Akhir Sebuah Penantian

Diandra tersenyum senang mendengar perkataan suami nya, namun dia pura-pura tak mendengar, "kak, Didi mau ke toilet bentar ya," pamit nya pada sang suami dan segera berlalu menuju toilet di bagian belakang cafe & resto milik Aditya.

Sepeninggal Diandra, kedua pria dewasa itu terdiam untuk beberapa saat.

"Bro, kenapa lu enggak jujur sama diri lu sendiri sih?" Ucap Aditya memecah keheningan, "gue aja capek ngeliat nya, masak lu yang ngejalanin enggak capek?!" Lanjut nya seperti menginterogasi.

"Maksud lu apaan Dit? Gue enggak ngerti?" Angga mengerutkan dahi nya.

Aditya mendesah kasar,, "malam itu, gue dengar kesepakatan diantara kalian berdua," ucap Aditya pelan.

"Apa?!" Angga sangat terkejut, tanpa dia sadari suara nya yang meninggi membuat semua mata pengunjung cafe & resto tertuju kearah mereka.

"Pelankan suara lu,,," bisik Aditya.

Angga tersenyum kecut,

"Dan gue bisa nebak, pasti nya sampai detik ini lu belum melakukan tugas dan kewajiban lu sebagai seorang suami bukan? Padahal gue bisa lihat, sudah ada cinta di mata lu untuk istri lu itu!" Lirih Aditya karena tak ingin ada yang mendengar percakapan nya.

Angga menghela nafas berat,, "entahlah Dit, beberapa bulan terakhir, gue memang sudah merasa nyaman bersama nya. Dan beberapa minggu ini, gue mencoba membolak balik kan hati dan pikiran gue.. meyakinkan diri bahwa gue emang sudah jatuh hati padanya, karena gue ingin mendatangi dia dengan penuh cinta dan sayang bukan dengan nafsu." Ucap Angga sungguh-sungguh.

"Bagus lah,, tapi jangan lama-lama mikir nya, keburu di ambil orang lain nanti si Didi." Balas Aditya memberi saran.

Angga mengangguk pasti, "makasih Dit, lu emang saudara yang terbaik," ucap Angga tersenyum hangat pada saudara angkat nya itu.

"Pada ngobrolin apa sih, serius banget kayak nya?" Tanya Diandra yang baru saja datang dari toilet, mengejutkan dua pria dewasa tersebut.

"Urusan pria dewasa,, gadis ingusan enggak perlu tahu," balas Angga seraya tersenyum menggoda.

Diandra mengerucutkan bibir nya, "kak, Didi tuh udah dewasa ya,, kenapa seneng banget sih ngatain Didi ingusan?" Protes Diandra pada sang suami.

"Iya,, iya,, istriku, ayo sekarang makan," ucap Angga menyudahi perdebatan yang enggak penting itu.

Diandra senyum-senyum sendiri mendengar panggilan tersebut.

Sedangkan Aditya ikut tersenyum, melihat sahabat nya sudah mulai bisa bercanda sama istri nya.

Ketiga nya makan bareng, di selingi dengan obrolan ringan dan canda tawa.

Selesai makan, Angga dan Diandra pamit pulang. Di sepanjang perjalanan mereka berdua nampak asyik ngobrol berbagai hal, mulai dari penjualan tas rajut Didi yang terus meningkat.. sampai membicarakan kegiatan Didi dan sahabat-sahabat nya di kampus.

"Apa kamu juga sering ketemu sama Seno?" Tanya Angga penasaran.

"Enggak juga, kami kan beda tingkat jauh.. terus biasanya nya kalau selesai jam kuliah Didi belajar kelompok sama sahabat-sahabat Didi, emang kenapa kak?" Diandra balik bertanya.

"Kak Angga cemburu ya??" Goda Diandra pada suami nya.

"Biasa aja,," balas Angga dingin, seraya membuang pandangan nya keluar kaca jendela mobil.

"Santai kak, Didi enggak tertarik kok sama mas Seno. Karena di hati Didi sudah ada suami Didi yang paling ganteng," ucap nya menggombal sambil melirik sang suami.

Yang di lirik pura-pura tak melihat, dan tetap fokus pada kemudi nya. Padahal dalam hati, Angga sangat senang Istri nya bisa menerima dia apa ada nya.

"Lagian ya kak, yang nempel sama mas Seno itu banyak banget kok.. sahabat Didi juga naksir sama mas Seno, terus itu si mbak Renny. Bahkan nih ya, hampir tiap hari Didi lihat mbak Renny mepet terus sama mas Seno,,, kayak sama kak Angga tadi?!" Ucap Diandra menjelaskan.

"Anget dan empuk ya kak, di pepetin cewek cantik kayak tadi?!" Tanya Diandra nampak tidak suka.

Angga tersenyum, "kamu cemburu?" Tanya Angga sekilas menoleh kearah istri nya.

"Iya,, kenapa? Ada yang salah,, cemburu sama suami sendiri?" Tanya Diandra balik.

