NovelToon NovelToon
My Posesif Husband

My Posesif Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Contest
Popularitas:17.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Riria Raffasya Alfharizqi

Season 2 'Married With Ketos'

Menjalani hubungan jarak jauh itu susah dijalani bagi sebagian orang yang tidak kuat menahan rindu. Seperti kata Dylan, rindu itu berat dan..

Begitu juga yang sedang dijalani oleh pasangan muda Alsava dan Gerald. Ibarat kata baru diajak terbang tinggi kemudian harus terhempas pada sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa salah satu dari mereka harus mengejar cita-cita dan impian.


Lalu bagaimana pertemuan mereka setelah lama terpisah? masih samakah hati yang dulu dirasa?

Jawabannya ada di kisah cinta mereka yang baru ya gaes 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesal Tapi Suka

Gerald duduk dengan tatapan matanya tajam menatap Verrel yang sedang diobati oleh salah satu pegawainya. Sementara Alsa sedang memakan es krim yang tadi Gerald janjikan.

"Lo bod*h," ucap Gerald membuat sudut bibir Verrel tertarik ke atas.

Tatapan mata Verel lekat menatap Gerald. "Gue sama lo nggak jauh berbeda Rald," jawab Verrel membuat Gerald menatap Verrel dengan diam.

Verrel tertawa ringan. "Becanda, baper lo kayak cewek!" cibir Verrel berusaha untuk membuat suasana kembali seperti semula.

"Lo nyembunyiin sesuatu dari gue," ucap Gerald menatap Verrel selidik.

Verrel kembali tertawa. "Emangnya apa yang lo tahu dari gue?" tanya Verrel membuat Gerald tertawa.

"Lo cowok bod*h yang nyakitin diri sendiri kalau ada masalah," jawab Gerald dan diangguki oleh Verrel.

"Itu kelemahan gue Rald, gue beda sama lo," jelas Verrel dengan kata penuh makna.

Sayangnya, Gerald menganggapnya biasa saja.

"Rald..." panggil Alsa membuat keduanya menoleh.

Sebelum akhirnya pandangan mata Verrel beralih ke arah lain. Seakan tidak ingin menatap gadis di depannya.

"Boleh lagi nggak? anak kita yang minta," jelas Alsa dengan senyum semanis mungkin.

Gerald tertawa yang kembali memperlihatkan gigi ginsulnya. Lalu mengangguk sebagai jawaban.

Sementara Verrel merasa debaran di dadanya semakin terasa mendengar apa yang Alsa katakan.

"Jangan banyak-banyak," suruh Gerald dan diangguki oleh Alsa.

Alsa kembali melangkah pergi meninggalkan Gerald dan Verrel.

"Rel!" panggil Gerald membuat Verrel tersadar dari lamunannya.

"Tidak semua masalah harus lari ke jalan yang salah," ucap Gerald membuat Verrel mengangguk.

Verrel paham apa yang dilakukannya malam itu salah. Beruntung ada Abim dan juga Gerald yang datang, jika tidak mungkin dirinya akan melakukan hal diluar batas.

"Gue duluan ya?" pamit Verrel beranjak dari duduknya.

Di dalam mobil. Pikiran Verrel semakin kacau. Mengingat apa yang Alsa katakan tadi.

"Anak kita," gumamnya tersenyum miring.

Sorry Rald, hati gue masih sama batin Verrel merasa kacau dengan keadaannya.

_________

Sudah sebulan Kia berada di rumah neneknya. Hari ini kedua orang tua Kia menjemputnya untuk pulang. Alsa dan Icha sedang menunggu Kia di bandara.

Senyum Alsa terukir dengan indah melihatt sekitar bandara.

"Lo tahu nggak Cha, 2 tahun yang lalu gue pernah nangis di tempat ini," ucap Alsa membuat Icha menoleh.

"Pasti berat banget ya waktu itu?" tanya Icha dan diangguki oleh Alsa.

"Gue hampir gila karena ditinggal Gerald." Alsa menoleh ke arah Icha.

Icha langsung memeluk Alsa hangat. "Sudah berlalu Al, ini saatnya lo bahagia, Kak Gerald sudah kembali untuk lo," jelas Icha dan diangguki oleh Alsa.

