati anda,” balas Edwin.

“Ck, nikmati saja untuk sekarang! Tunggu saja waktu pembalasan dari putri yang kalian siksa dan buang begitu saja.” Gavin mengatakan semua itu hanya di dalam hati.

Setelahnya, dia dan Suho langsung masuk ke dalam mobil yang sudah tersedia di depan lobi perusahaan. Seperti kedatangan mereka, Suho kembali mengambil alih sebagai supir untuk kembali ke perusahaan J-Dominic Ect Group.

Sebab mereka harus menyiapkan beberapa berkas yang perlu dipersiapkan untuk besok dan beberapa hari ke depan. Keduanya juga harus memeriksa data milik CM Group untuk menyusun strategi pengembangan perusahaan tersebut setelahnya.

Sepanjang perjalanan kembali, sama sekali tidak ada pembicaraan keduanya. Suho yang harus fokus mengemudi dan Gavin yang terlalu fokus memeriksa data yang baru saja diterimanya. Ya, Gavin harus segera menyelesaikan proses akuisisi itu secepatnya agar bisa segera menyusul Tuannya dan merecokinya terus untuk mau bertanggung jawab.

...****************...

Setibanya di perusahaan J-Dominic Ect Group keduanya langsung menuju ruangan kerja milik Suho. Dimana Gavin langsung memberikan setumpuk berkas yang sudah dia pilih tadi sepanjang perjalanan untuk dipelajari oleh Suho, sedangkan dia mengambil setengah bagiannya.

“Kerja bagus, Tuan Suho! Kita hanya perlu menyusun strategi untuk memulai perkembangan perusahaan CM Group ke depannya. Ini berkas yang sudah aku pilihkan untukmu pelajari, sementara sisanya akan aku ambil alih sembari memberikan laporannya kepada Tuan Logan. Bisakah kau menyelesaikannya dalam beberapa hari? Sebab aku harus segera menyusul Tuan Logan,” ujar Gavin tidak lupa memberikan pujian dan menjelaskan tentang situasinya.

“Tentu, saya akan segera mengurus semua berkasnya!” balas Suho menyanggupi, “Beruntungnya wanita itu, Tuan Logan bahkan mengeluarkan banyak uang hanya untuk membantu perusahaan keluarganya,” sambungnya dalam hati.

“Terima kasih untuk bantuannya. Mari mulai mengerjakannya,” ujar Gavin yang memilih untuk tetap di ruangan Suho untuk mempermudah komunikasi keduanya.

Jelas Gavin tidak menyadari sama sekali kesalahpahaman yang Suho sedang pikirkan. Keduanya langsung bekerja dengan sungguh-sungguh, bahkan Gavin harus bekerja lembur untuk bisa menyelesaikannya dengan cepat.

...****************...

Beralih pada Raelynn dan Bi Martha yang tengah membereskan barang-barang yang mereka miliki. Sungguh entah keberuntungan darimana, mereka mendapatkan rumah yang cukup mewah dengan peralatan yang masih sangat lengkap.

Baik peralatan dapur, peralatan tidur, kulkas dan pendingin udara bahkan masih terlihat sangat baru. Seperti bukan rumah bekas kontrakan dari pemilik sebelumnya. Namun, meski begitu masih jauh dibandingkan dengan rumah mewah nan megah milik kediaman Cameron yang membuat Bi Martha merasa bersalah karena membiarkan Raelynn tinggal di rumah seperti ini.

“Maaf ‘yah, Nak! Uang tabungan Bibi hanya bisa menyewa rumah seperti ini untuk beberapa tahun kedepan,” ucap Bi Martha mendekati Raelynn yang tengah membereskan barang-barangnya sembari melamun.

“Bi, jangan minta maaf seperti ini. Kita berhasil mendapatkan rumah yang sangat layak dengan harga yang sangat murah seperti ini saja, aku sudah sangat bersyukur. Seharusnya malah aku yang minta maaf sama Bibi, karena tidak membantu sedikitpun,” balas Raelynn sembari menunjukan raut wajah sedihnya.

“Kau memang anak yang baik, Nak! Bibi tidak akan pernah menyesal mengikutimu hingga detik ini. Kau adalah keberuntungan terbaik yang Bibi miliki. Meski rumah ini tidak sebesar kediaman Cameron, setidaknya rumah ini masih sangat bagus. Bahkan barang-barang yang tertinggal malah seperti barang-barang yang baru dibeli,” ujar Bi Martha mengalihkan topik pembicaraan.

“Benar, Bi! Aku juga masih tidak percaya mereka menyewakan rumah ini dengan harga yang sangat murah? Bahkan Bibi ingat ‘kan kontrakan kumuh yang sebelumnya kita temui? Bahkan harga kontrakan kumuh itu masih jauh lebih tinggi dari harga sewa rumah ini,” ujar Raelynn menyadari keanehan tersebut, meski dia tetap bersyukur akan hal itu.

“Bibi juga merasa aneh, terutama pada cucu pemiliknya! Tapi sudah ‘lah, mungkin ini memang keberuntungan untuk kita berdua agar bisa menghemat lebih banyak uang.”

Bersambung ….