NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keseruan di Danau

Pagi yang cerah menyapa keluarga Arman dan Nadia saat mereka bangun dari tidur di tenda. Suara burung berkicau dan sinar matahari yang hangat membuat suasana terasa menyenangkan. Aldo, yang sudah bangun lebih awal, terlihat sibuk bermain di tepi danau, menggumpalkan pasir dan membuat kastil pasir kecil.

“Selamat pagi, sayang!” sambil menggosok-gosok matanya, Nadia keluar dari tenda.

“Pagi, Mama! Lihat, aku membuat kastil pasir!” seru Aldo penuh semangat.

Arman juga bangun dan keluar dari tenda. “Wah, bagus sekali, Aldo! Kamu sudah jadi arsitek handal, ya?” pujinya.

“Terima kasih, Papa! Ayo kita buat lebih banyak!” Aldo menjawab dengan riang.

Mereka bertiga kemudian bersiap untuk sarapan. Nadia telah menyiapkan beberapa roti isi dan buah-buahan. Saat mereka duduk di tikar, Aldo terus berbicara tentang kastil pasirnya yang megah.

“Mama, Papa, setelah sarapan, kita bisa main di air lagi, ya? Aku ingin berenang!” kata Aldo.

“Iya, kita bisa! Tapi ingat, Aldo, jangan jauh-jauh dari kami,” jawab Arman.

Setelah sarapan, mereka beranjak menuju tepi danau. Aldo berlari kegirangan, sementara Arman dan Nadia mengikuti dari belakang. Mereka berdua saling bertukar senyuman, merasa bahagia melihat putra mereka yang ceria.

Di tepi danau, Aldo langsung melompat ke dalam air, dan Arman serta Nadia mengawasinya. “Ayo, Papa! Masuklah! Airnya enak banget!” teriak Aldo.

Nadia dan Arman saling berpandangan sebelum akhirnya mereka juga masuk ke dalam air. Suasana menjadi riuh dengan tawa dan teriakan kegembiraan.

“Mama, lihat aku! Aku bisa mengapung!” Aldo berteriak sambil mengapungkan tubuhnya.

Nadia dan Arman melihat Aldo dengan bangga. “Kamu hebat, sayang! Ingat, jangan lupa bernapas!” Nadia berteriak.

Setelah beberapa saat bermain air, Aldo tiba-tiba mendorong Ayahnya ke dalam air. “Ayo, Papa! Dapatkan aku!” seru Aldo sambil tertawa.

Arman yang terkejut, terjatuh ke dalam air dan membuat gelombang besar. “Aldo! Kamu nakal sekali!” teriaknya sambil tertawa. Mereka kemudian terlibat dalam permainan air, saling siram menyiram, hingga mereka semua basah kuyup.

Setelah puas bermain air, mereka beristirahat sejenak di tepi danau. Arman mengeluarkan bola untuk bermain. “Ayo kita main bola, siapa yang menang dapat marshmallow!” tantang Arman.

Aldo langsung bersemangat. “Aku mau menang, Papa!” serunya.

Permainan bola pun dimulai. Nadia duduk di tepi sambil menonton mereka bermain. Aldo berlari-lari mengejar bola, berusaha sekuat tenaga untuk mencetak gol. “Hati-hati, Aldo! Jangan jatuh!” Nadia mengingatkan, tetapi senyumnya tak pernah hilang.

Setelah beberapa putaran permainan, Aldo berhasil mencetak gol. “Aku menang! Ayo, Mama, kasih aku marshmallow!” teriaknya dengan sukacita.

“Selamat, sayang! Sekarang kita akan membuatnya di api unggun!” jawab Nadia sambil beranjak mencari persediaan marshmallow.

Mereka kembali ke tempat perkemahan, dan Nadia menyalakan api unggun. Arman menunjukkan cara memanggang marshmallow dengan baik kepada Aldo. “Ingat, kamu harus sabar dan jangan terlalu dekat dengan api,” katanya.