"Makasih ya Cha, selalu nemenin gue disaat duka dan tawa," ucap Alsa membuat Icha mendadak menjadi mellow.

"Gue nggak suka kek gini, bikin sedih tahu," jawab Icha menyeka air mata yang hampir saja lolos dari pelupuk matanya.

"Dih..baper," ledek Alsa seraya merangkul Icha dengan gemas. Sebelum akhirnya mereka tertawa bersama.

Sementara Rasya yang berada tidak jauh dari mereka menggeleng dengan senyum melihat persahabatan di antata Alsa dan Icha.

"Tidak salah pilih memang Gerald," gumamnya dengan senyum.

Pesawat yang Kia tumpangi mendarat dengan selamay di bandara. Kia berjalan dengan kedua orang tuanya. Matanya menyipit kala melihat Alsa dan Icha yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Senyum Kia terukir, lalu berlari kecil ke arah kedua sahabatnya itu.

"Kia....!" sapa Icha senang.

Mereka saling berpelukan, melepaskan rasa rindu yang mereka tahan selama kurang lebih sebulan.

"Kangennnn tahuuu." Icha semakin mempererat pelukan di antara mereka bertiga.

Setelah di rasa cukup, ketiganya melepaskan pelukan mereka. Tetapi ada yang beda dengan Alsa. Kini air mata Alsa tanpa sadar sudah keluar melihat Kia yang berada di depannya.

Terakhir kali Kia pergi dalam keadaan sangat kacau. Sekarang Kia terlihat sudah lebih baik dari saat itu.

"Alsa...jangan nangis," ucap Kia memeluk Alsa.

Alsa mengangguk, tetapi air matanya tidak berhenti keluar.

"Alsa baperan banget sekarang Ki," ledek Icha membuat Alsa tertawa.

Alsa melepaskan pelukan mereka. Menatap Kia dengan senyum. "Gue seneng lo kembali," ucap Alsa dan diangguki oleh Kia.

"Selamat datang kembali Kiana," ucap Rasya yang tiba-tiba muncul.

Kia menoleh, lalu mengangguk dengan senyum. "Makasih Rasya," jawabnya ramah.

Jika saja Kia bukanlah gadis yang kotor, mungkin dirinya sudah berniat untuk mendekati Rasya. Tetapi kini dirinya sadar sudah bukan gadis yang layak untuk diperjuangkan. Hatinya telah salah memilih seseorang untuk singgah.

Malam ini. Alsa dan Icha makan malam di rumah Kia. Bersama kedua orang tua Kia.

"Kalian nginep di sini saja?" tawar Ibunda Kia.

Alsa tersenyum. "Maaf tante nggak enak ninggal suami, lain kali mungkin," jawab Alsa sungkan.

Bunda Kia mengangguk paham. Lalu beralih menatap Icha dengan harapan berbeda jawabannya.

Icha yang tersenyum malu-malu. "Aku sih bisa aja tante, tergantung Kianya," jawab Icha yang langsung mendapat sentilan dari Kia.

"Bilang aja iya, ribet lo," jelas Kia membuat mereka tertawa.

Dan kini Alsa sudah berada di dalam mobil bersama dengan Gerald. Rasya sudah pulang setelah tadi mengantar mereka ke rumah Kia. Sementara Icha menginap di rumah Kia.

"Senyum terus dari tadi. Seneng banget ya Kia pulang?" pertanyaan Gerald membuat Alsa seketika menoleh.

Alsa mengangguk. "Gue seneng lihat tawa Kia sekarang," jawab Alsa tanpa sadar membuat Gerald mengernyit.

"Memangnya Kia kenapa? sakit gigi?" tanya Gerald membuat Alsa menggeleng dengan tawa.

"Memangnya yang bikin nggak bisa senyum cuma gigi yang sakit? masalah juga kan?" tanya Alsa dan diangguki oleh Gerald.

"Terus Kia kenapa?" tanya Gerald membuat Alsa menatap Gerald sekilas.

Alsa terdiam. Mengingat kembali ketika Kia menghubunginya dengan keadaan kacau di malam itu.

