Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Bisa Batal
Setelah 45 menunggu di ruang VIP, tamu yang dinanti akhirnya datang juga.
Eva sempat tersenyum getir sambil membuang muka saat melihat sosok Yongki dan istrinya masuk. Eva sudah menebak karena ayahnya menolak menyebutkan nama saat Eva bertanya siapa yang akan mereka temui di restoran.
Sutikno sengaja merahasiakan rencana pertemuannya dengan Yongki karena sejak awal Eva menolak ajakan ayahnya untuk datang ke rumah Yongki.
“Kenapa harus kita yang datang ke rumah om Yongki ? Kenapa papa harus takut minta pertunanganku dengan Anggara dibatalkan ? Dia dijatuhi hukuman 8 tahun penjara dan usiaku bukan anak remaja lagi. Sekarang umurku 27, 8 tahun lagi berarti 35 tahun.”
“Calon mertuamu sedang mengusahakan keringanan hukuman untuk Anggara.”
“Tetap saja dia akan jadi mantan narapidana Pa.”
“Jangan begitu Eva !” tegur Sutikno dengan nada keras. “Seharusnya kamu bangga memiliki calon suami seperti Anggara yang rela mengorbankan diri demi adiknya sendiri. Papa yakin pria semacam Anggara sangat bertanggungjawab sebagai kepala keluarga.”
Lamunan Eva buyar saat lengannya disikut sang mama yang memberi isyarat supaya putrinya menyapa calon mertuanya.
Terpaksa Eva tersenyum, “Selamat malam Dad, Mom.”
Deasy, istri Yongki, menghampiri Eva dan langsung memeluknya. “Terima kasih karena kamu selalu mendukung Anggara.”
“Saya tidak berbuat apa-apa Mom,” sahut Eva dengan nada merendah.
“Daddy bilang kamu tidak pernah absen dalam setiap persidangan. Kehadiramu pasti sangat berarti untuk Anggara,”
Deasy melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Eva yang tersenyum seolah-olah bahagia mendapat pujian calon ibu mertuanya.
Seandainya kalian tahu kalau akulah yang memberitahu tentang bukti itu untuk membuat Anggara menerima ganjarannya, aku yakin sikap kalian tidak akan sebaik ini, batin Eva.
Tiba-tiba wajah Eva berubah cerah karena mendapat ide baru yang dia yakin bisa membuat Yongki dan Ratih membencinya dan membatalkan niat mereka menjadikan Eva sebagai menantu.
Mereka duduk di meja bundar dengan posisi Eva di tengah-tengah pasangan orang tua. Rasanya tidak nyaman tapi Eva tidak punya pilihan.
Entah siapa dan kapan memesan, tidak lama para pelayan masuk membawakan makanan.
Lama kelamaan Eva mula bosan bahkan mual dengan obrolan yang penuh basa basi dan kemunafikan.
Pikirannya mencari cara untuk kabur tapi tidak mudah apalagi saat Yongki membahas tentang kelanjutan pertungan Anggara dan Eva.
“Daddy harap kamu bersabar menunggu Anggara bebas. Daddy sedang mengusahakan hukumannya seringan mungkin.”
“Tentu saja tidak masalah. Ya kan Eva ?” ujar Sutikno sambil menatao putrinya.
“Saya ingin mengakhiri pertunangan kami.”
“Eva, apa maksudmu ?” tegur Sutikno yang kaget bukan main mendengar pernyataan putrinya.
“Kamu mau membuat kami malu ?” desis Sutikno dengan amarah yang ditahannya.
Tapi Eva tidak peduli dengan kemarahan ayahnya apalagi saat melihat ekspresi Yongki dan Deasy terlihat biasa saja, tidak terkejut apalagi sedih.
“Maafkan saya. Alasan saya bukan karena Anggara dipenjara tapi saya tidak mau punya suami yang tidak bisa memegang komitmen.”
“Apa maksudmu Eva ?” bisik Warsi, ibu kandungnya.
Eva menghela nafas dan tatapannya tetap fokus pada Yongki dan Deasy.
“Anggara tidak bisa setia dengan satu perempuan. Bahkan setelah kami bertunangan, dia masih mengobral cinta pads banyak wanita. Bukan sekedar masalah sakit hati, saya tidak mau tertular penyakit seksual.”
“Jaga bicaramu Eva !” tegur Daisy dengan sangat keras bahkan mata wanita baya itu sampai melotot.
“Tuduhan tanpa bukti sama saja fitnah !” lanjut Deasy.
”Tentu saja…”
TRING !
Yongki meletakkan sendok garpunya sampai berbunyi nyaring hingga Eva tidak menyelesaikan ucapannya.
“Pernikahan kalian adalah sebuah kesepakatan bisnis dan orangtuamu sudah menerima bayarannya dimuka,” tegas Yongki sambil melirik Sutikno yang mulai gelisah.
“Maafkan perkataaan Eva, Pak Yongki. Saya pastikan putri saya tidak akan membatalkan pertunangannya dengan Anggara.”
“Papa !” Mata Eva membola menatap ayahnya. “Papa tega menjual putri sendiri demi uang ?”
“Diam kamu !” geram Sutikno dengan mata melotot.
Dengan perasaan geram, Eva mendorong kursinya menjauhi meja dan beranjak bangun.
“Maaf keputusan saya tidak berubah Tuan Yongki dan Nyonya Daisy. Saya permisi.”
