NovelToon NovelToon
ISTRI RAHASIA

ISTRI RAHASIA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Supernatural / Tamat
Popularitas:376.8k
Nilai: 5
Nama Author: D'Wiz

Dengan bersekutu jin ular, kehidupan Abay berubah. Tetapi dia harus bersusah payah mencari korban untuk tumbalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'Wiz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri Rahasia Bab 35

Ami jatuh terpeleset. Kakinya menginjak batu licin, hingga membuat dia hampir jatuh nyungsep ke depan. Walau Dina berhasil menangkap tangannya, tetapi tak cukup untuk menangkap ponsel bagus Ami yang jatuh ke jalan.

"Ponsel gue!" teriak Ami sedih karena melihat ponselnya pecah terbelah.

Ami memungut ponselnya, lalu berdiri dan memutar tubuhnya menghadap Dina yang berdiri di belakangnya.

"Ini semua salah lo!" maki Ami.

"Kok, bisa jadi salahku, Kak?" heran Dina.

"Iya, coba kalau lo nggak bahas masalah cinta monyet segala, mana mungkin gue sampai jatuh kepeleset dan ponsel gue pecah!" umpat Ami mau menang sendiri.

Dina mencoba bersabar.

"Pokoknya gue nggak mau tahu, ganti rugi!" Ami sodorkan tangannya ke depan Dina.

"Tak bisa dong, Kak! Kan yang kurang hati-hati itu Kakak, bukan aku! Itu juga ponsel Kak Ami yang jatuhin, bukan aku! Coba kalau ponsel itu ditaruh di kantong celana, kan tak mungkin ikut jatuh!" seru Dina berulang kali.

"Jadi lo nggak mau ganti rugi?" tanya Ami.

Dina menggeleng.

"Ok, lihat saja nanti! Gue aduin lo ke Opa sama Oma!" Ami melangkah lebih dulu pulang ke rumah.

Dina menghela napas panjang. Lalu dia melangkah pulang dengan langkah normal dan hati-hati.

Dina tak mau mendahului Ami, dia juga tak mau mencegah dan memohon pada Ami agar tak bicara pada Sanusi. Percuma, sebab Sanusi dan Wati lebih percaya omongan Ami daripada ucapannya.

Saat Dina mau berbelok masuk gang, dia bertemu Suta yang sedang dibonceng ibunya.

"Dina, mau ke mana?" tanya Suta yang meminta turun dari motor.

Lala hentikan motornya, dari seberang jalan dia memperhatikan Dina yang semakin lama wajahnya mirip seperti Endah dan ada perpaduan Sasan.

"Eh, Suta mau ke mana?" tanya Dina.

"Mau pulang. Oya, kamu sudah dengar belum?"

"Dengar apa ya?"

"Besok siang itu mau ada ambil nilai olahraga renang untuk dua kelas. Kita berangkat bareng, ya. Aku tunggu di rumahku. Nanti kita ke sana ramai-ramai naik mobil Papaku. Kan aku, eh Papaku baru beli mobil baru."

"Oh, aku baru dengar informasi ini. Kapan ya dikasih tahunya?" tanya Dina.

"Ada ditempel di mading sekolah," jawab Suta.

"Kalau begitu, terima kasih ya atas kabarnya. Besok aku ajak Maya ikut numpang di mobil Papamu, ya!"

"Pas kalau begitu, jadi kan si Al bisa punya pasangannya. Kamu tahu nggak, si Al kan suka sama Maya. Keduanya juga badannya bulat. Hehehe."

"Mana boleh, kan masih kecil. Harus belajar!" bantah Dina.

"Iya, aku tahu. Kalau sudah besar, boleh dong!" Suta tersenyum pada Dina.

"Boleh apa?" tanya Dina tak mengerti.

"Aku padamu!" Suta tertawa, lalu berlari pergi untuk naik ke motor lagi.

Dina kaget, dia geleng-geleng kepala. Dia belum tahu apa itu namanya cinta, karena fokusnya itu senang belajar dan bermain.

"Mama, kita jalan yuk! Aku mau mandi!" tegur Suta ke Lala.

"Dia mirip Papamu dan Endah," lirih Lala.

"Mama," panggil Suta sedikit kencang.

"Ya, apa?" tanya Lala tersadar.

"Pulang, yuk!" ajak Suta.

Lala nyalakan mesin motornya, lalu melaju. Suta masih sempat lambaikan tangan ke Dina.

"Mama, Dina cantik ya!" puji Suta.

"Iya."

"Kalau aku besar nanti, aku maunya sama Dina, ah!" ucap Suta penuh harap.

"Eh, nggak boleh sama Dina!" cegah Lala.

"Kenapa Ma?" tanya Suta tak mengerti.

"Nanti saja Mama kasih tahu, kalau kamu sudah besar," jawab Lala yang berpikir, kalau Suta tahu saat ini akan membawa efek yang tak baik. Karena dia belum ada bukti, apa Din itu anak dari Sasan dan Endah apa bukan.

Tetapi dalam hati kecilnya, Lala menyakini kalau Dina itu anak dari mantan suaminya Sasan dan Endah. Ada kemiripan wajah Dina dengan kedua orang itu.