"Nggak usah," lanjut Gerald dan diangguki oleh Alsa.

Mobil Gerald melaju dengan kecepatan sedang. Malam ini tidak begitu padat karena memang sudah cukup malam.

Tanpa sengaja mata Alsa menangkap sosok Leona yang sedang berdiri di dekat mobilnya. Alsa yakin ada yang tidak beres dengan mobil Leona saat ini.

Tangan Alsa mengepal, antara ingin membantu atau membiarkannya saja. Matanya memejan untuk meyakinkan dirinya.

"Sial," umpat Alsa membuat Gerald menoleh.

"Stop Rald," suruh Alsa membuat Gerald menghentikan laju mobilnya.

Ssssttttt...

"Ada apa?" tanya Gerald ingin tahu.

Alsa menoleh ke arah belakang. Dimana Leona masih berdiri di dekat mobilnya. Mungkin Leona sedang menunggu bantuan atau menunggu orang bengkel yang dia hubungi.

"Bentar." Alsa keluar dari mobil Gerald.

Melangkah maju dimana Leona kini berada. Melihat kedatangan Alsa membuat senyum Leona mengembang.

"Alsa." Leona tampak senang dengan kedatangan Alsa.

"Mobil lo kenapa?" tanya Alsa tanpa basa-basi.

"Nggak tahu, tiba-tiba mogok," jelas Leona dan diangguki oleh Alsa.

"Lo sama siapa Al?" tanya Leona melihat Alsa yang datang seorang diri.

Alsa menoleh ke arah mobilnya. "Gerald," jawab Alsa dan diangguki oleh Alsa.

"Udah hubungi bengkel?" tanya Alsa lagi.

Leona menggeleng. "Gue udah tele-"

"Sayang," suara dari seseorang yang keduanya sangat kenali.

Mami Eva datang dan langsung memeluk Leona. "Kamu tidak papa sayang?" tanya Mami Eva penuh kekhawatiran.

Leona menggeleng. "Loe baik-baik aja Mi," jawabnya.

Alsa terpaku di tempatnya. Tersenyum melihat kedekatan Leona dan Maminya. Sangat jauh berbeda dengan dirinya dan Maminya. Bahkan Mami Eva sendiri tidak menyadari adanya Alsa di tempat itu.

"Untung ada Al yang nemenin Leo," ucap Leona membuat Mami Eva melepaskan peluknya.

Mami Eva menoleh ke arah Alsa yang masih berdiri di tempatnya. "Alsa ka-"

"Aku pamit, duluan ya?" Alsa berlalu pergi.

Sebenarnya sakit melihat Maminya yang tidak pernah memperlakukan dirinya seperti ketika memperlakukan Leona. Tetapi karena sudah sering Alsa mendapatkan posisi seperti itu, seakan sudah terbiasa bagi Alsa.

"Kejar Al Mi," suruh Leona membuat Mami Eva menatap Leona dalam.

"Kejar Mi." Leona berharap Maminya mau mengejar Alsa.

Tetapi Mami Eva malah merangkulnya untuk masuk ke dalam mobilnya.

Leona menoleh ke belakang. Dimana kini Alsa sedang di peluk oleh Gerald. Suaminya.

Sorry Al batin Leona merasa bersalah.

Gerald mencoba untuk menenangkan Alsa. Tidak ada tangis di wajah Alsa, tetapi hati Alsa jelas sedang tidak baik-baik saja.

"Pulang sekarang?" tanya Gerald dan diangguki oleh Alsa.

Gerald menuntun Alsa untuk masuk ke dalam mobilnya. Lalu kembali melajukan mobilnya. Sesekali ekor matanya melirik ke arah Alsa yang sedang bermain ponselnya.

Gerald tahu itu semua Alsa lakukan untuk mengalihkan rasa sakit hatinya.

"Mau ke suatu tempat?" tanya Gerald membuat Alsa menoleh.

"Sudah malam Rald," jawab Alsa.

"Kamu capek?" tanya Gerald dan dijawab Alsa dengan gelengan kepala.

