NovelToon NovelToon
Aku Yang Untukmu

Aku Yang Untukmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Dari sekian banyak yang hadir dalam hidupmu, apa aku yang paling mundah untuk kau buang? Dari sekian banyak yang datang, apa aku yang paling tidak bisa jadi milikmu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AYU 23

Ini hari ketiga di Jakarta dan gue memilih untuk kuliah online atas perijinan ribet yang gue lakuin sehari lalu. Sehari lalu setelah Jihan akhirnya sadar dari koma dan gue bisa tidur dengan tenang. Duduk di teras sambil menikmati coklat panas di cuaca Jakarta yang terik, hal bodoh macam apa ini?

Gue terkekeh atas perlakuan yang gue lakuin saat ini. Sebelum kembali mengingat kenangan dimasa lalu. Seakan teras jadi tempat yang sering gue diami, menyiram tanaman di pagi hari sambil mengintip rumah Abiyan, jangan lupa bertengkar dan saut kekesalan dengan Jihan.

Ah rasanya gue merindukan masa masa itu.

Gue kembali mengetik tugas yang sempat gue diamkan. Sesekali menyesap coklat panas itu. Entah akan sampai kapan gue di Jakarta, meninggalkan kewajiban kuliah di Bandung adalah keputusan yang sempat di tentang Ayah. Tapi sampai kapanpun gue ngga akan bisa tenang sebelum Jihan boleh balik lagi ke rumah!

Gue menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan di ponsel dan menyalakan speaker, sebelum meletakkannya dimeja lagi untuk melanjutkan tugas.

Senyum gue seketika merekah saat sapaan selamat siang terdengar lebih tenang.

"Baru bangun tidur ya?"

"Kok tau?"

Gue melirik pada sudut laptop. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang dan terakhir kali pria itu mengirimkan pesan dijam lima subuh.

"Habis sholat subuh ketiduran,"

"Ngga jamaah dimasjid ya?"

"Hehe, enggak"

"Kasihan Zidan ngga ada yang nganterin main basket sama anak komplek"

"Kaya dia ngga kasihan aja kalo gue balik dari masjid sendirian,"

Gue terkekeh, pria itu baru saja menguap dibalik sana. Menyalurkan rasa kantuk sebelum kembali melanjutkan omelannya seputar Zidan.

"Lagian dia udah dewasa, masa ke masjid pas subuh aja harus ada temennya"

"Kaya lo bisa sendiri aja"

"Bisa asal pas suara azdan lagi berkumandang" gue bisa denger suara kekehan disana. Dasar manusia, selalu saja takut jalan dikesunyian subuh! Ya termasuk gue sih.

"Gimana abang lo, Yuk?"

"Udah siuman, makasih ya doa nya"

"Bukan apa apa, ntar kalo mau balik kabarin aja biar gue jemput di stasiun"

Detik dimana gue memutuskan buat balik sendiri, Juna ada untuk nganter gue. Bukan cuma sampe stasiun di Bandung, tapi sampe Jakarta. Bahkan kalau saja Abiyan yang ngejemput gue kala itu notice, ada Juna yang bela belain pake uang tabungannya buat mastiin gue baik baik aja sampe Jakarta.

Ah, gue pasti akan ganti itu! Kalau ada uang lebih nanti, insyaallah deh.

"Gue bakal lama sih di Jakarta, Jun"

"Kuliahnya?"

"Kemarin Ayah sempet marah marah sih karena gue minta stay dulu buat beberapa hari," gue menghela napas panjang, meletakkan laptop dan meraih ponsel untuk didekatkan ke telinga.

"Tapi rasanya ngga tenang kalo harus ninggalin keluarga disaat kaya gini, Jun"

"Percaya sama nyokap bokap lo, Yuk. Rugi juga ninggalin kuliah ntar,"

"Gue ngga mau nyesel kalau tiba tiba Jihan kenapa napa" gue menatap kesebrang. Melihat Biyan yang baru saja datang dengan motor varionya dan helm putih yang terlihat masih baru.

"Up to you, Yuk. Gue berharap semua baik baik aja, kalau ada apa apa bisa calling gue atau Zidan"

"Thanks"

"Ya udah gue mau siap siap kelas dulu"

Gue mengangguk walau gue yakin Juna juga ga liat itu. Bersamaan dengan panggilan yang berakhir, Abiyan melangkah kembali keluar setelah memarkirkan motornya. Berjalan menuju rumah gue dengan senyum simpul setelah tatapan kita sempat bertemu.

"Udah makan?"

Gue mengangguk pelan, "buat indomie tadi"

Abiyan duduk disebelah sambil melihat meja yang lumayan berantakan. Ada beberapa kertas, laptop, dan jangan lupa segelas coklat panas yang tinggal setelah.

"Lagi ngerjain tugas"

Abiyan mengulurkan sebatang coklat yang baru saja dia ambil di balik saku. Lantas kembali bersandar dengan santai sambil menatap jalanan yang sepi.

"Kapan balik ke Bandung?"

"Belum tau" gue letakkan ponsel setelah membalas pesan terakhir yang Juna kirim. Kembali menatap Abiyan dengan senyum. Pria itu terlihat lebih rapi karena mungkin hari ini hanya ada satu kelas saja.

"Ditemenin jangan?"

Gue mengangguk sekali lagi dengan senyum, pria yang entah sejak kapan berubah lebih dewasa dari saat terakhir kali kita bertemu. Namun tak selang beberapa saat setelah gue kembali berkutat dengan laptop, suara ponsel Biyan memecah keheningan. Pria yang sembari tadi diam disebelah gue kali ini beranjak, seakan membuat jarak saat panggilan itu dia angkat.

Gue kembali menyesap coklat panas yang sudah berubah dingin sambil sesekali melirik pada Biyan. Apa hari ini akan di temani sepi lagi?

Abiyan, pria itu baru saja berpamitan dengan wajah sedikit sungkan. Dia bahkan sempat minta maaf karena cuma bisa menemani sebentar.

Tapi untuk apa minta maaf? Bahkan saat gue ngge kerepotan akan hal itu.

Gue hanya menatap punggung Biyan yang semakin menjauh, kembali mengeluarkan motornya untuk meninggalkan komplek.

Dia mau kemana?

1
suka baca
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!