Dina telah sampai di rumah. Saat dia masuk ke ruang tamu, di sana sudah duduk Ami dengan wajah basah air mata. Lalu ada Sanusi yang parasnya kaku dan Wati yang terlihat sedih.

"Ini Opa, Dina yang udah dorong aku dari belakang. Sampai ponselku pecah! Padahal aku bermaksud baik mengasih uang lima ribu ke pengemis, eh dia bilang kebanyakan ngasihnya. Terus tiba-tiba aja, dia dorong aku!" Ami kembali meloloskan air matanya untuk turun membasahi pipinya lagi.

"Eh, kok...." Dina kaget karena tuduhan dan pengakuan Ami itu sangat kelewatan.

"Dina, Opa kecewa sama kamu! Sejak kamu tinggal di rumah ini, Opa kan selalu ajarkan kamu berbuat baik pada orang lain. Kenapa kamu malah berkata kasar pada Kak Ami yang bermaksud baik?" bentak Sanusi.

"Aku bisa jelaskan Opa!" seru Dina.

"Jangan percaya ucapannya Opa. Aku juga lupa, semalam itu Dina masuk ke kamarku, betul kan Din?" tanya Ami ke Dina.

Dina mengaku iya, dia memang masuk ke kamar Ami untuk meminjam tipe x, punya dia sudah habis.

"Kalau begitu kamu tak bisa mengelak, kalau aku bilang kamu iri padaku!" Ami menatap Dina licik.

"Iri atas apa ya Kak?"

"Kamu kan bilang, ponselku bagus banget. Terus juga waktu jalan pulang, sempat bilang aku masukan ponsel ke kantong kan?"

"Kalau itu benar!" akui Dina.

"Iya, benar. Tapi karena kamu iri, kamu dorong aku sampai ponselku terlepas dari tangan dan jatuh pecah. Kalau bukan iri apa namanya?" tanya Ami.

"Tapi aku tak dorong Kak Ami," bantah Dina.

"Orang jahat mana mau mengaku. Kalau benar kamu tak mendorong aku, apa kamu punya saksi?" desak Ami.

Dina menggeleng lemah.

"Itu, Opa bisa dengar kan kalau Dina itu bohong. Sudah berbuat jahat padaku, tapi tak mau mengaku. Aku sudah tak punya ponsel lagi Opa, Oma!" Ami kembali menangis.

Wati bergegas merangkul Ami.

"Untuk sementara, kamu berikan ponselmu ke Kak Ami. Sampai Kak Ami dapat ponsel baru, itu hukuman buatmu!" ucap Sanusi memutuskan.

"Tak adil Opa!" bantah Ami.

"Memangnya Dina harus apa?" tanya Wati.

"Dia harus ganti rugi dong, Oma! Kan ponselku harganya lebih mahal dari ponselnya." Ami menatap Wati, lalu berganti pada Sanusi. "Opa harus paksa Dina ganti rugi!"

Sanusi dan Wati saling memandang.

"Aku percaya Dina bisa ganti rugi, kan Papanya punya banyak uang. Dia kan suka bangga-banggain kekayaan Papanya padaku. Cuma aku heran, kenapa masih iri sama aku yang kesepian di sini. Aku tak bisa bertemu dengan Mamaku yang kerja di Kuwait. Hanya kasih sayang Opa sama Oma yang aku dapat. Tapi... sepertinya Opa sama Oma lebih sayang Dina daripadaku. Apa aku pergi saja dari rumah ini?" ucap Ami sedih di akhir kata.

"Baik, aku akan telepon Papa minta dikirim uang buat ganti rugi ponsel Kak Ami!" Dina terus saja berjalan ke kamarnya dengan hati kesal.

Sanusi dan Wati saling memandang, hingga mereka tak melihat Ami yang tersenyum licik.

1
Ulun Jhava
Lambat gerakan dina suta yg baik kasian sdh jd korban..
Ulun Jhava
Jgn lebay deh dina
Ulun Jhava
Abay jg lebay ngapain sih sok bijak sm ami
Ulun Jhava
Labay si dina
Ulun Jhava
Dina trll naif dan ke lebayaann tingkat dewa
Ulun Jhava
Dina trll naif padahal kuat..authorx cemen
Ulun Jhava
Terlalu gegabah abay
Isnaaja
berarti nyi malini kurang sakti, gak bisa membaca hati sasan dan meramal kedepannya seperti apa.
Isnaaja
memang benar, hidup diperantauan dan bertemu orang sekampung itu bahagianya luar biasa banget.
Isnaaja
gaya lo
Isnaaja
ya gak bakalan ikut lah,, takut kepanasan dia
Isnaaja
abu abu berarti
Isnaaja
itu namanya teman gak tau diri.
sudah bagus medi mengizinkan menginap
Isnaaja
😂😂 itu namanya karma.
Isnaaja
obat apa ya?
Isnaaja
satu tahun sekali mah boros atuh, boros nyawa
Narliswati Wati
kok mati semua ga seru
Usmi Usmi
kelamaan Dina Sampek banyak korban
Elisanoor
hanjayyyy si Abay, Jurus si borokokok di keluatkan untuk merayu calon tumbal 🤣
Elisanoor
ih seru,nagih ini saya baca nya 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!