NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:581
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Lampu-lampu temaram menyala di sepanjang dermaga kayu, memantul di permukaan laut yang tenang bagaikan kaca.

Bramantya menggandeng tangan Rianti sambil menutup mata istrinya dari belakang.

“Bram, kamu mau culik aku lagi ya?” goda Rianti sambil tertawa.

“Diam. Ikuti saja. Kalau jatuh biar aku tanggung jawab seumur hidup.” jawab Bram santai.

Ceklek.

Rianti merasakan angin laut menyentuh wajahnya.

Bram melepaskan kedua tangannya dari mata Rianti.

“Waaah…”

Rianti membelalakkan matanya saat melihat sebuah meja makan malam romantis berdiri di ujung dermaga, dihiasi kelopak bunga mawar putih dan lilin mengambang dalam mangkuk kaca.

Di sekelilingnya, lampu-lampu gantung menggantung di tali seperti bintang-bintang yang diturunkan ke bumi.

Bahkan ada pemain biola yang berdiri tidak jauh dari mereka, memainkan nada lembut.

Bram menarik kursi untuk istrinya.

“Silakan duduk, Ratu Maldives.”

Rianti duduk dengan pipi merona.

“Kenapa kamu romantis banget hari ini…”

“Karena aku takut besok kamu lupa lagi.” sindir Bram.

Rianti mencubit lengan suaminya yang sangat menggemaskan.

Menu utama pun disajikan steak wagyu dan sashimi segar, lengkap dengan mocktail berwarna pink lembut.

Rianti menyuapi Bram sepotong, sengaja mendekatkan sendok terlalu lama.

“Buka mulut.”

“Aku bisa makan sendiri.”

“Ini perintah istri.”

Bram mendengus tapi tetap membuka mulut. Rianti malah pura-pura tarik sendoknya.

“Ups.”

“RIANTI.”

“HAHAHA!”

 Selesai makan, tiba-tiba Bram berdiri.

Ia berjalan ke belakang Rianti lalu berlutut di hadapan istrinya.

Rianti langsung panik saat melihat suaminya yang sedang berlutut.

“BRAM! Jangan lamar aku lagi! Kita udah nikah! Orang bisa salah paham!”

Bram tidak menjawab. Ia hanya mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam.

Klik.

Di dalamnya terpampang kalung berlian berbentuk bulan sabit dan bintang.

Wajah Rianti langsung melunak.

“Cantik banget…”

“Bulan itu kamu. Bintangnya itu aku.” ucap Bram serius sambil memperlihatkan sedikit senyum.

“Kenapa aku bulan?”

“Karena kamu membuat malamku bersinar.”

Rianti langsung terdiam… lalu menunduk malu.

Dengan perlahan, Bram berdiri dan memasang kalung itu di leher istrinya dari belakang.

“Selesai.”

Rianti menyentuh kalung itu dengan jari gemetar.

“Bram, terima kasih.”

“Belum selesai.”

Bram kemudian mengulurkan tangannya ke arah Rianti.

“Bolehkah saya ajak istri saya berdansa?”

Rianti tertawa kecil saat melihat tingkah suaminya.

“Kita di dermaga, Bram. Nanti kita jatuh.”

“Kalau jatuh, aku peluk kamu. Nggak akan tenggelam. Aku pelampung bersertifikat.”

Rianti akhirnya menerima tangan Bram. Dan di bawah cahaya rembulan dan suara biola, mereka berdansa perlahan.

Bram menatap dalam matanya.

“Ri.”

“Hm?”

“Kalau aku terlalu mencintaimu… bilang ya.”

Rianti tersenyum tipis.

“Nanti kalau kamu berhenti mencintai aku… baru aku marah.”

Bram merapatkan tubuh Rianti ke dadanya.

“Sudah telat. Aku nggak akan bisa berhenti.”

Setelah makan malam, mereka berjalan kembali ke villa di atas laut.

Rianti membuka pintu lebih dulu, hendak melepas sandal high heelsnya.

