NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 26: Benci Dibalas Benci

“Perkenalkan, wanita yang terlihat seperti anak kecil ini adalah Violetta,” ucapku dengan nada pelan namun tetap bersemangat. Aku melanjutkan dengan menatap satu per satu wajah mereka. “Dia adalah kenalanku sejak lama. Mulai hari ini, teman kita bertambah satu. Tolong jaga dia baik-baik.”

Di sebelahku, Violetta berdiri dengan tenang. Tubuh mungilnya tampak kontras dibandingkan dengan bebek-bebek yang sedang duduk di kursi rendah. Vlad tetap berdiri di belakang, menjaga jarak seperti biasa. Violetta mengenakan gaun berwarna kuning pucat yang rapi, kainnya memantulkan cahaya redup dari lampu minyak di langit-langit ruang makan. Rambut ungunya bergelombang ringan, sesekali berkibas saat ia bergerak sedikit. Wajahnya bulat dengan pipi lembut, menambah kesan anak kecil, meski tatapannya cukup dewasa.

Poci menatapnya lekat-lekat. Tubuhnya yang kecil serta senyumnya yang ramah seolah langsung menarik perhatian bebek itu. Mata Poci bahkan sedikit berkaca-kaca, ia menutup paruhnya dengan sayap seakan menahan sesuatu.

Violetta tersenyum tipis, lalu mengangkat tangannya. “Salam kenal semuanya!” serunya dengan suara lantang dan penuh semangat.

Ucapan itu membuat suasana menjadi lebih ringan. Poci buru-buru berdiri, membungkukkan tubuhnya sedikit seperti orang yang sedang mencoba memberi hormat. “Aku… aku Poci. Senang bertemu denganmu,” katanya dengan nada yang dibuat-buat anggun, meski gerakannya terlihat kaku.

Titi dan Zaza saling pandang sejenak, lalu keduanya mengikutinya. “Aku Titi.”

“Dan aku Zaza.”

Keduanya memperkenalkan diri singkat, tapi dengan ekspresi yang tampak antusias. Mereka bertiga menatap Violetta dengan rasa penasaran, seolah menilai dan sekaligus mencoba menerima keberadaannya.

Violetta menundukkan kepala pelan. “Aku harap kita bisa berteman baik,” ucapnya lagi, kali ini lebih lembut.

Keberadaannya tampak diterima dengan cukup cepat. Poci yang biasanya sensitif terlihat paling terpengaruh, sementara Titi dan Zaza justru mulai saling berbisik pelan, membicarakan kesan pertama mereka terhadap gadis kecil itu.

...----------------...

Keesokan Keesokan harinya, rasa penasaran terus menggangguku. Ucapan Violetta kemarin tentang “pembaruan sistem” membuatku tak bisa tenang. Aku ingin memastikan sendiri, jadi pagi itu kami berdua memutuskan untuk keluar dari kerajaan rawa dan masuk lebih dalam ke hutan.

Udara pagi masih lembap, dedaunan basah oleh embun, dan tanah agak licin ketika aku menginjaknya. Violetta berjalan di sebelahku dengan langkah ringan. Tubuh mungilnya kini terbalut pakaian anak-anak yang kemarin diberikan Vlad, meski ukurannya agak longgar, tapi tetap membuatnya terlihat rapi. Di tangannya ada bungkusan kain kecil berisi kue. Rupanya, gadis itu memang tidak bisa jauh dari camilan.

Saat menggigit sepotong kue, Violetta menoleh padaku sambil bicara dengan mulut penuh.

“Coba sekarang, kayak yang dulu biasa kamu lakukan. Bilang saja ‘tolong carikan lokasi musuh’. Cepat, ucapkan.”

Aku berhenti sejenak, mengingat-ingat perintah lamaku. Lalu aku mengucapkannya pelan.

“Tolong carikan musuh.”

Hening.

Tak ada panel, tak ada suara, bahkan tidak ada tanda samar-samar sekalipun. Hanya suara burung kecil dari kejauhan dan derit ranting yang patah di bawah kakiku.

Aku mendecak kesal. “Apa-apaan ini… biasanya kan muncul.”

Aku mencoba perintah lain. “Tolong perlihatkan statistikku.”

Hasilnya sama saja. Sepi. Tidak ada panel biru yang melayang.

“Katanya kalau untuk diri sendiri bisa diperlihatkan…” gumamku, mulai frustrasi.

Plak!

Tiba-tiba Violetta menepuk kepalaku keras-keras.