"Kalau begitu harus jawab iya." Gerald tersenyum yang membuat Alsa mengernyit. "Memangnya kita mau kemana?"

"Nanti juga kamu tahu," ucap Gerald seraya mengacak rambut Alsa pelan.

Gerald menuntun Alsa untuk naik ke atas gedung. Dimana di sana terlihat pemandangan kota dengan kemerlip lampu sebagai penerang. Sangat indah karena gedung itu cukup tinggi.

"Sering ke sini?" tanya Alsa dan diangguki oleh Gerald.

"Indah ya di sini." Alsa menatap ke arah gemerlap lampu yang terlihat dari atas gedung tersebut.

"Tapi nggak lebih indah dari kamu," jawab Gerald membuat Alsa menoleh. Sebelum akhirnya senyum indah itu terukir dari wajah cantiknya.

"Ini bukannya gedung apartemen Rald?" tanya Alsa dan diangguki oleh Gerald.

"Kamu lihat gedung itu Al, itu apartemen kita, dan sekarang...kita juga punya apartemen di sini," jelas Gerald membuat Alsa mengernyit.

"Beli lagi?" tanya Alsa yang kembali diangguki oleh Gerald.

"Untuk anak kita," jawab Gerald membuat Alsa tersenyum.

Alsa masuk ke dalam pelukan Gerald. "Terimakasih sudah berjuang untuk kita."

Gerald mencium puncuk kepala Alsa lembut. "Sudah kewajibanku," jawab Gerald memperat pelukan di antara mereka.

"Malam ini tidur di sini ya?"

Alsa melepaskan pelukan di antara mereka, menatap Gerald yang sedang menaik turunkan kedua alisnya.

Sebelum akhirnya senyum Alsa terukir dengan anggukan di kepalanya.

Keduanya menunggu lift untuk menuju dimana apartemen yang sudah Gerald beli untuk anak mereka nantinya.

Sampai di apartemen. Alsa takjub dengan desain apartemen yang bahkan lebih megah dari apartemen Gerald yang dia beli ketika masih sekolah dulu.

"Ini terlalu mahal Rald," ucap Alsa seraya melihat ke sekeliling ruangan.

"Untuk kamu dan anak kita nggak mahal Al," jawab Gerald membuat Alsa tersenyum.

Alsa menoleh ke arah Gerald. Tersenyum tulus ke arah laki-laki yang selalu bisa membuatnya bahagia.

"Jangan pergi lagi, tetaplah di sini," ucap Alsa membuat Gerald menarik Alsa masuk ke dalam peluknya.

"Aku ada untukmu," jawab Gerald mengelus pundak Alsa lembut.

Pagi harinya Alsa dikejutkan dengan tidak adanya Gerald di sisinya. Padahal tadi malam mereka baru saja melakukan sebuah pertempuran di apartemen baru itu.

Alsa beranjak dari ranjang. Langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak butuh waktu lama untuk Alsa mandi, setelah selesai Alsa keluar dari apartemen dengan niatan mencari Gerald.

Karena ponsel Gerald juga dia tinggal di apartemen. Mata Alsa melotot kala melihat Gerald yang sedang mengobrol dengan seseorang. Dia adalah Digo, tetapi yang membuat Alsa terkejut ialah karena banyak wanita yang sedang memandangi mereka. Lebih tepatnya memandangi Gerald. Mungkin penghuni apartemen yang baru saja melihat adanya Gerald.

Alsa menghela napas. Lalu menghampiri keduanya, melihat kedatangan Alsa membuat Gerald tidak kalah terkejut. Sementara Digo mengulum senyum melihat ekspresi Gerald yang selalu cemas setiap kali ada dirinya dan Alsa.

"Digo tinggal di sini juga?" tanya Alsa dan diangguki oleh Digo.

"Sayang kenapa nggak tunggu di dalam saja?" tanya Gerald membuat Alsa menatap Gerald malas.

"Rald, Al duluan ya?" pamit Digo merasa tidak enak hati.

Setiap kali ada Alsa pasti Gerald akan merasa tersaingi, padahal jelas-jelas itu karena bawaan hamilnya Alsa. Jika Digo cukup tahu diri, Gerald tidak sepadan dengan dirinya. Gerald juga sudah banyak membantu perusahaannya untuk kembali pulih seperti saat ini.

