Mengejar Cinta Yang Ditinggalkan

Reyhan memasuki sebuah halaman mansion yang sangat mewah, dan memarkirkan mobil nya begitu saja. Elia ikut turun saat Reyhan sudah turun.

Terlihat keluarga Reyhan sudah menyambut kedatangan dengan sumringah.

" Elia... Cucu ku sayang. " kata Nenek Reyhan

" Nenek... " keduanya saling berpelukan melepas kerinduan masing masing. Tak lupa ibunya Reyhan pun ikut menghampiri, tak sabar ingin segera memeluk Elia.

" Bu.... Nek..... Anak dan cucu mu juga disini sudah bertahun tahun tak pulang. Kenapa hanya Elia yang kalian rindukan dan peluk seperti itu. Apa kalian tidak merindukan aku." protes Reyhan karena tak ada yang menyambutnya.

" Tidak. " jawab Nenek dan ibunya bersamaan.

" Kalian itu kompak sekali. Benar benar ibu dan nenek yang kejam. " kata Reyhan yang mengundang gelak tawa semuannya.

Elia memeluk Reyhan, semuanya di suruh masuk ke dalam oleh ayah Reyhan agar lebih santai jika sudah berada di dalam.

" Nenek, aku membelikan nenek baju yang sangat. Sangat cocok sepertinya dengan tubuh nenek. " kata Elia

" Benarkah, tapi nenek jarang bepergian sekarang. Nenek cukup kamu beri vitamin seperti biasa saja sudah sangat senang.

" Itu juga tidak ketinggalan nek, " Elia memberikan bingkisan kepada nenek Reyhan berupa obat dan vitamin

" Aku khusus memberikan pada ibu, produk krim pertama ku, hasil sangat bagus dan banyak sekali yang peminatnya karena cocok bu. Ini krim khusus anti aging. " Elia memberikan sebuah paper bag besar pada ibunya Reyhan.

" Kamu memang anak ibu yang paling tersayang. " kata Ibunya Reyhan dengan memeluk menantunya.

" Wanita... sukanya memang jika hanya di kasih hadiah. " kata Ayah Reyhan.

" Ayah ..... " kata Elia dengan memeluk manja.

" Aku juga memberikan sebuah dasi bagus untuk ayah. " kata Elia

" Benarkah? " kata Ayah Reyhan senang.

" Ayah juga sama saja. senangnya jika di kasih hadiah. " Reyhan bersungut

" Diam kau. Aku menjadi ayahmu tiga puluh empat tahun, belum pernah kamu memberikan hadiah untuk ku. " protes ayah Reyhan

" Ayah... Apa kamu lupa, akulah yang sudah memberi kalian hadiah paling indah ! " kata Reyhan, yang sekarang menjadi perhatian semuannya.

" Bukan kah aku yang sudah memberikan Elia, sebagai menantu idaman kalian. " kata Reyhan.

Sontak semua tertawa membenarkan apa yang di ucapkan oleh Reyhan. Elia, ibu dan neneknya sedang terlibat perbincangan hangat, entah apa yang mereka bahas, terkadang ada tawa dari ketiganya. Reyhan menatap mereka dengan senyuman hangat.

Reyhan memilih menepi di teras bersama ayahnya, mereka sedang membicarakan bisnis yang sedang mereka tangani masing masing.

" Sudah terlalu larut bu, Elia juga capek. Biarkan mereka istirahat, besok saja di sambung ngrumpinya. " kata Ayah Reyhan

" Benar, nenek juga harus istirahat, tidak baik terlalu malam tidurnya. " kata Elia

" Mari nek, saya antar ke kamar. " kata Elia membantu nenek Reyhan untuk masuk ke kamar, Reyhan menatap dari ke jauhan Elia sedang membantu neneknya berjalan, karena memang sudah tua, neneknya kadang merasa sangat letih jika berjalan lumayan jauh.

Sudah pukul sebelas malam, Elia memasuki kamar yang di tunjukan tadi oleh Reyhan, jika itu kamarnya. Untuk pertama kali ia melihat kamar Reyhan di mansion itu. Terasa asing bagi penglihatan Elia. Elia keluar menuju balkon, karena perbincangan hangat dengan mertua dan neneknya tadi membuatnya tidak mengantuk.

Elia menatap bintang yang bertaburan dilangit. Di saat kesendirian ini dia baru menyadari jika dirinya belum membuka ponselnya.Selama perjalanan ponselnya sengaja tidak di aktifkan.