“Hey, bodoh! Kalau untuk dirimu sendiri jangan pakai kata ‘tolong’. Bilang aja langsung, ‘Status open’. Kau ini kan pemain game, masa cupu banget sih!” Nadanya ketus, wajahnya cemberut kesal.

Aku meringis sambil menggaruk bulu kepalaku. “Game yang aku mainkan kebanyakan First Person Shooter. Jadi aku nggak pernah ngerti sistem-sistem RPG kayak gini!”

Violetta menghela napas, lalu melangkah lagi sambil mengunyah kuenya.

“Sudahlah, sambil jalan aku jelaskan. Sekarang coba lakukan persis seperti yang kubilang tadi.”

Aku mengangguk cepat.

“Baiklah. Status, open!”

Seketika, panel biru muncul di udara, melayang tepat di hadapanku. Cahaya samar dari panel itu membuat embun di daun sekitar memantulkan kilau kecil-kecil.

“Uwah…” Aku nyaris bersuara seperti anak kecil menemukan mainan baru. “Rasanya jadi kangen.”

Di belakangku, Violetta menutup mulutnya dan terkekeh.

“Geli banget reaksimu.”

Tapi aku tidak peduli. Pandanganku langsung terpaku pada tulisan yang muncul di panel itu:

[Statistik Bebek lv 18/ Nama: XXXX]

[Jenis: Bebek Iblis]

STR: 51

AGI: 76

INT: 38

LUCK: 22

[Skill: Silent Walk, Silent Peck, Dark Quack, Night Glide, Blood Peck, Tekanan Iblis]

[Relik: Relik Atribut]

Mataku membelalak. Nafasku bahkan terhenti sesaat sebelum aku berteriak.

“Semua atributku meningkat pesat!”

Nada suaraku jelas penuh semangat. Rasanya seperti beban berat yang sempat menahan langkahku kini terangkat.

Violetta, yang ikut melongok ke arah panel itu, tersenyum puas.

“Hmm, sudah jauh lebih kuat daripada kemarin, kan?” ujarnya sambil menatapku dengan mata berkilat nakal.

Aku mengangguk cepat, lalu mataku turun ke bagian bawah. Tepat di sana, satu baris tulisan membuat tubuhku menegang.

[Relik : Relik Atribut]

Aku terdiam. “Tunggu sebentar… ini kan relik yang kemarin digunakan Raja Pekokok. Bagaimana bisa ada di panelku sekarang?”

“Memangnya kenapa?” tanya Violetta dengan nada curiga, kepalanya sedikit dimiringkan sambil menatapku.

Aku menelan ludah sebelum menjawab. “Biasanya… bukannya relik itu selalu berbentuk padat? Seperti waktu aku menemukannya dulu di dungeon gudang tua. Tapi kemarin, saat aku periksa tubuh Raja Pekokok, reliknya sama sekali tidak ada. Aku sempat mengira semua yang dikatakan para penonton hanyalah kebohongan yang mereka buat.”

Violetta berhenti mengunyah kue di tangannya. Alisnya mengerut rapat, wajahnya tampak serius. “Itu sangat aneh,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.

Aku menghela napas panjang. “Kamu sendiri tidak tahu? Apa aku harus benar-benar menemukan perpustakaan itu supaya dapat jawaban?”

Wajah kecil Violetta langsung berubah kesal. Ia memukul dadaku dengan tangannya yang mungil, suaranya meninggi. “Saat ini, beberapa informasi tentang dunia ini sudah dihapus dari kepalaku. Jadi jangan menganggap aku bodoh atau tidak tahu apa-apa!”

Aku kaget mendengar teriakannya, lalu buru-buru mengangkat sayap sebagai tanda menyerah. “Iya, iya, maaf! Aku tidak bermaksud begitu.”

Violetta mendengus, pipinya menggembung karena kesal. Ia menoleh ke arah lain sambil berkata, “Kalau begitu cepat cari musuh. Kueku tinggal sedikit.”

Aku menatapnya heran. “B-baiklah… mikirin kue mulu,” sahutku terbata-bata.

Dia tidak menjawab, hanya memakan sisa kuenya dengan cepat. Aku akhirnya mencoba mengalihkan topik. “Apa kamu bisa mengikutiku? Aku berencana menggunakan Night Glide untuk mencari musuh lebih cepat.”

