Sebuah cerita tentang anak kampus yang bernama Grace yang kuliah di sebuah universitas terkenal. Memiliki wajah cantik, namun sifatnya keras kepala dan selalu melakukan kecerobohan hingga di setiap harinya selalu ada pertengkaran dengan seorang pria yang lebih tua setahun darinya.
Ethan, pria yang juga satu kampus dengan Grace namun memiliki sifat yang kebalikan dari gadis itu. Populer di kalangan para gadis, yang ternyata diam-diam menyukai sosok Grace yang diakui sebagai adiknya.
Namun, ternyata Grace telah menyukai orang lain, dan itu adalah Leon, teman dekat Ethan. Namun ternyata di balik itu ada hal membuat mereka mengalami berbagai halangan hingga kehidupan mereka memiliki konflik dan emosi yang komplek serta pertikaian yang kadang bisa merubah semuanya dan melewati masa-masa itu. Namun, Ethan segera menemukan bahwa cintanya tidak bisa membuat mereka tetap bersama. Karena ada hal yang menjadi hambatan, penasaran dengan kisah kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiavieth Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerjaanmu sudah selesai?
"Hei, apa kerjaanmu sudah selesai? Ini sudah pagi, kenapa kamu malah enak-enakkan tidur?"
Suara bentakan serta bunyi meja di pukul membuatnya kaget dan gelagapan setelah membuka matanya. "K-kak Mita, maaf aku ketiduran tadi, memangnya ini sudah jam berapa kak." ujarnya sedikit terbata.
"Kamu masih nanya jam berapa? Matahari sudah tinggi. Apa tugasmu kemaren sudah selesai?" Dia tahu sekretaris itu tak suka melihatnya dekat dengan Raffaele.
Grace merapikan rambutnya yang berantakan, kemudian mencari data liputan yang telah di kerjakan semalam, tangannya sibuk menscroll layar monitor dengan mouse pada di layar monitor. "Ah, ketemu...! Ini kak, tolong bantu aku cek dulu. Aku takut seandainya masih salah."
Mita melihatnya sekilas, kemudian ia segera beranjak pergi dari sana. Hufft... Grace menarik nafas lega. "Akhirnya, perkara lembur semalam terlewati juga," batin Grace yang sempat ketar-ketir.
Beberapa karyawan mulai berdatangan, Grace melihat penampilannya, sudut mulutnya berkedut, "Aku harus buru-buru pulang untuk mandi."
Diam-diam dia melewati pintu belakang untuk keluar kantor, Saat itu Grace berjalan tanpa memperhatikan jalannya, menabrak Raffaele yang muncul dari arah berlawanan, semua itu di luar dugaannya hingga ekspresi wajah Grace begitu menggemaskan! Itu menurut versi Raffaele sendiri.
“Kenapa kamu berteriak? Emangnya aku hantu?” Raffaelle sengaja berpura-pura marah, memasang tampang serius berbicara pada Grace.
Gadis itu mengusap kepalanya sambil meringis. "Kamu memang bukan hantu, tapi udah bikin aku kaget, maaf sudah menabrakmu tadi." Mulutnya yang manyun di sertai wajah yang merungut.
“Kamu sih, jalan nggak lihat kanan kiri, kulihat tadi kamu jalannya kayak mengendap-mengendap gitu? Kenapa?”
Grace menahan malu, lalu berbisik ke telinga Raffaele. "Ah, kebetulan kamu disini, aku belum mandi nih, tolong antarkan aku pulang ya, plis!" pintanya dengan wajah memelas.
"Sudah kubilang kamu nggak usah lembur, malah sok-sokan kuat begadang, coba lihat, matanya udah bengkak. Ayo ikut aku!"
Grace tak dapat mengelak, waktunya juga sudah mepet, tanpa menunggu waktu lagi, ia segera masuk ke mobil ketika Raffaele telah membukakan pintu untuknya.
"Kak Raff, kurasa kamu belum pulang kerumah. Memangnya, kamu darimana?" Ternyata Grace memperhatikan itu sejak tadi, membuat Raffaele tersenyum sendiri karena merasa diperhatikan.
"Aku memang belum pulang kerumah sejak semalam, kenapa kamu bertanya?"
“Ah, tidak aku hanya bertanya saja. Memangnya dari mana? apa ada rapat mendadak lagi?” tanya Grace untuk yang kedua kalinya.
“Kamu cemburu?” Raffaele tampak menggoda gadis yang wajahnya sudah bersemu merah.
“Tiidak!”
“Kenapa wajahmu merah?”
Grace segera menyentuh pipinya sambil menahan malu. “Ah, itu…”
“Semalam aku juga lembur, ikut webinar, jadi kita sama.”
“Jadi semalam, kamu juga tidur di kantor? Kenapa kamu nggak bilang apa-apa sama aku?”
Raffaelle, tergelak saat Grace begitu mempertanyakan semua hal tentangnya, apalagi kalau bukan cemburu, ia semakin yakin bahwa Grace benar-benar menyukainya.
Dalam keheningan itu, mobil Raffaele berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat hampir mirip seperti sebuah mall.
“Kenapa berhenti disini, aku mau pulang, belum mandi nih!” Grace mencoba protes saat dirinya menyadari kalau tempat itu bukan tujuannya.
“Masuklah, jangan banyak protes. Kamu bisa mandi didalam.”
Grace masih bingung, dia mandi di sana? Emangnya bisa?
Raffaelle tetap memaksanya untuk masuk, di bagian pintu masuk, ada sederet pakaian ekslusif dan yang pastinya bermerek branded, apalagi harga barang di sana terbilang sangat mahal. Grace belum berpikir untuk membeli salah satu barang terpajang di sana.
“Permisi pak, ada yang bisa saya bantu?” Pelayan toko itu seolah mengenal Raffaele. Pria itu kini membisikkan sesuatu di telinganya dan di saat yang sama, si pelayan toko mengangguk dan membawa Grace masuk ke dalam.
Sementara Raffaele menunggu, ia melihat dan memilih pakaian formal yang terpajang, entah pada menit ke berapa, Grace kembali keluar dengan pakaian yang di pakainya tadi.
Raffaelle menggeleng kepalanya dan akan segera mengurus ini. "Kamu masih pakai baju itu? Apa itu nggak bau?”
Grace mengangkat, bahu seolah tak peduli dengan itu. “Bukannya kamu yang menyuruhku mandi disini, baju gantiku ada dirumah, aku nggak bawa itu kemana-mana.” ujarnya ketus.
“Kamu mau pakaian yang mana, tinggal pilih diantara deretan pajangan yang mungkin cocok buat kamu, kita akan menemui dewan direksi sore ini. Jadi kamu harus terlihat profesional di depan mereka. Apa kamu mengerti?"
Ini tiba-tiba, Grace memilih tak berkutat, dan melihat sorot mata dingin Raffaele, semua keramahan sebelumnya, seperti sudah menghilang. “Ta-tapi sekarang aku belum punya uang untuk membayarnya, kalau pun ada paling itu hanya cukup untuk biaya hidupku sampai bulan depan." Protes Grace.
"Jadi, kamu masih sungkan dengan pacarmu?"