menceritakan seorang guru yang ingin hidup sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M syamsur Rizal (Rizal), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sella dan alex
Tak lama kemudian, seorang pria berpenampilan rapi dengan jas hitam mahal memasuki restoran. Langkahnya mantap, auranya memancarkan kekuasaan dan kepercayaan diri. Namun, di balik senyumnya, tersimpan kesombongan dan ketidakpedulian.
"Hai..." ucap Alex dengan senyum menawan, menghampiri meja Sella dan ibunya. Senyumnya palsu, hanya untuk memikat mereka.
"Alex!" Sella segera berdiri menyambutnya dengan senyum lebar. Ia memeluk Alex dengan mesra, seolah tak sabar untuk menghabiskan waktu bersamanya. Pelukannya erat, namun hanya untuk mendapatkan kekayaan Alex.
"Aduh, Alex! Udah lama nggak ketemu, kamu makin tampan aja, sih," puji Ibu Sella dengan nada menggoda. Ia menatap Alex dengan tatapan kagum, seolah melihat seorang pangeran yang datang untuk menyelamatkan mereka. Tatapannya penuh perhitungan, hanya untuk mendapatkan kekayaan Alex.
"Oh ya? Ah, Tante bisa aja," jawab Alex sambil tersenyum bangga. "Ya iyalah, aku kan keluar banyak uang buat perawatan, hahaha!" Alex tertawa renyah, menunjukkan deretan gigi putihnya yang berkilauan. Tawanya hambar, hanya untuk menunjukkan kekayaannya.
Mereka pun tersenyum dan tertawa bersama, menikmati suasana bahagia yang tercipta di antara mereka. Namun, di balik senyum dan tawa itu, tersimpan kebohongan dan kelicikan.
Ibu Sella dengan sigap menyuruh Alex untuk duduk di dekat Sella. "Marilah, Alex, duduklah di samping Sella. Kalian ini cocok banget, deh. Ibu jadi nggak sabar pengen nimang cucu dari kalian." Ia merasa senang karena rencananya berjalan lancar.
"Sayang, aku denger-denger si pecundang itu udah dicerai, ya?" tanya Alex dengan nada mengejek, merujuk pada Andre. Ia merasa puas karena telah berhasil menghancurkan hidup orang lain.
"Iya, Alex. Semua berjalan sesuai rencana kita. Aku kan udah bilang, aku mengandung anakmu. Waktu kamu ninggalin aku dulu, aku udah hamil. Sekarang kamu nggak mungkin lepas tanggung jawab, kan?" Sella menggoda Alex, memainkan perannya sebagai wanita yang terluka dan membutuhkan perlindungan. Ia merasa bangga karena telah berhasil menjerat Alex dalam perangkapnya.
"Nggak akan lah, Sayang. Gimana mungkin aku lepas tanggung jawab? Ayahku udah pengen banget nimang cucu dari aku. Apalagi kalau cucunya laki-laki, wah, pasti dia seneng banget," jawab Alex sambil tersenyum penuh arti. Ia merasa senang karena akan segera menjadi seorang ayah.
Sella dan ibunya saling bertukar pandang, lalu tersenyum sinis. Mereka merasa berhasil menjerat Alex dalam perangkap mereka. Mereka merasa senang karena telah berhasil memanfaatkan Alex. Namun, mereka tidak tahu bahwa karma akan segera datang.
"Sayang, kamu yakin itu anak laki-laki?" tanya Alex, menatap Sella dengan tatapan menyelidik. Ia ingin memastikan bahwa Sella benar-benar mengandung anak laki-laki, karena itu sangat penting bagi keluarganya. Ia merasa cemas jika Sella berbohong padanya.
"Aduh, Alex, kamu tenang aja, Sayang. Aku udah khusus bayar orang buat ngecek kok. Hasilnya, ini pasti anak laki-laki. Kamu nggak usah khawatir, ya," jawab Ibu Sella dengan nada meyakinkan. Ia menggenggam tangan Alex, mencoba menenangkannya.
Sella tersenyum puas mendengar ucapan Alex. Ia merasa rencananya berjalan dengan sempurna. Ia akan mendapatkan Alex, kekayaannya, dan status sosial yang tinggi.
"Alex, kamu inget kan, waktu itu kamu pernah janji mau beliin aku tas Hermes yang limited edition? Aku pengen banget tas itu, soalnya cuma ada satu di dunia," pinta Sella dengan nada manja. Ia menatap Alex dengan tatapan memelas, berharap Alex akan memenuhi permintaannya.