Aldo mengangguk, sangat serius mengikuti instruksi Ayahnya. “Iya, Papa! Aku mau marshmallow yang meleleh!” dia berkata sambil menggigit bibirnya.

Setelah marshmallow matang, mereka menikmatinya dengan penuh kebahagiaan. “Yummy! Ini enak sekali!” Aldo mengunyah dengan lahap.

Malam pun menjelang, dan suasana semakin hangat saat mereka berkumpul di sekitar api unggun. Arman mulai bercerita tentang petualangan seru yang mereka lakukan selama berkemah. Nadia dan Aldo mendengarkan dengan penuh perhatian.

“Dan di sana, di balik gunung, ada monster raksasa yang menjaga harta karun!” Arman mengarang cerita, membuat Aldo semakin bersemangat.

“Wah, kita harus pergi mencarinya besok, Papa!” kata Aldo dengan mata berbinar.

“Ya, kita bisa mencari monster itu dan menjadi pahlawan!” Nadia menambahkan, ikut dalam permainan imajinasi.

Setelah cerita seru, Aldo mulai mengantuk. “Papa, Mama, aku mau tidur,” katanya dengan suara mengantuk.

“Iya, sayang. Kita semua sudah lelah setelah seharian bermain,” jawab Nadia sambil mengusap kepala Aldo.

Arman mematikan api unggun dan mereka pun masuk ke dalam tenda. Aldo tidur di tengah, sementara Arman dan Nadia tidur di sampingnya. Suara desiran angin dan gemerisik daun membuat suasana semakin menenangkan.

Sebelum tidur, Nadia berbisik pada Arman, “Kamu senang hari ini, sayang?”

“Banget! Melihat Aldo senang membuatku bahagia,” jawab Arman.

Nadia tersenyum, “Keluarga kita sangat berharga. Aku bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama.”

Mereka pun tertidur dengan senyuman, siap untuk petualangan baru keesokan harinya.

Petualangan Pagi di Hutan

Pagi tiba dengan sinar mataharI yang menyinari tenda mereka, dan suara burung berkicau di sekitar danau. Aldo bangun lebih awal, bersemangat untuk memulai hari baru. Dia melihat ke arah Papa dan Mama yang masih tidur pulas. Dengan pelan, dia merangkak keluar dari tenda, menghirup udara segar pagi yang menyejukkan.

“Selamat pagi, dunia!” seru Aldo penuh semangat. Dia melihat ke sekeliling dan melihat embun di daun-daun. “Wah, cantiknya!”

Dia berlari-lari kecil ke arah tepi danau. Air danau tampak tenang, memantulkan cahaya matahari. Aldo mengumpulkan beberapa kerikil dan mulai melemparnya ke dalam air, menikmati suara cipratan yang dihasilkan.

Tak lama kemudian, Arman dan Nadia terbangun. Arman merentangkan tangan dan menguap lebar. “Selamat pagi, sayang! Apa yang kamu lakukan?” tanyanya kepada Aldo yang tampak ceria.

“Aku melempar kerikil, Papa! Dengar suaranya!” jawab Aldo, tersenyum lebar.

Nadia juga keluar dari tenda dengan rambut berantakan, namun tetap cantik. “Pagi, sayang! Kamu sudah bangun pagi sekali ya?” tanyanya sambil tersenyum pada Aldo.

“Yup! Kita harus eksplorasi hutan hari ini, Mama!” kata Aldo penuh semangat.

“Bagus! Mari kita siapkan sarapan dulu sebelum berpetualang,” Arman menjawab.

Setelah sarapan, mereka berkemas untuk menjelajahi hutan di dekat danau. Arman membawa peta sederhana yang mereka buat sebelumnya, sementara Nadia membawa bekal makanan ringan untuk perjalanan.

“Siap untuk petualangan, Aldo?” tanya Arman, mengangguk ke arah putra mereka.

“Siap, Papa! Ayo kita pergi!” seru Aldo.

Mereka berangkat menyusuri jalur setapak yang dikelilingi pepohonan rimbun. Suara alam mengisi udara, dan Aldo terus berceloteh tentang hal-hal yang dia lihat di sekeliling.

