Ivan mengira perjodohan ini hanyalah candaan kakeknya saja, bagaimana dia bisa mengira itu serius, saat kakeknya mengatakan akan menjodohkan dirinya dengan seorang gadis bernama Diana. Dia seorang gadis bisu, tidak berpendidikan. Bahkan kata orang di desanya, gadis itu gila. Hingga dia pun setuju. Ternyata kakeknya benar-benar serius. Seorang gadis dari desa yang bisu, benar-benar datang ke rumahnya dan bertunangan dengannya.
Bagaimana perjodohan mereka? Akankah bisa berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon heni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Aku!
Tangan Fazran gemetar menyerahkan berkas tuntutan Pengacar Nizam kepada putrinya, pasal-pasal yang dikenakan sangat jelas dilanggar oleh Quenzee, belum lagi bukti-bukti yang dimiliki pengacara Nizam sangat kuat, bahkan mereka punya bukti senjata tajam yang di pakai Quenzee untuk menyerang Diana, di laporan jelas tertera sidik jari Quenzee ada di pisau. Di pisau itu juga terdapat sample darah Diana. Bukti yang sangat kuat, cctv dan senjata penyerangan. Sekuat apapun akses mereka ke kepolisian dan pengadilan, bukti yang pengacara Nizam akan menggagalkan usahanya.
Dengan sorot mata dinginnya Nizam menerima berkasnya kembali. “Kalian sudah memahami tuntutan kami apa saja?”
Bibir Fazran bergetar, dia tidak mampu mengucapkan sepatah kata jua pun. Begitu juga Wena, dia hanya memeluk erat lengan suaminya, rasanya kedua lututnya lemas membaca semua tuntutan, juga bukti-bukti yang sangat memberatkan putrinya.
“Kalian sudah mengerti?” Nizam memandangi Fazran dan Wena bergantian. “Barangkali ada yang kurang jelas, jika ada silakan tanyakan langsung pada saya.”
Fazran dan Wena kompak menggelengkan kepalanya. Nizam memandangi mereka dengan sorot mata yang begitu tajam, membuat aura ketakutan Wena dan Fazran semakin jelas terasa.
Nizam memberikan berkas yang ada di tangannya pada Naila, dan mengambil berkas lain dari tangan Mila. Kini pandangan mata Nizam tertuju pada Veronica. “Yang tadi, berkas tuntutan kami untuk Quenzaa, dan ini berkas tuntutan kami untukmu!” Nizam tersenyum hambar memberikan berkas itu pada Veronica.
“Aku tidak melakukan Apapun! Kenapa kalian ingin menuntutku?”
“Pencemaran nama baik, Fitnah, dan tuduhan palsu. Karena laporan palsu kamu klien saya mendekam dibalik jeruji besi!” Nizam memberikan bukti-bukti segala tuntutan Veronica pada Diana sebelumya palsu. “Yang terjadi pada Nyonya Zunea murni karena penyakit beliau, bukan campur tangan dari luar. Bukan hanya itu, kami akan membawa kasus yang lain juga. Saya akan menuntut Anda atas tindakan malpraktek, dan upaya pembunuhan pada pasien Rumah Sakit Healty and Spirit. Pak Abimayu sudah melimpahkan semua pada saya, dan menunjuk saya sebagai kuasa hukum dari Rumah Sakit Healty and Spirit juga Universitas Agung Jaya.”
"Tuduhan yang sangat bodoh dan sangat tidak berdasar! Anda tidak tahu siapa saya?!" maki Veronica.
"Hukum menjerat siapa saja yang melanggar Nona Veronica Kesuma!"
Kedua bola mata Veronica membulat sempurna, pengacara Diana tahu siapa dirinya.
"Selama ini Anda bebas dengan mudah dari jerat hukum, bukan karena kamu anak siapa! Tapi lawanmu malas berurusan dengan--" Nizam berusaha menahan perkataannya. Ingin sekali dia memaki Veronica dengan sebutan 'Sampah'.
"Ada apa ini? Kenapa kalian ramai-ramai ada di sini?" Tiba-tiba sosok Ivan datang ke UGD, dia heran melihat Diana dikelilingi beberapa orang, apalagi saat melihat raut wajah Fazran dan istrinya, sebelumnya wajah mereka terlihat sangar dan penuh amarah. Sekarang mereka terlihat menunduk ketakutan.
Veronica menyadari kehadiran Ivan diantara mereka semua. Dia langsung mendekati Ivan dan menyilangkan tangannya di pergelangan tangan Ivan. "Ivan ...." rengeknya.
