Berjuang dengan penyakit yang dia derita selama ini malah mendapatkan pengkhianatan dari suami.
Arkan. Suami yang dia percaya selama enam tahun untuk menjaga anaknya, malah mengkhianatinya.
Yang membuat dirinya sakit hati, ternyata Arkan sedang bercinta dengan perawat yang bekerja di rumahnya untuk membantunya sembuh.
Nyatanya mereka berdua mengkhianatinya, saat itu juga dia bertekad untuk membohongi keduanya supaya kebusukan yang mereka lakukan terbongkar.
Bisakah Amel membongkar semua kebusukan yang mereka lakukan selama ini? Atau memilih setia dalam rumah tangga untuk kebahagiaan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35 : bertemu teman lama
Amel tersenyum saat bertemu dengan teman lamanya, wanita itu datang setelah mengadakan acara bersama temannya. Rev melangkah ke dapur untuk mengambil minuman dingin, sedangkan Amel duduk di sofa.
"Gimana menurut kamu anak teman bunda. Apa dia cantik?" Amel menatap Rev yang sibuk minum, lalu minuman tersebut di letakan kembali.
"Yang mana bund."
"Loh yang barusan kenalan sama kamu Anita masa kamu gak ingat."
"Cantik kan Anita."
"Hem." jawab Rev, Rev sama sekali tidak tertarik dengan ucapan Amel.
"Menurut bunda kamu cocok sama Anita. Dia wanita yang cantik, pintar, seorang dokter cocok sama kamu sama-sama pekerja keras." bahas Amel kembali, Rev menggeleng kepala melihat kelakuan Amel.
"Anita bilang kalau dia kenal sama kamu, apa kamu beneran kenal sama dia?" Rev datang menghampiri Amel saat wanita itu masih memperhatikannya.
"Ya Bun. Dia teman sekolah ku dulu, kalau gak salah aku sama dia satu kelas."
Amel yang mendengarnya langsung senang, "Bagus kalau kamu mengenalnya. Jadi bunda gak perlu repot-repot mencarikan kamu jodoh, gimana kamu sama Anita aja. Lagian kalian sudah sama-sama mapan dan siap untuk serius."
Sekali lagi Rev menghela nafas mendengar ocehan Amel, "Bukan berarti aku menyukainya, walau bunda sangat suka dengannya tapi aku tidak memiliki perasaan apapun kepadanya."
"Tapi kamu bisa jalani dulu Rev. Siapa tahu kamu nyaman dan mulai suka dengan Anita."
Rev memilih bangkit dari sana, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Amel tanpa bicara apapun lagi.
Selesai meeting Rev diminta Amel untuk menemaninya kumpul bersama teman-temannya, Rev dengan senang hati mengantar Amel kemanapun wanita itu mau. Sampai di sana banyak sekali yang datang, gak hanya ibunya saja melainkan anak-anak mereka pada datang.
Rev yang sibuk mencicipi minuman dan juga cemilan manis, di datangi oleh seorang wanita cantik dengan dress abu-abu.
Wanita itu tersenyum sambil berdiri di dekat Rev, "Kamu Rev?"
Rev menoleh saat wanita asing yang berdiri di sampingnya mengenalnya, "Kamu mengenali saya?"
"Mana mungkin saya tidak kenal sama kamu Rev. Apa kamu lupa aku ini siapa?"
"Aku Anita teman sekolahmu dulu. Kita satu kelas masa kamu gak ingat aku." ucap wanita yang bernama Anita, Rev seperti mengingat teman sekelasnya yang ia tahu hanya ada satu Anita di sekolahnya.
"Yang aku tahu Anita di sekolahku adalah primadona sekolah? Dia juga satu kelas dengan ku tapi..." Rev kembali menatap wajah wanita di sampingnya, dan benar saja kalau wanita asing ini adalah Anita wanita primadona di sekolahnya.
"Gak nyangka kita bisa bertemu lagi. Gimana kabar kamu? Aku dengar kamu mengelola perusahaan ibu kamu."
"Ya, ada hal yang mendesak membuat aku melakukan itu." balas Rev dengan malas, Anita tersenyum saat dia bertemu dengan pria idamannya.
"Kamu keren juga. Mami ku bilang kalau bunda kamu sudah pisah dengan ayah kamu, dan kamu yang memimpin semua perusahaan yang dikelola ibu kamu."
"Ya begitulah. Menurutku kamu terlalu berlebihan, dan terlalu ke kanak-kanakan." ucap Rev. Rev memutuskan untuk pergi meninggalkan Anita.
Sedangkan wanita itu berusaha menahan kesal untuk mendapatkan pria idamannya, setelah bertahun-tahun menyukai Rev akhirnya ia bisa bertemu dengan pria itu lagi. Yang paling kaget ternyata Rev anak dari teman maminya, jadi ia masih punya kesempatan untuk mendekati Rev.
***
Di sisi lain Lea sibuk mengurus Erlan dan juga mengurus usaha yang lain, ia selalu ditemani oleh Aden. Mungkin kalau tidak ada Aden ia tidak bisa membagi waktu dengan Erlan.
"Sini anak kamu aku yang pegang kamu fokus makan dulu." kata Aden mengambil Erlan dari tangan Lea, wanita itu memberikan Erlan untuk digendong dan dia melanjutkan sarapan.