“Lihat, Mama! Itu ada kupu-kupu!” seru Aldo, menunjukkan kupu-kupu yang terbang ceria.

“Iya, cantik sekali! Hati-hati jangan sampai menyenggol sayapnya, sayang!” jawab Nadia.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka menemukan sebuah sungai kecil. Airnya jernih, dan Aldo langsung berlari ke tepi untuk melihat lebih dekat. “Papa, kita bisa bermain air di sini!” teriaknya.

“Boleh, tapi kita harus tetap hati-hati, ya,” Arman mengingatkan.

Mereka pun bermain air, merasakan dinginnya air sungai di kaki mereka. Aldo melompat-lompat, berusaha menyentuh air dengan kedua kakinya. Nadia dan Arman saling pandang dan tersenyum, bahagia melihat keceriaan Aldo.

“Berhati-hati, Aldo! Jangan terlalu jauh!” Nadia memperingatkan saat Aldo berlari lebih jauh ke dalam air.

Setelah puas bermain air, mereka melanjutkan petualangan menjelajahi hutan. Aldo menemukan berbagai jenis daun dan bunga. “Mama, lihat! Ini bunga cantik sekali!” dia menunjukkan kepada Nadia.

“Itu adalah bunga liar. Bagus sekali, sayang!” Nadia mengagumi penemuan putranya.

Sementara mereka berjalan, Arman mengeluarkan peta yang mereka buat. “Kalau kita terus berjalan ke arah utara, kita bisa sampai ke air terjun kecil yang ada di peta ini!” Arman menjelaskan.

“Air terjun! Kita harus pergi ke sana, Papa!” Aldo sangat antusias.

Mereka melanjutkan perjalanan, dan beberapa saat kemudian, suara gemericik air semakin dekat. Aldo berlari di depan, dan Arman serta Nadia mengikuti di belakang.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah air terjun kecil yang menawan. Air terjun itu memancarkan air jernih dari atas batu, dan di bawahnya terdapat kolam kecil yang tampak menyegarkan.

“Wow, indah sekali!” Aldo berteriak gembira. “Kita bisa berenang di sini, kan?”

“Bisa! Tapi kita harus hati-hati. Mari kita istirahat sebentar,” Nadia menyarankan.

Mereka duduk di tepi kolam sambil menikmati bekal yang dibawa Nadia. Aldo mengemukakan berbagai ide tentang apa yang akan mereka lakukan di air terjun.

“Kita bisa membuat perahu dari daun, Papa! Ayo!” seru Aldo penuh semangat.

Arman dan Nadia tersenyum melihat kebahagiaan Aldo. “Ide yang bagus! Mari kita buat perahu dari daun!” kata Arman.

Mereka mulai mengumpulkan daun-daun besar dan mencoba membuat perahu kecil. Sambil bercanda, mereka tertawa saat perahu mereka tidak berjalan sesuai rencana. Aldo berusaha memasukkan perahunya ke dalam kolam, tetapi perahu itu tenggelam.

“Mungkin kita harus menambahkan batu di bawahnya agar bisa terapung!” Aldo memberi saran.

“Cerdas sekali, Aldo! Kita coba lagi!” Nadia bersemangat.

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya mereka berhasil membuat perahu kecil yang bisa terapung. Aldo melompat-lompat kegirangan melihat hasilnya. “Kita berhasil! Ini luar biasa!” teriaknya.

Mereka pun melanjutkan bermain di tepi air terjun hingga hari mulai sore. Setelah lelah bermain, mereka memutuskan untuk berkemas dan kembali ke tenda.

Dalam perjalanan pulang, Aldo terlihat kelelahan tetapi tetap ceria. “Hari ini sangat menyenangkan! Terima kasih, Mama, Papa!” dia berkata.

Arman memeluk Aldo. “Kita harus melakukannya lagi lain kali, sayang! Banyak petualangan lain yang menunggu kita.”