Bergegas Eva keluar ruangan membuat Sutikno semakin tidak enak pada calon besannya.
Khawatir dikejar pengawal pribadi Yongki, Eva mencoba keluar lewat pintu belakang restoran. Sayangnya menurut pelayan pintu untuk karyawan harus melewati dapur dan tidak sembarang orang bisa masuk ke sana.
“Eva ?”
Eva menoleh dan wajahnya kelihatan lega begitu melihat Roni baru saja keluar dari toilet pria.
“Ngapain kamu di sini ? Dating ?” tanya Roni sambil mengangkat alisnya sebelah.
“Panjang ceritanya. Tolong aku pak Roni. Ijinkan saya pulang bersama anda.”
Roni bergeming dengan kedua alis menaut. Dia tidak akan mengiyakan sebelum tahu masalah yang terjadi pada Eva.
“Pak Yongki dan istrinya ada di sini, sedang bersama orangtuaku. Aku kabur karena menolak pertunanganku dengan Anggara tetap berlanjut.”
“Aku tidak mau ! Bagaimana kalau mereka menuduhku sengaja menculikmu ?”
Roni melewati Eva namun lengannya ditahan wanita itu. “Saya mohon, tolong saya kali ini pak Roni. Saya bersedia mengabulkan satu permohonan apapun seandainya anda biaa membawa saya pergi dari sini.”
Melihat Eva benar-benar ketakutan, akhirnya Roni memberi isyarat supaya wanita itu mengikutinya.
Teenyata tidak ada satu pun orang di luar restoran yang menghampiri Eva bahkan sampai dia masuk ke dalam mobil.
Tanpa menunggu lama, Roni melajukan mobilnya, meninggalkan parkiran restoran.
Setelah sepuluh menit perjalanan, wajah Eva baru kelihatan tenang dan ia pun bisa duduk santai.
“Takut ketuaan nunggu Anggara keluar dari penjara ?” ledek Roni sambil terkekeh.
“Sebelum kasus anda dan Arumi mencuat, saya sudah ingin berpisah dengan Anggara.”
“Panggil aku Roni saja dan tidak lerlu bicara formal begitu.”
Meski awalnya ragu akhirnya Eva menggangguk. “Baiklah. Roni.”
“Jadi ?”
“Apa ?” Eva kelihatan bingung. Pikirannya sedang membayangkan konsekuensi yang harus ditanggungnya saat pulang ke rumah.
“Tumpanganku tidak gratis.”
“Ooohh.” Eva mengangguk. “Anggara tipikal anak orang kaya yang hidup seenaknya dengan harta orang tua.”
“Bukannya wajar ?”
“Aku bukan perempuan kolot dan idealis tapi aku sangat anti dengan obat-obatan terlarang dan prostitusi.”
“Maksudmu Anggara……” Roni hanya menggunakan isyarat tangan untuk menegaskan ucapannya.
“Ya, seorang penjaja kelas atas. Namanya Yunita dan sudah sering dia mengirimkan foto atau video tidak senonoh yang membuatku jijik sampai ingin muntah.”
Roni menarik satu sudut bibirnya. “Sudah pernah komplain pada Anggara ?”
“Entah sudah berapa puluh kali selama dua tahun kami bertunangan tapi dia bilang selama kami belum resmi sebagai suami istri, aku tidak berhak mengekang hidupnya malah dia juga menyalahkan aku karena tidak mau memberikan apa yang dia inginkan.”
Kali ini Roni hanya diam dan fokus menyetir mobil.
“Terus terang untuk masalah yang satu itu, aku termasuk wanita kolot. Pengalaman beberapa temanku yang ditinggal setelah keperawanan mereka direnggut bahkan ada yang sampai hamil membuatku sangat hati-hati meski sudah lama tinggal di Jakarta.”
“Jangan berpikir kehidupan seks bebas hanya terjadi di Jakarta,” ujar Roni sedikit emosi.
Akhirnya Eva bisa tertawa lagi. “Maaf bukan maksudku menganggap anak-anak Jakarta lebih buruk dari kami yang tinggal di daerah.”
Roni hanya tersenyum sinis.
“Lalu sudah memikirkan bagaimana bisa melepaskan diri dari Yongki ?”
“Belum ada ide. Masalahnya papa tidak pernah mau terus terang perjanjian apa yang disepakatinya dengan om Yongki sampai mengharuskan aku menikah dengan Anggara.”
Sekali lagi Roni tersenyum sinis dan memastikan kemana Eva harus diantar.
ga ush glau trs,kn raka srius mau bkin arumi bhgia....bntr lg ga bkln dpt status janda,plus ga perawan lg....🤭🤭🤭
bru shri loh,tp udh khilangn kn????
mkanya,jgn gngsi lh arumi...mskpn msih ragu,ksih ksmptan raka buat mmbuktikan kl dia srius....
sok2an mnta bls budi,pdhl mh cma modus aja krna mau dktin raka....
tnggu aja tunanganmu kluar pnjra,kn ccok pnjht sm siluman rubah....😝😝😝
skrng bru spatu yg mlayang,lain kli mngkin kursi atw meja....🤣🤣🤣
slmt brjuang......
pling jg bpknya eva pnya htang sm yg onoh,mkanya anknya ga bs lpas....scra kn kl btal msti gnti rugi kaleee......udh biasa jual anknya dmi hrta.....kira2 roni bwa eva kmn y???jgn smp dia bntuin,tp msih ttp ngusik arumi.....