"Kamu ini kebiasaan banget kalau gak diingetin makan pasti gak pernah makan. Kamu harus ingat kamu udah punya anak, kalau kamu sakit nanti siapa yang ngerawat anak kamu." omel Aden, lelaki itu terus memarahi Lea sambil menidurkan Erlan.
"Ya. Ya. Aku ngaku salah, aku mana sempat makan kalau ada Erlan, lagian aku bisa makan nanti setelah urusanku selesai."
"Aku gak percaya sama omongan kamu, lagian dari dulu kamu selalu begitu. Gak pernah ingat sama kesehatan sendiri malah fokus urusan lain."
Lea memilih fokus makan sambil mendengarkan ocehan dari Aden, walau begitu Aden sangat membantunya. Mulai dari dirinya mengandung sampai melahirkan Erlan, pria inilah yang selalu berada di sampingnya setiap saat.
Aden menatap Erlan yang sudah tidur nyenyak, lelaki itu memindahkan Erlan ke box bayi. Bayi tampan dan tenang ini membuat siapa saja akan jatuh hati.
"Kamu masih mau mengantarkan pesanan ke tempat dimana kamu kerja dulu." tutur Aden yang sudah turun dari kamar Erlan, lelaki itu datang untuk menghampiri Lea.
"Ya kak. Mau gimana lagi aku harus antar pesanan customer, masa ia aku tolak setelah mendapat pembayaran pertama."
"Ya juga tapi kamu yakin mau ke sana bawa Erlan ikut sama kamu." kata Aden menatap Lea, wanita tersebut mengangguk.
Lea datang ke sana bersama dengan Erlan berdua saja, tapi Aden menolak ia akan tetap menjaga Lea sampai selamat. Dia tidak mau kehilangan wanita ini lagi, apalagi melihat nasib kehidupannya membuat dirinya tidak tega meninggalkannya.
"Aku udah bilang sama kakak, kakak gak perlu repot-repot ikut aku. Sekarang kakak yang kesusahan bawa Erlan." ucap Lea yang turun dari mobil Aden, lelaki itu tersenyum mendengar ocehan Lea.
"Gak apa-apa Lea, saya senang kalau saya bersama dengan kamu dan juga Erlan. Lagian ini sudah jadi tanggung jawab saya untuk jaga kamu dan juga Erlan." timpal Aden yang menoleh kearah Lea, lelaki itu turun dari mobil dan melangkah menuju tempat duduk Lea.
Wanita itu turun dengan ditutupi kepalanya menggunakan payung, perlakuan Aden sangat romantis membuat siapapun akan senang diperlakukan seperti ini. Walau begitu dia sudah menganggap Aden seperti kakaknya sendiri.
Aden dibantu oleh orang kepercayaannya untuk membawa barang bawaan dan juga barang costumer yang akan diantar, mereka berdua memesan penginapan yang tidak terlalu jauh. Jarak tempuh yang mereka lalui membuat tubuhnya terasa capek, begitupun dengan Lea.
Baru saja tiba di hotel Lea sudah mengurus barang costumer, Aden masuk ke kamar dan melihat Erlan sudah tertidur di kasur. Sedangkan Lea masih sibuk mengecek pemasukan.
"Aku sudah bilang sama kamu jangan terlalu kecapean yang ada kamu sakit." Aden menyelimuti tubuh Lea dan juga ia membawa coklat hangat yang baru saja dia buat di kamar.
"Makasih kak." Lea mengambil coklat hangat tersebut dan meminumnya.
"Masih banyak kerjaan kamu?" tanya Aden yang menarik kursi dan duduk di dekat Lea.
"Sedikit lagi." jawab Lea, wanita itu kembali mengerjakan pekerjaan lalu Aden sibuk memperhatikan Lea.
Bertahun-tahun mengenal Lea rasanya dia tidak berani mengungkapkan isi hatinya, sudah lama dia menyukai Lea tetapi Lea hanya menganggap dirinya seorang kakak. Andai Lea bisa melihat dirinya, mungkin ia akan senang bisa bersama dengannya.
"Ada apa?" tanya Lea saat wanita itu menoleh kearah Aden yang sibuk menatapnya.
Aden yang merasa dipergoki oleh Lea segera membuang muka, rasanya dia ingin menghilang dari sini.
Aden tersenyum melihat Lea sudah sibuk mengurus Erlan, lelaki itu membawa bungkusan yang sempat ia beli untuk sarapan.
"Sini biar aku saja yang pakai baju Erlan kamu sarapan sana, aku sudah belikan kamu nasi." kata Aden yang menghampiri Lea.
"Nanggung kak." Aden bersikeras meminta Lea untuk segera pergi, dia merasa tidak tega melihat wanita ini bekerja sendiri tanpa bantuannya.
"Nggak apa-apa Lea kamu makan aja. Kakak udah beli sarapan untuk kamu, urusan Erlan biar kakak aja yang urus."
Lea mengalah dengan sikap Aden yang keras kepala, Lea menatap bungkusan yang memang sudah ada di meja rias. Lea tersenyum melihat bagaimana Aden selalu ada di sampingnya, lelaki itu terus membantunya tanpa meminta imbalan apapun.
Banyak orang yang menghina statusnya, ada juga yang menghina anaknya dan masih banyak lagi hinaan orang ke dirinya. Sedangkan Aden tidak pernah melakukan itu, ia malah mendukungnya dan membantunya sampai Erlan dibantu olehnya.