Sampai di tenda, mereka beristirahat dan menghabiskan malam dengan berkumpul di sekitar api unggun, berbagi cerita tentang petualangan hari ini. Nadia melihat ke arah Arman, dan mereka saling tersenyum, merasa bersyukur atas kebersamaan mereka.

Aldo yang sudah mengantuk tertidur di pangkuan Arman. Nadia menatap mereka dengan penuh cinta, menyadari betapa berartinya momen-momen seperti ini bagi keluarga mereka.

Mimpi di Bawah Bintang

Malam semakin larut, dan bintang-Bintang berkelap-kelip di langit. Suara nyamuk dan gemerisik daun menemani mereka yang sedang duduk di sekitar api unggun. Aldo, yang terbangun dari tidurnya, menggosok-gosok matanya.

“Papa, Mama, ada apa?” tanya Aldo dengan suara serak.

“Kita sedang menunggu malam datang, sayang. Ayo, duduk di sini!” Nadia memanggilnya untuk duduk di sampingnya.

Aldo duduk, dan Arman mengambilkan marshmallow dari tas. “Mau buat s'mores, Aldo?” tanya Arman sambil tersenyum.

“Ya! Aku suka s'mores!” Aldo menjawab dengan penuh semangat.

Mereka mulai memanggang marshmallow di atas api. Aldo memperhatikan dengan cermat sambil sesekali mengaduk adonan cokelat dan biskuit yang sudah disiapkan.

“Ini enak banget, Papa! Kayaknya lebih enak dari kue di rumah!” Aldo berteriak ceria.

Nadia tertawa. “Jadi, camping ini lebih baik dari rumah, ya?” tanyanya sambil melirik ke arah Arman.

“Iya! Camping itu menyenangkan! Kita bisa berpetualang dan melihat bintang!” Aldo mengangguk sambil menggigit s'mores-nya.

Setelah menikmati s'mores, mereka berbaring di atas tikar, memandangi langit malam yang berhiaskan bintang. Aldo tampak terpesona dengan keindahan alam yang ada di sekitarnya.

“Papa, bintang-bintang itu kayak di lukisan!” Aldo berkomentar.

Arman mengangguk setuju. “Iya, Aldo. Mereka sangat cantik. Setiap bintang itu punya ceritanya sendiri.”

“Cerita apa, Papa?” tanya Aldo penasaran.

“Banyak cerita, sayang. Ada bintang yang disebut Bintang Utara. Konon katanya, orang-orang dulu menggunakan bintang ini untuk menemukan jalan pulang,” Arman menjelaskan.

“Wah, jadi bisa buat kompas ya, Papa?” Aldo bertanya lagi.

“Betul! Dan ada juga bintang jatuh. Saat kita melihat bintang jatuh, kita bisa membuat permintaan!” Nadia menambahkan.

“Kalau aku mau minta es krim yang besar dan banyak rasa!” Aldo menutup matanya dan membayangkan permintaannya.

“Kalau Mama?” tanya Arman, menoleh ke arah Nadia.

Nadia berpikir sejenak sebelum menjawab. “Kalau Mama, ingin punya waktu yang lebih banyak dengan keluarga kita, seperti sekarang ini.”

Arman tersenyum. “Bagus sekali. Keluarga adalah yang terpenting.”

“Kalau Papa?” Aldo menantang.

“Kalau Papa, ingin selalu ada petualangan seru bersama kalian berdua!” Arman menjawab dengan semangat.

Aldo mengangguk. “Aku juga! Kita harus camping lagi lain kali, ya!”

Mereka berdua menatap satu sama lain, dan Arman merangkul Aldo dengan hangat. “Tentu saja, sayang. Kita akan selalu mencari petualangan baru.”

Setelah beberapa saat terdiam menikmati suasana malam, Aldo mulai mengantuk lagi. “Papa, Mama, aku capek,” dia menguap.

“Ya sudah, saatnya tidur, sayang. Besok kita bisa berpetualang lagi,” Nadia berkata lembut.