" Kak Aldo pasti sedang khawatir. Aku harus menghidupkan ponselku. " kata Elia kembali masuk. Namun ternyata ia membawa tas yang lain.

Elia membersihkan muka dan menggosok gigi. Ia kembali ke kamar namun Reyhan belum kembali. Ia memutuskan berbaring terlebih dahulu. Mungkin Reyhan sedang berbincang dengan ayahnya begitu pikiran Elia.

Pagi menyongsong, Elia terbangun dari tidurnya, namun tak mendapati Reyhan di sampingnya. Elia benar benar merasakan perubahan dalam diri Reyhan. Semakin kedepan semakin berjarak menurut Elia.

Setelah membersihkan diri, Elia membantu mertuanya di dapur, bersama dengan dua art yang membantu. Kedua art itu sangat menyukai Elia yang periang dan suka bercanda, walau cantik ia tidak menjaga jarak dengan para asisten.

" Elia... bangunkan Reyhan, aku akan membangunkan ayahmu dan juga ibu ! " kata ibunya Reyhan.

Elia bingung, karena selama di sini ia belum pernah tahu, ruangan apa sebelah mana. Dan tadi malam dapat di pastikan jika Reyhan tidak tidur bersama dirinya, karena biasanya Reyhan sudah terbiasa di bangunkan Elia saat pagi hari.

Elia bertanya pada salah satu art dimana letak ruang kerja, karena ia tahu Reyhan adalah seorang yang gila dengan kerja. Elia pun diantar oleh sang art menuju ruang kerja mertuanya. Setelah art meninggalkan dia, Elia membuka pintu pelan pelan, dan benar saja Reyhan masih tertidur di kursi kerja. Elia mendekati Reyhan. Dengan pelan ia mengusap punggung suaminya.

" Kak bangun.... ! " kata Elia

Reyhan mengerjabkan matanya, di lihat Elia terseyum manis dihadapannya. Reyhan duduk tegak dan merentangkan tangannya yang terasa pegal di seluruh tubuhnya karena tidur dengan posisi duduk telengkup.

Elia mendekati Reyhan dan duduk di pangkuan Reyhan lalu mencium bibirnya sekilas.

" Morning kiss. " kata Elia lembut.

Reyhan tersenyum, tanpa menjawab.

" Aku sudah menyiapkan baju untuk kakak. Pergi mandi dan mari sarapan, aku sudah selesai menyiapkan sarapan untuk kita. " kata Elia

" Baiklah. " kata Reyhan dengan terseyum. Elia berdiri, di ikuti Reyhan berjalan di belakangnya.

Reyhan menuju kamarnya, sedangkan Elia kbali menuju dapur karena sudah ada ibu dan juga neneknya, mereka terlihat sangat akrab satu sama lain. Sehingga Elia tidak merasa kesepian walau ia merasakan ada sedikit perubahan dalam diri Reyhan. Untuk saat ini Elia tidak mempertanyakan terlebih dahulu, karena menurutnya itu hanya seperti anak kecil yang akan menimbulkan masalah jika ia bertanya pada Reyhan saat ini.

Semua sudah berkumpul di meja makan, saat menikmati makanan tak ada satu patah kata pun yang terucap di meja makan, Elia berpikir mungkin ini sudah tradisi keluarga tidak ada perbincangan saat makan.

Reyhan ikut ayahnya ke kantor, karena ada beberapa pekerjaan yang akan di selesaikan bersama.

" Sayang, aku akan ke kantor dengan ayah. Mungkin sore aku akan menjemputmu. " kata Reyhan dengan mencium kening Elia

" Baiklah. " kata Elia menurut.

Elia kembali ke dalam rumah, ikut membereskan dapur dengan art, karena ia bingung harus melakukan apa. Namun ibu Reyhan datang menghampiri mereka.

" Elia... Aku ingin memperlihatkan sesuatu untukmu. Ayo ikut ibu. " kata ibunya Reyhan

Elia berbalik menatap mertuanya.

" Baiklah bu. Mbak aku tinggal ya. " kata Elia berpamitan pada art dan mengikuti mertuanya masuk ke dalam kamarnya.

HAYO SIAPA MAU NEBAK...🤭🤭🤭.Ibunya Reyhan mau memperlihatkan apa 🤔🤔🤔

Jangan lupa Like dan giftnya ya, Pliss....!!!

Kedepannya bersiap tisu... karena akan banyak konflik di mulai.... Semangat !!!

Semoga Readerku selalu sehat dan berbahagia selalu. Amiin 🙌🙌🙌