"Kamu kenapa sih sayang?" tanya Alsa melihat Alsa yang masih berwajah kesal.

"Nggak papa," jawab Alsa singkat.

Gerald tersenyum. "Masih kurang yang tadi malam?" pertanyaan Gerald membuat Alsa melotot.

"Gerald!" kesal Alsa membuat Gerald tertawa.

"Kita bisa lanjutin lagi sekarang," bisik Gerald membuat Alsa semakin kesal, tetapi juga malu.

Gerald menarik pinggang Alsa untuk lebih mendekat dengannya. "Kamu makin cantik kalau lagi ngambek," bisik Gerald membuat Alsa sudah tidak tahan lagi.

Niatnya biar Gerald juga merasa kesal dan cemburu dengannya. Tetapi setelah Digo pergi, Gerald malah bersikap biasa. Bahkan malah terus saja menggodanya

"Kamu nggak lihat dari tadi banyak cewek-cewek yang lihatin kamu terus?" tanya Alsa melirik ke arah cewek-cewek yang masih menatap Gerald.

Gerald menoleh. Menghela napas melihat beberapa gadis yang masih saja menatapnya.

"Cemburu?" goda Gerald yang langsung mendapat pelototan mata dari Alsa.

"Wajar Al suami kamu kan ganteng," lanjut Gerald penuh percaya diri.

Alsa mendelik, menatap Gerald dengan kesal.

"Kita bisa jual apartemen ini kalau kamu nggak nyaman," jelas Gerald seraya menuntun Alsa untuk kembali ke apartemen mereka.

"Tapi sayang Rald."

"Lebih sayangan kamu istriku," jawab Gerald membuat Alsa menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Gerald penasaran.

Alsa menatap Gerald, lalu tersenyum sebelum mengecup bibir Gerald di depan gadis-gadis yang kini sedang terperangah kaget dengan apa yang baru saja Alsa lakukan.

"Patah hati kan kalian? mamp*s," gumam Alsa tersenyum penuh kemenangan.

1
Andriyati
buat apa,, anda sudah tidak di butuhkan
Andriyati
lagian aneh banget,, tinggal umumin kalau kalian sudah menikah,, idup kok di buat ribet
Andriyati
lagian ya saran dari icha itu selalu menjerumuskan kamu lo Al malah di ikuti,, aneh,, sahabat boleh tapi kalau saran ke arah yg gak baik jangan di ikuti
Uti Enzo
Luar biasa
Kayla Fadhil Nabil
ss
Kayla Fadhil Nabil
Saya
Uti Enzo
aku ikut bingung
ReynaL Rohiman
Luar biasa
Nona Aan Chayank
Yg herannya Papi Dion kaya gk ada harga dirinya banget, dapat istri jalang kaya si Eva ini, tapi kok bisa bertahan segitunya sampai mengabaikan Alsa yg anak kandungnya..
Yani Saja
Bagus
Asih Nurhayati
agak bingung ma alur nya loh
Nona Aan Chayank
Yang lucu itu Papi Dion..

kok segitu nya merawat anak hasil hubungan gelap mami Eva daripada Alsa yg anak kandung nya?
Lestary Tri
kerenn, ceritanya menarik . tdk membosan kan dan slalu candu di setiap part nya .
Kang cilok: Mampir juga kak ke “KAU DAN AKU, BERSAMA”😄
total 1 replies
Lestary Tri
huhhh . aku mampir lagi kak. gak bisa jauh" dr crita gerald dan alsa . entah lah cerita mereka terlalu canduu . sehat" kak . semangat buat karya yg bagus" lagi . slalu di tunggu . love kakak author .
Bahreil Ajah: pppppp
total 1 replies
Ahmadamrab Ahmadamran
jangan terima Alsa biarkan si Eva nyesal
Nur Laely
Luar biasa
Nur Laely
babang ganteung pulangg
Neng Siti
Luar biasa
duoNaNa
ga menghargai diri sendiri
fajar Rokman.
mampir lAgi thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!