Mereka pun kembali ke tenda. Arman membantu Aldo berbaring, dan Nadia menyelimuti mereka berdua. Aldo tersenyum sambil menutup matanya. “Selamat malam, Papa, Mama,” ucapnya sebelum tidur.

“Selamat malam, Aldo. Mimpi indah, ya!” jawab Nadia sambil mengelus kepala Aldo.

Arman dan Nadia saling bertukar pandang setelah Aldo tertidur. “Malam yang indah, ya?” Nadia berkomentar.

“Benar, kita sangat beruntung bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini,” Arman setuju.

“Mari kita tiduran juga. Malam ini terasa sangat spesial,” Nadia mengusulkan.

Mereka berbaring berdampingan, dan Arman menggenggam tangan Nadia. “Aku mencintaimu, sayang,” katanya dengan lembut.

Nadia tersenyum. “Aku juga mencintaimu, Arman.”

Dalam suasana tenang di bawah bintang-bintang, mereka berdua terlelap, merasakan hangatnya cinta dan kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka.

Kebangkitan Pagi yang Ceria

Pagi menjelang, dan sinar maTahari mulai menyinari tenda mereka yang terpasang di tepi danau. Suara burung berkicau merdu menambah suasana damai pagi itu. Arman yang pertama terbangun, menguap lebar sebelum melihat ke arah Nadia dan Aldo yang masih terlelap.

“Waktunya bangun, sayang,” Arman berbisik sambil tersenyum melihat wajah tenang Nadia yang tertidur. Ia tidak bisa menahan rasa syukur atas kebahagiaan yang dimilikinya.

Beberapa menit kemudian, Aldo mulai menggeliat dan membuka matanya. “Selamat pagi, Papa!” teriaknya ceria.

“Selamat pagi, Aldo! Siap untuk berpetualang hari ini?” Arman bertanya sambil mengelus rambut Aldo.

“Iya! Apa kita bisa mencari ikan?” Aldo menjawab dengan semangat.

“Bisa banget! Mari kita bangunkan Mama, ya?” Arman berkata sambil melirik ke arah Nadia.

Aldo mengangguk dan mendekati Nadia. “Mama, bangun! Kita mau cari ikan!” teriaknya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Nadia.

Nadia terbangun dengan tersenyum. “Oh, selamat pagi, sayang! Kenapa sudah berisik pagi-pagi?” tanyanya sambil mengucek mata.

“Mama, kita mau cari ikan! Ayo bangun!” Aldo menjawab penuh semangat.

“Baiklah, baiklah! Aku bangun sekarang!” Nadia berkata sambil tertawa.

Setelah semuanya bangun, mereka bersama-sama menyiapkan sarapan sederhana. Arman membakar roti di atas api, sementara Nadia membuatkan telur orak-arik. Aldo membantu dengan membawa peralatan makan.

“Mama, ini roti bakarnya sudah terlihat enak!” Aldo berkomentar saat melihat Arman mengangkat roti dari atas api.

“Roti bakar ala camping, ya!” Nadia menambahkan sambil tersenyum.

Setelah sarapan, mereka pun bersiap-siap untuk pergi ke tepi danau. Arman membawa pancing dan peralatan lainnya, sementara Nadia memastikan Aldo mengenakan pelampungnya.

“Siap, Aldo? Kita akan jadi pemancing ulung hari ini!” Arman bersemangat.

“Iya! Aku sudah tidak sabar!” Aldo melompat-lompat kegirangan.

Sesampainya di tepi danau, Arman mulai merangkai alat pancingnya. Nadia menyiapkan tempat duduk untuk mereka bertiga di tepi danau, dan Aldo tampak tidak sabar menunggu.

“Mama, aku mau yang ini!” Aldo menunjuk ke arah umpan.

“Baiklah, sayang. Tapi ingat, kita harus sabar saat menunggu ikan datang,” Nadia mengingatkan.

Arman mengangguk. “Iya, kita harus bersabar, dan kita harus tetap tenang.”

Mereka mulai memancing dan menghabiskan waktu bersama, bercanda dan tertawa. Aldo sangat antusias setiap kali umpan berhasil dimakan ikan, meskipun sering kali dia hanya mendapat serangan dari ikan kecil.