Violetta langsung mengibaskan tangannya dengan tegas. “Tidak. Jangan biarkan aku berlari. Aku manusia sekarang, bukan panel yang bisa melayang-layang mengikutimu!” Nada bicaranya tajam, membuatku diam sebentar.

Aku mencoba berpikir. “Kalau begitu… apa di sekitar kerajaanku ada dungeon lagi?” tanyaku.

“Tidak ada,” jawabnya cepat. Ia menendang ranting kecil di kakinya. “Lebih baik kau berjalan ke arah tepian rawa. Biasanya para hewan akan mencari air untuk diminum. Itu kesempatan terbaikmu.”

Aku mengangguk setuju. “Itu ide bagus. Mari kita ke tepian rawa sekarang.”

Kami berjalan pelan menyusuri hutan. Akar-akar pohon besar menonjol dari tanah, memaksa langkahku berhati-hati. Suara serangga memenuhi udara lembap, dan cahaya matahari sulit menembus lebatnya kanopi di atas kami. Sesekali, dedaunan jatuh perlahan dari ranting tinggi, menandakan betapa rapatnya hutan ini.

Butuh waktu cukup lama sampai kami menemukan rawa dengan air yang terlihat jernih. Permukaannya memantulkan sinar matahari yang tembus dari sela-sela pepohonan, berkilau samar. Aku dan Violetta segera berjongkok di balik semak lebat di tepiannya. Bau tanah basah bercampur lumpur menusuk hidung.

Violetta kini terlihat semakin kesal. Tangannya kosong; kue yang tadi ia bawa sudah habis. “Langsung saja maju,” geramnya dengan suara rendah.

Aku menggeleng. “Tunggu dulu. Kita harus lihat situasinya. Barusan aku melihat sesuatu.”

“Meng—” sebelum ia sempat bertanya, matanya melebar.

Seekor rusa liar tiba-tiba melompat keluar dari balik pepohonan, tubuhnya melesat cepat ke arah air. Saat moncongnya menunduk hendak minum, air rawa itu langsung bergolak. Seekor buaya besar muncul, rahangnya terbuka lebar dan langsung menerkam leher rusa itu. Dalam sekejap, buaya itu memutar tubuhnya dengan kuat, membuat air memercik tinggi ke udara.

Aku menahan napas, bulu di tengkukku meremang. “Nah kan, benar dugaanku,” ucapku dengan nada puas. “Ada sesuatu di air itu.”

Namun Violetta tidak terkesan sama sekali. Ia hanya mendengus malas, jelas lebih kecewa karena kuenya habis daripada kagum dengan instingku.

Aku terpaksa berdiri. “Ba-baiklah… aku akan melakukannya,” ucapku tergesa.

Dengan langkah pelan aku mendekat ke tepian air. Dari luar mungkin terlihat seperti bebek bodoh yang hanya ingin minum, padahal aku sudah menyiapkan skill.

Permukaan rawa mendadak bergolak. Gelembung-gelembung kecil muncul, lalu perlahan semakin besar. Dari balik air keruh, moncong buaya lain muncul, bergerak lurus ke arahku.

KRAP!

Rahang besar itu menutup dengan keras, tapi aku lebih cepat. Tubuhku melompat ke samping, menghindar tepat waktu. Buaya itu menyusul, setengah tubuhnya keluar dari air, air memercik ke segala arah. Matanya menatapku tajam, penuh naluri membunuh.

Ketika ia melompat lagi, aku berbelok ke kiri dan segera mengaktifkan skill Blood Peck.

Paruhku menusuk cepat. Terdengar bunyi keras saat serangan itu menembus sisik keras kepalanya. Lubang kecil terbuka, darah segar mengalir dari sana. Buaya itu mengerang pendek sebelum tubuhnya jatuh kembali ke air dengan keras.

Panel biru segera muncul di hadapanku:

[+55]

Panel kemudian terlihat, menampilkan ada berapa EXP yang di dapat.

Aku juga melakukan sesuatu ke mayat buaya tersebut.

Dalam perjalanan pulang, Violetta berjalan di sampingku dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tampak penuh tanya.

“Tadi itu buaya dari Kerajaan Buaya, kan?” suaranya terdengar agak ragu. “Kenapa kamu malah membunuhnya? Dari sekian banyak hewan yang ada di rawa, kamu justru memilih mereka. Apa kamu punya rencana lain?”

Aku menunduk sedikit, langkahku melambat.

“Aku hanya menabur benih kebencian di rawa ini.”

1
yuyuka
kwek🥶
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 3 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 2 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 3 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!