"Enggak,, kamu enggak salah, kakak suka malah," balas Angga jujur, seraya menggenggam tangan kanan sang istri.

Diandra terkejut, tapi sejurus kemudian dia tersenyum dan membalas genggaman tangan suami nya. "So,, kita jadian nih kak?" Tanya Diandra polos.

Angga tersenyum menahan tawa, "anggap aja seperti itu," lirih nya menatap hangat sang istri sekilas dan kemudian melepaskan genggaman tangan nya dan kembali fokus pada kemudi nya.

"So sweet,, boleh cium enggak?" Tanya Diandra menggoda.

"Enggak boleh, aku lagi nyetir.." balas Angga sambil mengacak lembut rambut panjang Diandra.

Diandra manyun, pura-pura ngambek.

"Udah, jangan ngambek... baru juga jadian masak langsung ciuman?" Ucap Angga sambil mengerling menggoda balik sang istri.

"Baru jadian iya,, tapi kita kan sudah pernah ciuman sebelum nya?" Balas Diandra mengingatkan.

Angga menarik nafas dalam, dan menghembus nya perlahan. "Saat itu kan aku khilaf, pasti beda lah... aku mau nya, kita melakukan itu dari hati," ucap Angga tersenyum manis, "kita jalani ini pelan-pelan aja ya?" Pinta Angga tersenyum lega, karena sudah berhasil mengungkapkan isi hati nya.

Tanpa terasa, mobil yang dikendarai Angga telah memasuki kawasan apartemen hunian nya.

Kedua nya keluar dari mobil bersamaan dan melangkah menuju unit milik mereka dengan bergandengan tangan.

Setelah berada di dalam unit apartemen, "mau istirahat atau masih ada kerjaan?" Tanya Angga pada sang istri yang masih betah bergelayutan di lengan nya.

"Kalau kak Angga?" Bukan nya menjawab, Diandra malah balik bertanya.

"Aku mau ngecek email dulu, laporan dari cabang Bandung." Balas Angga sambil menunjukkan ponsel nya.

"Kalau kak Angga kerja, Didi juga mau lanjutin rajutan Didi aja.. ada yang belum kelar, padahal besok dah harus Didi kirim ke customer," ucap Diandra.

"Kalau aku mau tidur siang?" Tanya Angga memancing.

"Didi akan temani suami ganteng Didi," balas Diandra dengan cepat, sambil menatap sang suami dengan tatapan menggemaskan.

Angga terkekeh melihat tingkah manja istri belia nya itu, "sudah, sana selesai kan dulu kerjaan kamu," ucap Angga sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan sang istri.

Angga segera berlalu menuju kamar utama, sedangkan Didi langsung menuju kamar lama nya yang sekarang dia jadi kan sebagai tempat kerja.

Kedua nya sama-sama sibuk, hingga tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu.

"Di,, belum kelar? Udah sore loh?" Tanya Angga yang langsung nyelonong masuk ke dalam kamar kerja sang istri.

"Ini, tinggal dikit lagi kak.. tinggal buat simpul nya aja kok," balas Diandra menoleh sebentar kearah sang suami dan kemudian melanjutkan pekerjaan nya kembali.

"Aku tunggu di luar ya,," ucap Angga hendak berlalu.

"Kak Angga enggak pengin menemani istri tercinta nih??" Rajuk Diandra menghentikan kegiatan nya dan menatap manja sang suami.

Angga tersenyum, dan kemudian berjalan mendekat. "Manja nya istri ku," ucap Angga sambil menjatuhkan dirinya di atas pembaringan, di belakang Diandra yang duduk di tepi ranjang.

"Nah, kalau ditemani gini kan jadi semangat," ucap Diandra seraya meneruskan membuat simpulan untuk tali panjang tas rajut yang di buat nya.

Untuk beberapa saat, Diandra masih sibuk dengan pekerjaan nya. Sedangkan Angga menatap langit-langit kamar, dan pikiran nya menerawang jauh.

"Udah selesai,," ucap Diandra memecah kesunyian, dan membuyarkan lamunan Angga.

"Eh,, udah ya.. yuk, keluar," ucap Angga hendak bangkit.

Diandra yang sudah berdiri terlebih dahulu di sisi ranjang, pura-pura kaki nya kesemutan dan jatuh menimpa sang suami yang masih belum sempurna duduk. Kedua nya pun terjatuh, dengan tubuh seksi Diandra menimpa tubuh Angga.

"Maaf, kaki Didi kesemutan kak.. jadi nya terjatuh deh," ucap nya pura-pura malu.

Angga tersenyum, "bukan karena ingin mencium ku kan?" Tanya Angga menggoda, seraya mengeratkan pelukan nya di pinggang sang istri.

Diandra yang ketahuan tengah bersandiwara, langsung saja memberanikan diri mencium pipi sang suami dan menghujani Angga dengan ciuman basah. Angga pun membalas nya, dan kedua nya pun hanyut dalam ciuman yang manis dan penuh cinta.