“Mama, lihat! Ikan kecil!” Aldo berteriak sambil menarik pancingnya dengan cepat.

“Wah, itu lucu sekali, Aldo! Tapi kita butuh yang lebih besar!” Nadia tertawa melihat ekspresi Aldo yang senang.

Satu jam berlalu, dan meskipun mereka belum mendapatkan ikan yang besar, suasana tetap ceria. “Ayo, sayang! Coba lempar pancingmu lebih jauh!” Arman memberi semangat.

“Baik, Papa! Aku akan mencoba!” Aldo berusaha melempar pancingnya sekuat tenaga.

“Ayo, semangat! Satu, dua, tiga!” Arman berteriak bersorak.

Aldo berhasil melempar pancingnya jauh ke dalam danau. “Aku berhasil, Papa!” teriaknya gembira.

Tiba-tiba, pancing Aldo bergerak cepat. “Papa, ada ikan!” Aldo berteriak histeris, membuat Arman dan Nadia terkejut.

“Tarik pelan-pelan, sayang!” Nadia memberi instruksi dengan bersemangat.

Dengan hati-hati, Aldo menarik pancingnya, dan akhirnya seekor ikan kecil berhasil terangkat dari dalam air. “Aku dapat, Mama! Aku dapat ikan!” Aldo berlari kegirangan.

“Bagus sekali, Aldo! Sekarang kita harus memasukkannya ke dalam ember!” Arman memuji.

Setelah memasukkan ikan ke dalam ember, Aldo merasa bangga. “Aku mau menangkap lebih banyak lagi!”

Nadia tersenyum melihat antusiasme anaknya. “Kalau kita dapat banyak, kita bisa memasaknya untuk makan siang nanti.”

Arman menyiapkan pancing lagi dan bersiap untuk melemparnya kembali. “Ayo, kita coba lagi! Siapa yang bisa dapat ikan lebih banyak?”

Mereka melanjutkan kegiatan memancing dengan semangat. Setiap kali mereka berhasil menangkap ikan, Aldo akan melompat kegirangan, dan Arman serta Nadia tak henti-hentinya memberi pujian.

Ketika matahari mulai meninggi, mereka sudah mendapatkan beberapa ikan. “Cukup untuk makan siang, nih!” Arman berkata sambil melihat ke arah ember.

Nadia mengangguk. “Bagaimana kalau kita bikin ikan bakar? Kita bisa bakar di atas api.”

“Ya! Ikan bakar itu enak!” Aldo setuju dengan ceria.

Setelah menyelesaikan memancing, mereka kembali ke tenda dan menyiapkan api untuk membakar ikan. Arman mempersiapkan ikan yang akan dibakar, sementara Nadia dan Aldo mengumpulkan kayu.

“Mama, aku mau membantu!” Aldo berusaha membawa kayu yang lebih besar.

“Baik, tapi hati-hati ya, sayang,” Nadia mengingatkan dengan lembut.

Setelah api menyala, mereka mulai memanggang ikan sambil bercanda dan tertawa. Aroma ikan bakar yang harum memenuhi udara dan membuat perut mereka keroncongan.

“Mama, ikan ini terlihat enak sekali!” Aldo berkomentar sambil mencium aroma ikan.

“Dan rasanya pasti lebih enak karena kita menangkapnya sendiri,” Arman menambahkan.

Ketika ikan sudah matang, mereka segera menyantap hasil tangkapan dengan lahap. “Ini enak banget, Papa!” Aldo mengucapkan pujian dengan mulut penuh.

Nadia dan Arman saling memandang dengan bangga. “Hari ini benar-benar spesial, ya?” Nadia berkata sambil tersenyum.

“Iya, ini adalah hari yang tidak akan kita lupakan,” Arman setuju.

Setelah makan, mereka bersantai sejenak sebelum melanjutkan petualangan mereka. Hari itu menjadi salah satu hari yang paling berharga bagi keluarga kecil mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!