Mendapati sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri, Seruni patah hati. Pemuda yang telah melamarnya ternyata bukanlah pangeran berkuda putih yang hadir di dalam mimpi.
Kenanga, kakak yang terpaut usia lima tahun darinya ternyata begitu tega. Entah apa yang melatarbelakangi hingga gadis yang biasa disapa Anga itu jadi kehilangan hati nurani.
Seruni kecewa, hatinya patah. Impian yang dirangkainya selama ini hancur tak bersisa. Caraka yang dicinta menghempasnya bak seonggok sampah.
Nestapa itu terasa tak berjeda. Seruni yang putus cinta kembali harus menerima perjodohan yang tadinya ditujukan untuk Kenanga. Pria dewasa dari kota yang konon katanya putra pengusaha semen ternama.
Wisely Erkana Hutomo Putra, nama yang menawan. Rupa pun tergolong tampan. Akan tetapi, apakah duda tanpa anak itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan ... untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Menguak Isi Hati
“Habis jodoh.” Seruni menjawab seadanya.
Pertanyaan yang selama ini selalu dihindari. Dia tak mau mengorek luka yang bahkan belum sembuh benar. Menjadikan Caraka bagian dari masa depannya, mimpi pun Seruni tak menyangka akan menikmati sakitnya dikhianati. Pukulan itu terasa bertubi-tubi, membuatnya nyaris tumbang. Andai tak ingat hidupnya masih panjang, dia mungkin memilih berakhir sia-sia.
Cinta pertamanya dirampas dengan cara keji. Nyeri yang mencabik seakan tak berjeda. Dia hancur saat mengetahui Caraka berselingkuh di belakang dengan kakaknya sendiri. Menangis berhari-hari hingga kering air mata, Seruni akhirnya pasrah pada takdir. Ingat petuah sang ayah, rezeki, jodoh, dan maut itu garisan Yang Kuasa. Dia diminta untuk ikhlas dan merelakan pria yang dicinta untuk jadi milik Kenanga.
“Begitu simple jawabanmu, Ni?” Wisely menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada kemudi.
“Hidup itu sudah berat, Aa. Kalau mau tetap waras, harus dibuat sederhana. Jangan menuntut berlebih, jangan berharap terlalu tinggi. Tidak semua cita -cita bisa diperjuangkan. Demikian juga cinta. Manusia itu memang perencana ulung. Jangankan besok, bahkan puluhan tahun ke depan sudah terangkai di dalam benak. Tapi, kembali lagi. Pemilik hidup dan mati kita yang lebih berkuasa. Kalau kita memaksa dan Yang di Atas katakan tidak, lalu kita bisa apa?”
“Sesederhana itu?” Wisely ternganga.
“Terlihat sederhana. Tapi, aku yang menjalani rasanya ingin bunuh diri.”
Wisely menyimak di sela fokusnya pada kemudi. Ada sesuatu yang istimewa dimiliki Seruni dan tak ditemui di dalam diri wanita-wanita yang pernah singgah di dalam hidupnya.
“Aku patah hati. Aku ingin mati. Aku ....” Seruni menunduk, menyembunyikan semburat kesedihan yang tengah menyerang kembali. Tak mau terlihat lemah, diusapnya kasar air mata yang menyapa pipi.
Pria tampan yang diam-diam mengamati itu tiba-tiba tersentuh. Selembar tisu ditariknya dari kotak karton di atas dashboard. Ada sesuatu yang membuatnya cemburu. Seumur-umur, dia belum pernah ditangisi wanita. Betapa berharganya seorang Caraka. Di balik semua, ada Seruni yang mencintainya tanpa pamrih.
“Dia bodoh sekali!” Wisely mengumpat tiba-tiba. Sontak menyentak gadis di sebelahnya.
“Kenapa, Aa?” Seruni melontar tanya sembari menatap heran.
“Ti ... tidak. Hanya saja aku merasa Caraka bodoh. Dia melepasmu dan menukarnya dengan ... ah sudahlah. Memang jodohnya. Lebih baik begitu.”
Wisely tak melanjutkan ucapannya. Dia malu hati andai Seruni tahu isi hatinya.
Lebih baik begini. Setidaknya Seruni jauh lebih baik dari Kenanga.
“Aa sendiri ... kenapa mau menerima perjodohan denganku?” Setelah terlibat obrolan panjang lebar dan menguak separuh isi hati, gadis cantik itu melontarkan tanya dengan lancang. Kepala tegak menantang, tak malu-malu beradu pandang.
“Aku?” Mobil yang dikendarai Wisely melambat. Ada sejumput ragu untuk berkisah, hidupnya juga tak bisa dikatakan indah.
Seruni mengangguk.
“Aku tidak punya pilihan.” Wisely berterus terang.
“Kenapa? Aa tampan, mapan. Mana mungkin tidak punya pilihan.” Seruni tidak percaya. “Di kota pasti banyak gadis-gadis yang mengejar.”
“Tidak juga.” Wisely menggeleng.
“Aa bohong, ‘kan?”
“Serius, Ni. Aku tidak bohong.” Pria tampan itu tersenyum getir. “Di saat kita memiliki segalanya, kita jadi sulit memilah mana nyata, mana dusta. Wanita di sekelilingku banyak.”
“Pasti cantik-cantik, ya, Aa?”
“Ya, begitulah.” Wisely menjawab jujur.
“Lalu, kenapa Aa memilih menerimaku? Aku pasti yang paling kampungan dibandingkan pacar-pacar Aa di kota.” Seruni mendadak rendah diri.
“Siapa yang mengatakan itu?” Wisely memandang lurus ke jalan raya.
“Aku mengira-ngira saja, Aa.”
“Tidak juga. Sama sepertimu yang bingung kenapa aku memilihmu. Aku juga bingung untuk apa mereka mendekatiku? Benar-benar menyukaiku ... atau menyukai dompetku.”
Xixixi nyaman banget ya Ci di si hijau 😁..
Tapi semoga di manapun semoga sukses ya karyanya Ci...