Namun baru selangkah masuk, sepasang tangan hangat langsung melingkar dari belakang, menarik tubuhnya hingga menempel ke dada bidang Bramantya.

Pelan tapi mantap, Bram merapatkan pelukannya.

Leher Rianti langsung disandarkan pada bahunya.

“B-Bram, kamu ngapain?” gumam Rianti sambil tertawa kecil.

Bram menundukkan wajahnya, menempelkan bibirnya di ujung telinga istrinya lalu berbisik dengan suara rendah.

“Sayang, kamu cantik sekali malam ini.”

Rianti membeku sepersekian detik dan pipinya langsung panas.

“B-bram… dari tadi kamu udah bilang berkali-kali…”

“Aku baru bilang ratusan kali. Belum cukup.” balas Bram santai.

Tangannya bergerak pelan, mengusap lengan Rianti hingga membuat bulu kuduknya meremang.

Rianti berusaha kabur dari pelukan suaminya yang membuatnya merinding.

“Udah ah, aku mau mandi dulu.”

Namun Bram semakin mengeratkan pelukannya.

“Tidak boleh.”

“Kenapa nggak boleh?”

“Karena kamu terlalu cantik. Aku belum puas melihat kamu.”

Rianti terdiam. Lalu tersenyum kecil.

“Gombal kelas kakap.”

“Bukan gombal.”

Bram membalik tubuh Rianti agar menghadapnya.

“Kamu, istri paling cantik, paling keras kepala, dan paling kucintai seumur hidupku.”

Rianti menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan senyum berlebihan.

“Kalo gitu…”

Ia menarik kerah bajunya sendiri, mendekat ke wajah Bram.

“Selesaikan pujiannya sambil mandiin aku.”

Bram mengangkat alis.

“Permintaan diterima.”

Dan malam itu suara tawa dan cipratan air menggema dari kamar mandi villa Maldives.

Keesokan paginya cahaya matahari pagi menembus tirai tipis kamar mereka, memantul di permukaan laut jernih yang terlihat dari lantai kaca.

Rianti menggeliat pelan di ranjang, menyadari ada sesuatu yang berat melingkari pinggangnya.

Ia menoleh perlahan. Bram masih tertidur, wajahnya tenang, rambut sedikit berantakan. Entah kenapa, melihatnya seperti itu membuat hati Rianti meleleh.

Kenapa kamu ganteng bahkan pas tidur…” gumamnya.

Tiba-tiba bibir Bram bergerak.

“Karena aku tidur di samping istri paling cantik sedunia.”

“Bram! Kamu pura-pura tidur?!”

Bram membuka mata sambil terkekeh kecil. Ia menarik Rianti mendekat dan menyembunyikan wajahnya di leher istrinya.

“Pagi, Sayang…”

Rianti mencoba kabur, tapi Bram mengeratkan pelukannya seperti gurita.

“Lepas, aku mau ambil air min—”

“Airnya di sini.” Bram menunjuk dadanya.

“Silakan minum sepuasnya.”

Rianti memukulnya pakai bantal. “Dasar gombaler profesional!”

Bram tertawa keras, lalu tiba-tiba membalik tubuh Rianti hingga ia terkunci di bawahnya.

“Pagi pertama di Maldives, harus dimulai dengan sesuatu yang istimewa.”

“Kamu jangan macam-macam ya…” Rianti memperingatkan, tapi senyumnya justru semakin lebar.

Bram mendekat, menempelkan keningnya ke kening Rianti.

“Tenang. Aku cuma mau…”

Ia berhenti sejenak.

Rianti menelan ludah.

“…cium selamat pagi.”

Dan ia melakukannya penuh dengan kelembutan, perlahan, penuh ketenangan, berbeda dari malam sebelumnya.

Rianti memejamkan mata, membalas dengan hati yang penuh.

Saat mereka berpisah, Bram berbisik:

“Boleh aku jatuh cinta sama kamu lagi hari ini?”

Rianti tersipu.

“Kalau berhenti, baru aku marah.”

Bram tersenyum lebar.

“Siap, Bu Marah."

Rianti bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.

