Perkenalan
Namanya Roman Maulana Satria usia dua puluh empat tahun. Pendidikan sarjana hukum. Hidup sebagai preman jalanan walau merupakan putra konglomerat, pewaris tunggal Satria Corp. Dalam percintaan ibunya tak merestui hubungannya. Yok kita lihat perjuangan hidupnya untuk mengungkap kasus kematian kekasihnya yang dibunuh melalui penularan virus yang dikenal dengan virus covid 19.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu 025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE KE TIGA PULUH LIMA: PENCULIKAN VII.
Yayan menarik napas sebentar lalu mencoba mengutarakan usulannya,
"Begini Ton, uangmu kan banyak. Dari pada sewa pembunuh..., Tukang pukul..., atau apa kek namanya itu. Lebih baik kamu kumpulkan preman-preman terkuat untuk kamu jadikan anak buahmu sekalian bisa jadi pengawal mu. Tinggal kamu perintah!" usul Yayan pada Toni dan berharap pendapatnya ini bisa di terima.
Toni berpikir merenungi ucapan Yayan, kemudian memandang Yayan, "Usulmu ku coba, siapa tahu bisa membantu mewujudkan keinginanku!" terima Toni.
Yayan senang usulnya diterima dan berharap pendapatnya yang terakhir ini bisa membantu sahabatnya untuk memperoleh apa yang di inginkan
Akhirnya mereka berkeliling di seluruh kota Jakarta ini mencari orang-orang yang paling kuat dan tidak terkalahkan untuk direkrut jadi anak buahnya.
Mereka berdua tidak kesulitan mendapatkan preman-preman kokoh, kuat dan jago dalam berkelahi. Sebenarnya Toni juga punya paman preman yang tak terkalahkan di Jakarta, tapi dia tak mau merepotkannya.
Kita kembali dalam aksi kejar-kejaran antara tiga orang sahabat dengan tim petugas kepolisian.
Dalam pengejaran polisi, Roman-Nadira dan Hadi saling bahu membahu mengelabui polisi yang mengejar mereka sehingga mereka lolos dari pengejaran.
Sekarang mereka sudah berkumpul di apartemen Roman membahas penculikan Morrin. "Bukti apa saja yang kamu peroleh sehingga kamu yakin Morrin di culik!" tanya Nadira hati-hati pada Roman.
Roman menarik napas panjang, berusaha kuat dan tenang serta berharap Morrin baik-baik saja.
"Yang pertama aku temukan ini. Sebuah bros terbuat dari perak, lalu yang kedua jendela kamar Morrin lecet seperti bekas di cungkil!" jawab Roman meletakkan bros yang ditangannya di atas meja depan Nadira dan Hadi.
"Tunggu dulu!" kata Hadi memperhatikan bros warna perak yang didepannya. "Sepertinya aku pernah melihat bros ini. Tapi di mana ya?" pikir Hadi mengingat ingat.
"Kayaknya aku juga pernah lihat!" sambung Nadira memperhatikan bros itu dengan teliti.
Hadi meminta bros yang diteliti Nadira,
"Coba kulihat brosnya, kayaknya bisa dibuka. Siapa tahu didalamnya ada petunjuk!" pinta Hadi pada Nadira.
Hadi memperhatikan bros itu dengan teliti dan berhasil membukanya. tubuh Hadi menggigil begitu ditemukan ada gambar kecil sedang beradegan tidak senonoh. "Winda dan Ghazan." bisik Hadi dalam hati.
"Kamu kenapa Di?" tatap Roman heran melihat Hadi dengan wajah pucat.
Nadira dan Roman menatap Hadi, wajahnya pucat dan giginya menggigil. Nadira langsung menyambar bros yang di pegang Hadi lalu melihat gambar kecil yang sedang beradegan tidak senonoh.
Nadira berusaha menyembunyikan kegusaran hatinya dengan berpura-pura tersenyum.
"Coba kulihat!" pinta Roman penasaran melihat dua gelagat berbeda dari dua sahabatnya itu.
Hadi pucat tapi memendam kemarahannya, sedang Nadira tersenyum tapi mukanya merah. Intinya mereka berdua seperti marah bisik hati Roman.
Nadira berdoa dalam hati semoga Roman tidak memaksa untuk melihat bros yang dipegangnya. prahara berdarah akan terjadi dan Jakarta akan jadi viral dengan mengamuknya Roman.
"Aku harus lihat apa isi bros itu karena kulihat kalian berdua tegang setelah melihat isinya!" ucap Roman.
Nadira mengalihkan pandangannya ke arah Hadi. Nadira berharap Hadi memberikan solusinya, tapi Hadi bukannya memberikan solusi malah dia menunduk sedih.
"Akan kuberikan kamu bros ini tapi dengan syarat kamu bisa mengendalikan dirimu!" kata Nadira mengajukan syarat.
"Loh, kok pakai syarat segala!" timbal Roman curiga.
"Soalnya siapapun yang melihat bros ini pasti akan marah. Kalau kamu marah aku takut masalah tidak dapat kita tangani dengan baik!" ucap Nadira berusaha bicara bijak demi menjaga perasaan Roman.
Nadira tidak bisa membayangkan kalau Roman melihat foto beradegan yang tidak senonoh didalam bros itu adalah pelakunya.
BERSAMBUNG.