Dark Doctor

“Kakak, bolehkah aku berbicara berdua dengan kakak Jason?”

Tiba-tiba Monika muncul untuk bertemu dengan Jason. Cecilia menganggukkan kepala pada adiknya yang cantik itu. Dia tahu apa yang ada dalam pikiran adiknya tersebut.

“Baiklah. Kalian berbicaralah dulu,” sahut Cecilia yang kemudian pergi meninggalkan mereka.

Monika berjalan perlahan mendekati Jason dan duduk di sampingnya dengan wajah merah karena merasa malu.

“Ada apa nona Monika?” tanya Jason padanya.

Monika merasa gugup untuk memulai pembicaraan. Dia tidak tahu bagaimana memulai kata-katanya.

Selama ini Monika tidak pernah membayangkan wajah orang yang telah menyelamatkan dirinya akan semuda itu. Dalam bayangan Monika, wajah dan umur Jason mungkin sudah tua seperti para dokter yang telah berpengalaman bertahun-tahun.

“Kak Jason, aku ingin berterima kasih karena telah menyelamatkan nyawaku. Selama ini aku belum berterima kasih padamu,” sahut Monika dengan wajah menunduk.

“Jangan terlalu sungkan Monika, menolong orang sudah merupakan kewajiban bagiku,” sahut Jason.

Monika merasa tenang setelah mengucapkan terima kasih pada Jason. Selama ini hal itu masih terganjal di hatinya karena belum sempat bertemu dan berterima kasih pada penyelamat dirinya.

Cecilia yang belum pergi jauh mendengarkan pembicaraan adiknya dari balik dinding pintu rumahnya. Dia merasa tenang mendengar apa maksud adiknya Monika ingin berbicara dengan Jason.

“Cecil, apa yang kamu lakukan?” Teriak Adam yang melihat adiknya Cecilia seperti menguping pembicaraan orang lain.

“Sstt...” Cecilia memberikan kode dengan mengangkat jari telunjuk di bibirnya pada Adam kakaknya.

“Kamu tidak boleh menguping pembicaraan orang lain, ini adalah hal yang tidak baik,” bisik Adam dengan pelan pada Cecilia.

Adam kemudian keluar menuju ke teras rumah untuk menemui Jason. “Jason, aku akan pergi bertemu teman-teman. Maukah kamu ikut denganku?” tanya Adam pada Jason.

Jason merasa kikuk jika tinggal di rumah kediaman keluarga Pang menemani Cecilia ataupun Monika. Jadi dia merasa senang saat Adam mengajaknya pergi.

“Baik. Aku ikut denganmu kak,” sahut Jason dengan senang hati.

Adam tahu apa yang dialami oleh Jason ketika menghadapi kedua adiknya itu. Dia pun merasakan hal yang sama jika berada di rumah bersama kedua adik perempuannya.

Maka Adam mengajak Jason untuk pergi bertemu dengan teman-temannya melakukan kegiatan para lelaki di malam hari.

Adam berjanji untuk bertemu dengan teman-temannya di tempat permainan bilyard. Dia biasanya datang ke tempat itu untuk bersenang-senang dengan teman-temannya disaat merasa suntuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

“Hei Adam, lama tak bertemu denganmu.”

Andy Chen menyapa Adam yang baru saja tiba dan turun dari mobilnya. “Andy, apa kabarmu?” sahut Adam yang kemudian menyalami temannya itu.

“Aku tidak tahu kamu juga datang kemari,” kata Andy Chen

“Aku ditelepon oleh Brandon untuk menemaninya bermain di tempat ini,” sahut Adam kemudian.

Tiba-tiba mata Andy terbelalak ketika melihat Jason muncul dari kursi kopilot Adam dengan santainya. “Ja-Jason?” Andy terkejut seperti melihat hantu ketika bertemu dengan Jason.

“Kalian sudah saling kenal?”

Adam pun tertegun ketika melihat raut wajah Andy yang berubah saat melihat Jason.

“Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali,” sahut Jason dengan senyuman.

“Kalau begitu, mari kita masuk bersama-sama,” ajak Adam pada Andy dan Jason.

Mata Andy berkedut mendengar ajakan Adam. Dia tidak senang pada Jason jadi dia mengalihkan pembicaraannya menjawab ajakan Adam.

“Aku sedang menunggu seorang teman dulu. Kalian masuklah dulu,” sahut Andy menghindar.

Adam yang tidak tahu permasalahan antara Andy dan Jason tidak memaksanya. Dia pun mengajak Jason masuk ke dalam tempat permainan bilyard terlebih dulu untuk bertemu dengan temannya Brandon.

“Adam! Kemarilah!” Teriak seseorang di ujung meja bilyard nomer delapan yang ada di dalam arena permainan itu.

“Jason, ayo kita menemui temanku,” ajak Adam pada Jason menuju ke tempat Brandon yang sedang duduk di meja skor bilyard sambil meminum bir dingin.

“Wah, siapa yang kamu ajak ini Adam?” tanya Brandon pada Adam ketika dia melihat Jason bersamanya.

“Brandon, kenalkan ini temanku Jason. Dan Jason ini Brandon,” kata Adam memperkenalkan mereka berdua.

“Senang bertemu denganmu teman,” sapa Brandon sambil mengulurkan tangan pada Jason.

Jason menjabat tangan Brandon dan tersenyum padanya. “Akupun senang berkenalan denganmu.”

Brandon kemudian memanggil pelayan untuk menyediakan bir bagi mereka bertiga. Lalu dia mempersilahkan Jason dan Adam untuk duduk terlebih dulu menunggu datangnya bir untuk mereka.

“Brandon, bagaimana usahamu selama ini?” tanya Adam.

“Ah, semua berjalan seperti biasa. Aku menemukan properti yang murah lalu memperbaiki dan memolesnya menjadi bagus kemudian menjualnya kembali,” sahut Brandon dengan datar.

Brandon adalah anak dari keluarga Law, salah satu dari keluarga kuno yang juga merupakan pendiri dari kota Danjia di masa lalu. Meskipun keluarganya memiliki bisnis supermarket, tapi Brandon memilih untuk membuka usaha sendiri dalam bidang properti.

“Bisnis propertimu memang menjanjikan, kapan kamu akan mengajakku bergabung dalam bisnis itu?” tanya Adam kemudian.

“Hahaha... keluargamu sudah memiliki banyak bisnis teman. Apalah artinya bisnis kecilku ini,” sahut Brandon sambil tertawa pada Adam.

Adam dan Brandon merupakan dua sahabat sejak mereka masih kecil, Adam tahu bagaimana kondisi keluarga Brandon. Dia ingin membantunya namun Brandon selama ini belum merasa membutuhkan bantuannya. Jadi Adam hanya bisa menahan diri agar tidak melukai hati sahabatnya yang keras itu.