Ia berdiri di depan cermin kamar mandi yang dikelilingi dinding kaca transparan menghadap laut.

Uap hangat memenuhi ruangan, aroma sabun kelapa dan vanilla menguar di udara.

Ia baru melepas gaun tidurnya ketika—

Ceklek.

Pintu kamar mandi dibuka tanpa permisi.

“BRAM!”

Bram muncul sambil mengucek mata seperti bayi bangun tidur.

“Aku takut kamu kepleset sendirian.”

“Alasan basi.”

“Bukan alasan,” ujarnya sambil melangkah masuk dan langsung memeluknya dari belakang. “Ini keamanan nasional.”

Rianti tertawa sambil pura-pura mencoba melepas pelukannya.

“Aku mandi dulu, kamu tunggu di luar.”

“Tidak bisa.”

“Kenapa?”

“Karena aku sudah resmi ditunjuk jadi shower bodyguard.”

Rianti menatapnya lewat pantulan kaca.

“Sertifikatnya mana?”

Bram tersenyum miring. “Mau kuperlihatkan… atau mau kau tes langsung?”

“Oke, Bodyguard. Tugas pertama: bantuin shampoo.”

“Dengan senang hati.”

Dan pagi itu, tawa mereka memenuhi kamar mandi air mengalir, busa menempel di pipi, Bram yang sengaja mencipratkan air ke wajah Rianti lalu kabur tapi tertangkap, hingga mereka berdua saling mengguyur layaknya anak kecil.

“Bram, itu sabun, bukan whipped cream!”

“Maaf, aku kalap.”

“Dasar Konglomerat Kebanyakan Drama!”

Setelah satu jam dikamar mandi, mereka berganti pakaian santai.

Rianti memakai dress putih tipis, rambutnya dibiarkan tergerai. Bram memakai kemeja linen longgar yang digulung sampai siku.

Seorang staf villa mengetuk pintu.

“Sir, Ma’am, floating breakfast is ready.”

Rianti keluar ke teras, dan matanya langsung berbinar.

Sebuah nampan besar dari rotan mengapung di permukaan air infinity pool yang langsung menghadap ke laut. Di atasnya terdapat:

Pancake bertumpuk dengan madu dan stroberi segar

Telur Benediktus

Roti panggang alpukat

Jus jeruk dan kelapa utuh dengan sedotan bambu. Dan tentu mocktail pink kesukaan Rianti

“BRAM! Ini lucu banget!” seru Rianti sambil menepuk tangan.

Bram tersenyum, duduk di pinggir kolam lalu menepuk pahanya.

“Sini, duduk sini.”

“Di pangkuanmu?”

“Tempat VIP cuma satu.”

Rianti pura-pura menghela napas dramatis.

“Baiklah…”

Ia duduk di atas pangkuan Bram, kaki mereka sama-sama terendam air.

Rianti mengambil sendok, lalu menyuapi Bramantya.

“Pagi ini, makanan pertama yang kamu makan, cintaku."

“Kalau begitu,”

Bram mengambil stroberi, mengangkatnya ke bibir Rianti,

“aku balas dengan cinta berserat tinggi.”

Rianti tertawa sambil memakannya.

Lalu tiba-tiba—

Cipak!

Bram mendorong pelan tubuh Rianti sampai jatuh ke air.

“BRAM!!!”

Rianti menyembul ke permukaan dengan wajah syok.

“Aku bilang sarapan RENANG bukan?”

“Dasar Konglomerat Tidak Waras!”

Bram loncat menyusul ke dalam air, mendekati Rianti dan mengangkatnya ke atas permukaan sambil tertawa.

“Tenang. Aku pelampung bersertifikat.”

Rianti pura-pura marah tapi akhirnya memeluk leher Bram sambil tersenyum.

“Kalau kamu terus kayak gini…” gumamnya.

“Hm?”

“Aku bisa jadi istri manja seumur hidup.”

Bram mengecup keningnya.

“Ya itu tujuan utamaku.”

Mereka berdua bercanda di kolam renang tanpa menyadarinya jika ada seseorang yang melihatnya dari jauh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!