Follow IG author : arafaq_9
Jangan lupa like dan komentarnya ❤
Ketika Jordan Rodriguez, seorang pria tampan dan kaya yang dikenal sebagai pria yang tak terkalahkan dalam bisnis dan hubungan, bertemu dengan Grace, seorang wanita muda yang penuh dengan ambisi dan keinginan untuk sukses, keduanya langsung terseret dalam kisah cinta yang liar dan penuh gairah. Namun, di balik pesona dan kebahagiaan yang tampaknya sempurna, terselip rahasia gelap yang mengubah segalanya.
Seiring hubungan mereka berkembang, Jordan mulai menunjukkan tanda-tanda kecemburuan dan posesif yang tidak wajar. Jordan menyembunyikan identitas yang sebenarnya, terkait dengan masalalunya yang gelap dan berbahaya.
Saat rahasia terkuak, Grace harus memilih antara melarikan diri dari kegelapan yang mengancam atau mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan hubungan mereka. Dalam pergulatan antara cinta dan ketakutan, Grace menghadapi pilihan yang sulit. Yang akan mengubah takdir mereka selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arafaq_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMAAFKAN?
***
"Astaga, Jordan!" Grace langsung memegang kedua pundak Jordan, pria itu kini bersimpuh di kakinya.
"Berdirilah, Jordan. Jangan seperti ini,"
"Aku tidak akan berdiri sampai kau memaafkan dan memberiku kesempatan lagi," ujarnya.
Grace memejamkan matanya, menahan cairan bening yang akan lolos. Dadanya pun berdebar tidak karuan.
Wanita itu sudah melupakan kejadiannya, dan tidak ingin berhubungan kembali dengan Jordan. Namun melihat Jordan yang seperti ini, membuatnya goyah.
Ada sebait rindu yang selama ini memupuk, dan masih ada perasaan untuk Jordan di hatinya yang paling terdalam.
Menekan dadanya yang sesak, Grace mengusap air matanya dengan kasar. Setelahnya, ia menunduk.
"B-bangunlah, aku memaafkanmu," ucap Grace dengan suara bergetar, wanita itu mengelus kedua pundak Jordan dan meminta pria itu untuk berdiri.
Jordan mendongak, menatap Grace yang juga menatapnya.
"Bangunlah, Jordan,"
"K-kau memaafkanku?"
Grace mengangguk, "Aku sudah memaafkanmu dari lama, Jordan. Jadi tidak perlu lagi meminta maaf, jika memang kau ingin mendekati Eric. Silahkan, dia putramu. Mau sampai kapanpun dia tetap putramu,"
Jordan tersenyum, air matanya menetes.
"Terimakasih, Baby." Jordan berdiri, ia memeluk tubuh Grace.
Grace terkejut, wanita itu hanya terdiam dan tidak membalas pelukan Jordan.
"Lepas, Jordan," pinta Grace, Jordan melepaskan pelukan keduanya, ia menggengam kedua tangan Grace.
"Jadi kau memberikan aku kesempatan lagi bukan? Aku janji, setelah ini aku akan menikahimu. Kita ak_"
"Tidak ada pernikahan, Jordan. Biarkan seperti ini, kau bisa menemui Eric kapanpun kau mau, dan aku akan menjelaskan siapa kau kepada Eric,"
Jordan mengernyit, pria itu merasa bingung dengan ucapan Grace.
"Tidak ada pernikahan? Maksudnya, Baby?"
Grace menjauhkan tangannya dari genggaman Jordan.
"Yeah, aku memaafkan, dan memberikanmu akses kepada Eric. Bukan untuk merajut kisah yang lama kembali, karena hubungan kita tetap selesai, walaupun ada Eric di tengah-tengah kita,"
Jordan menggeleng, pria itu tidak terima dengan ucapan Grace.
"Tetap_"
"Terserah kau Jordan, jika kau menerimanya. Kau bisa bertemu dan mendekat kepada Eric, jika kau menolaknya. Kau tidak akan bisa mendekat kepada Eric, aku pergi." Grace melangkah terlebih dahulu, wanita itu membuka pintu toilet dan meninggalkan Jordan yang masih terdiam.
Jordan mendesah kasar, pria itu mengusap wajahnya.
"Baiklah, setidaknya dengan mendekati Eric. Aku bisa menyakinkan Grace, dan membuatnya menjadi milikku kembali," gumam Jordan, senyuman terbit di bibirnya.
***
"Eric," panggil Grace, wanita itu mendekati putranya yang sedang memainkan laptop.
"Iya, Mommy?" Eric mendongak, anak itu tersenyum melihat Grace.
Grace mendaratkan bokongnya di bibir ranjang putranya, wanita itu meraih kedua tangan mungil Eric, dan menggengamnya.
"Ada yang ingin Mommy bicarakan dengan, Eric,"
"Apa itu, Mom? Apakah sesuatu hal yang sangat penting, dan membuat Mommy kepikiran?"
Grace mengulas senyumnya, Eric memang masih kecil. Bahkan umurnya saja masih 6 tahun, tetapi anak itu sangat peka, dan cerdas.
Hal-hal kecil yang biasanya Eric tanyakan sebagai bentuk perhatian, terkadang membuat Grace merasa sangat bahagia.
Grace menghembuskan nafasnya pelan, wanita itu menatap serius putranya.
"Bagaimana tentang, Daddy?"
"Daddy?"
Grace mengangguk, wanita itu mengelus tangan Eric.
"Iya, bagaimana tentang Daddy? Bukankah Eric tau jika beberapa hari ini ada Om yang mengaku sebagai Daddy Eric? Jika Om tersebut benar Daddy Eric, bagaimana?" tanya Grace dengan hati-hati, Eric merubah raut wajahnya menjadi datar. Anak itu menatap Grace dengan intens.
"Eric?"
"Benar atau tidaknya, Eric tidak perduli Mom. Karena pada kenyataannya, Eric tidak mempunyai Daddy. Bukankah Daddy Eric sudah tiada?" senyuman sinis terukir di bibir Eric.
Deg!
***
hukuman dari Grace udah yaa, tinggal dari anaknya ini 😜