JODOH SEBANGKU

"Tolong, Mit!" pinta Irsyad memohon pada salah satu sahabat Sha yang masih mau diajak ngobrol. Kebetulan Mita juga satu rumah sakit dengan Irsyad. Keduanya masih dokter umum, namun Irsyad bulan depan akan menempuh spesialis anak.

Mita sebenarnya malas bertemu dengan Irsyad, sejak Sha ditinggal nikah, Mita ingin mencakar dokter tampan itu. "Tolong apaan sih?" tanya Mita jutek. Mau Irsyad memohon, nangis di depannya ia tak akan mau membantu memperbaiki hubungan Irsyad dengan Sha. Ia tak mau membuat luka Sha semakin dalam, meski sang sahabat berusaha baik-baik saja.

"Tolong bantu aku untuk bicara dengan Sha, aku ingin menjelaskannya!"

"Lo tuh dokter tapi kok beg*! Dengar ya Irsyad Ramadhan yang terhormat. Mau sedetail kamu menceritakan penyebab lo nikahin tuh perawat, Sha gak bakal menerimanya. Sekali pengkhianatan, tetap pekhianatan. Dan lo tahu Sha, kalau sudah benci seperti apa."

"Aku tahu, tapi...."

"Stop. Percuma. Sekarang fokuslah pada istri lo, Sha adalah orang lain yang tak perlu kamu libatkan dalam rumah tangga. Biarkan dia bahagia, jangan pernah usik lagi!" Mita pun sudah memperingati, ia akan meninggalkan Irsyad sendiri. Namun, baru saja melangkah, suara sumbang membuat telinga panas.

"Apa Sha selingkuh dengan Arsyad? Sehingga begitu mudah menerima aku nikah tanpa menuntut penjelasan?" tuduh Irsyad seenaknya.

Mita tak terima, ada teh pesanannya langsung disiramkan pada wajah Irsyad. "Dokter beg* yang pernah gue temui cuma lo. Lo yang berkhianat, tapi lo menuduh sahabat gue selingkuh. Sinting!" cecar Mita tak terima, tak peduli beberapa pengunjung atau tenaga medis melihatnya.

Irsyad menghela nafas berat, kesalahannya memang terlalu fatal. Tak seharusnya ia melukai sang kekasih, andai saja one night stand dengan Farah tidak terjadi mungkin saat ini Sha sudah menjadi Nyonya Irsyad.

"Mas!" ucap Farah khawatir. Irsyad mendongak, lalu memalingkan muka, sebal. "Mas gak pa-pa?" tanya Farah dengan ngos-ngosan. Ia langsung berlari dari UGD setelah mendapat pesan dari Jihan.

Cepetan ke sini, suami lo disiram dokter Mita.

"Jaga batasan!" ucap Irsyad ketus, dan langsung meninggalkan Farah sendiri. Perempuan itu hanya terdiam, dan matanya berkaca-kaca, untuk sekian kalinya ia diperlakukan kasar seperti ini. Kadang ingin menyerah, tapi sudah cinta. Hanya mampu bertahan dan berdoa agar hati sang suami berubah.

Saat di rumah pun Irsyad sering mengabaikan Farah, beruntubg sang mertua menyanyangi Farah, setidaknya ada alasan untuk bertahan.

Kerap kali Farah mendapatkan perlakuan yang tidak wajar, bukan KDRT namun cueknya Irsyad gak ketulungan. Lelaki itu seperti tak ada hati untuk Farah, kelewat tega. Bagaimana tidak, setiap bercinta selalu mendengungkan Lethisa, sang mantan. Farah hanya dijadikan boneka se* yang tak punya hati.

"Lalu si mantan masih menanggapi dokter Irsyad?" tanya Jihan saat bersama Farah.

Farah menggeleng, "Dia sepertinya perempuan baik-baik yang tidak mau berurusan dengan suami orang."

"Tahu dari mana?" selidik Jihan yang tak percaya ada perempuan seperti halnya cerita Sha.

"Aku pernah bertemu dengan Lethisa, aku minta tolong agar dia bicara dengan Mas Irsyad agar melupakannya dan memperlakukanku layaknya istri tapi dia menolak."

"Trus kamu percaya?"

Farah mengangguk.

"Kok aku gak ya, secara gini Fa. Dia tahu Irsyad masih sangat mencintainya, dia juga pasti merasakan hal yang sama. Apa mereka gak main belakang? Kok aku jadi curiga?"

Farah mulai bimbang, ucapan Jihan mulai merasuki benaknya. Sepertinya ia harus menyelidiki hubungan mereka yang katanya sudah putus itu.