"Apa-apaan kamu! Lepaskan!" Ivan melepaskan lengannya dari Veronica.
Mendapat perlakuan dari Ivan seperti ini di depan umum, Veronica sangat malu, Veronica berusaha untuk tetap tegar.
“Ivan, kenapa Diana selalu menjebakku? Lihat … dia menuntutku dengan pencemaran nama baik dan laporan palsu, sepertinya Diana juga merayu pengacara Nizam dan Pak Abi untuk menyeretku, tidak menutup kemungkinan, nanti Diana merayu profesor Russel agar memberiku nilai yang jelek!"
Pandangan mata Ivan tertuju pada profesor Russel, melihat jarak profesor Russel dan Diana sangat dekat, rasanya dia sangat keasal.
"Ivan, bantu aku Van." Veronica mengoyangkan lengan Ivan.
Lagi-lagi Ivan menepis tangan Veronica, dia tidak menghiraukan rengekkan Veronica, dengan santainya Ivan berjalan mendekati Diana.
“Ivan ….” Jerit Veronica. Tetap saja perhatian Ivan hanya untuk Diana
Pengacara Nizam memberi kode pada seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu UGD, selang beberapa detik, beberapa anggota berseragam kepolisian langsung masuk, tanpa bicara panjang lebar salah satunya memasang borgol di kedua pergelangan tangan Veronica. "Jika ada yang ingin dikatakan, silakan nanti saat kita sampai di kantor Polisi."
Veronica memandangi Ivan yang sama sekali tidak menoleh padanya, laki-laki itu masih memandangi Diana. Veronica pun pergi dibawa oleh petugas kepolisian.
Ivan berdiri di samping Diana. “Apa lukamu sudah diobati?” tanya Ivan dengan nada yang lirih.
Diana menjawab pertanyaan Ivan dengan menggelengkan kepalanya.
“Ayo kedalam, kita obati dulu lukamu.” Ivan dan Diana masuk ke dalam ruangan.
Pengacara Nizam berbicara sekilas dengan kedua sekretarisnya.
"Untuk keperluan lain, nanti saya kabari. Untuk saat ini pekerjaan kita selesai, dan kalian boleh pulang."
"Terima kasih Pak."
Ucap kedua sekretaris Nizam, mereka pun pergi dari sana. Pandangan Nizam tertuju pada pintu ruangan yang di lewati Diana dan Ivan. Dia segera menyusul Ivan dan Diana ke dalam ruangan yang akan mengobati luka Diana.
Di dalam sana terlihat Diana bersama Ivan dan seorang perawat yang tengah membuka perban Diana. Ivan dan Nizam hanya melihat hal itu.
Drrrttttt! Drrrtttt!
Ivan merasa handphonenya bergetar, melihat yang menghubunginya orang kantor, sekilas Ivan melihat kearah Diana, Ivan memperkirakan waktu pengobatan luka Diana. Menurutnya masih lama, Ivan pun pergi ke luar untuk menerima panggilan.
Perlahan Nizam menarik salah satu kursi, dan meletakkannya di dekat Diana. Dengan santai dia duduk di sana, memperhatikan perawat mengobati luka Diana.
“Diana,” panggil Nizam.
Seketika Diana menegakkan pandangannya menatap pada Nizam.
"Bagaiman sus, lukanya?" tanya Nizam.
"Untuk saat ini baik-baik saja dok."
“Diana, bagaimana kalau setelah dari sini, kita pergi makan malam?”
Diana menatap Pengacara Nizam dengan tatapan mata yang mengandung penuh tanya.
"Aku hanya ingin makan malam bersamamu, Diana. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu."
“Untuk tempat, kamu ingin di Restoran mana? Silakan tentukan Diana, kamu mai masakan apa, itu terserah kamu.”
Salah satu tangan Diana selesai di obati. Dengan begitu lincah jemarinya mengetikkan kata.
Aku tidak bisa pergi, karena aku menunggu seseorang.
Nizam tersenyum membaca jawaban Diana. “Menunggu seseorang?” dia menatap dalam wajah Diana, mencari kejujuran dari raut wajah yang ayu dan sangat menawan itu. “Siapa yang kamu tunggu?”
“Aku!”
Mendengar jawaban lugas dan tegas dari Arah belakang, Nizam langsung berbalik, terlihat di sana sosok Ivan yang terus berjalan mendekat kearahnya.
***
1 Bab sehari.
Terima kasih semua.
Tie tie ... babang Ivan mulai cembututttt
terimakasih, semoga di maklumi..
Sdh spt Dokter Spesialis Bedah saja?
Seandainya ada di Dunia nyata.