Farah pun mulai mengecek ponsel sang suami di kala ia tidur atau sedang mandi. Di password, tapi yang membuat Farah semakin teriris adalah wallpaper ponselnya masih Lethisa. Gadis cantik yang merajai hati sang suami. Tak menemukan bukti main belakang lewat ponsel, Farah terpaksa mencari tahu lewat sang mertua.

"Jangan pernah usik Lethisa ya Farah, mama mohon. Mama pastikan Lethisa tidak menanggapi Irsyad lagi."

"Sebenarnya Farah tahu, Ma. Farah yakin Lethisa tidak mengganggu Mas Irsyad, hanya saja sikap Mas Irsyad yang terus memuji Lethisa di depan Farah, Ma. Farah minder menjadi istri Mas Irsyad. Sedalam itukah cinta Mas Irsyad pada Lethisa."

Mama mertua sangat tahu perasaan Farah. Tentu sakit, di saat sang suami masih terbelenggu dengan sang mantan. Berkali-kali Irsyad diingatkan untuk segera move on, tapi nyatanya ia tidak bisa. Mama sangat tahu sedalam apa perasaan sang putra pada Lethisa.

"Doakan, berdoa terus agar cinta Irsyad segera tumbuh untuk kamu."

"Aamiin, Ma. Farah terus berdoa untuk hal itu, tapi kalau Lethisa pakai guna-guna bagaimana?"

Mama melongo, tak pernah menyangka Farah punya pikiran seperti itu. "Itulah kenapa hatiku sulit menerima kamu!"

Kedua wanita itu terdiam membeku, menoleh sekilas, tampak lah Irsyad yang sudah berdiri di belakang mereka menyenderkan tubuhnya di pintu ruang makan.

"Pikiran kamu terlalu picik," lanjut Irsyad dengan pandangan menusuk pada sang istri.

"Sudah, Syad. Jangan memarahi istrimu, kalian masih beradaptasi menerima satu sama lain. Bangunlah komunikasi, terima apa adanya pasangan kamu," nasehat mama menahan emosi Irsyad.

"Perlu kamu ketahui Farah. Aku...aku yang sangat mencintainya. Gara-gara perbuatan kita aku menyesal seumur hidup melepaskan wanita yang begitu baik seperti Lethisa. Aku yang tidak rela melepasnya. Andai dia punya niat jahat, tentu dia akan menanggapi aku. Meneruskan hubungan ini tanpa memikirkan perasaan kamu. Tapi apa? Aku ditolak Farah, semua akses komunikasi padanya aku diblokir. Aku frustasi Farah. Dan kamu menuduh dia pakai pelet? Sinting."

Farah terdiam dan terisak, hatinya semakin sakit memdengar kalimat puja sang suami untuk sang mantan. Apakah di matanya hanya sang mantan yang terbaik.

"Lalu kenapa kamu menikahi ku?" untuk pertama kalinya Farah berani bersuara.

"Karena aku sudah menyentuhmu, aku sudah menodai anak gadis orang dan aku tidak mau mengkhianati Sha."

"Sha lagi.....bisa tidak kamu melupakan dia dan melihatku sebagai istrimu! Kamu terlalu jahat Ma...mama tahu, saat bercinta denganku anak mama selalu menyebut Lethisa. Sejahat itu anak mama!"

"Perempuan bodoh, lalu kamu mau disejajarkan dengan Lethisa. Itu urusan ranjang kita kenapa kamu buka!" Irsyad sudah berada di puncak amarah, ia langsung menekan kedua pipi Farah.

"Syad, Syad sudah!" mama melerai, mencoba melepas genggaman Irsyad di pipi Farah.

"Kalau saja tidak ada mama, akan aku robek mulit kotormu itu!"

"Robek...robek aja sekalian bunuh saja aku. Kelakuanmu tidak mencerminkan suami yang baik. Pantas saja Allah menjauhkan kamu dari perempuan baik seperti Lethisa," balas Farah tak mau kalah. Ia sudah lelah, tak memikirkan adab berkata di depan suami.

Plaaak!

"Irsyad!" teriak sang mama ketika menyaksikan anaknya menampar sang menantu.

"Sekali lagi kamu menyebut nama Lethisa, akan aku buat mulutmu tak bisa bicara lagi!" sentak Irsyad emosi. Ia tak menggubris rengekan sang mama yang menahannya agar tidak berbuat kasar.

"Maaf, Farah!" ucap sang mama yang langsung memeluk Farah seusai Irsyad keluar dari ruang makan. Sungguh ia tak menyangka Irsyad semarah itu bila Lethisa diusik.