"Putus kan pacar Lo!!"
Revano menatap tajam ke arah Renata, mata nya menelisik dari atas ke bawah, memperhatikan Renata dengan begitu intens.
Sementara Renata hanya diam...rasa cinta untuk pacarnya itu masih sangat dalam. Tidak mungkin kan dia begitu saja memutuskan hubungan ini, apalagi alasan karena seseorang.
"Gue kasih waktu sampai nanti malam,...kalau lo belum mutusin dia, siap siap saja....gue minta hak gue.."
"Gue makan Lo!"
Bisik Revano di telinga Renata, dengan hembusan nafas yang begitu kentara, membuat Renata seketika merinding.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulina alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima
"Aku mau pah terima Perjodohan itu."
Setelah hampir tiga puluh menit perjalanan dari apartemen milik Revano ke rumah Renata tentunya Renata sudah memikirkan matang-matang.
Bukan keputusan diambil secara mendadak di depan Revano tetapi gadis cantik itu meminta untuk pulang ke rumah yang pastinya pikirannya semrawut antara mengikuti keinginan Revano atau tidak....
Inginnya sih tidak. Kalau hanya foto dan video yang akan disebar ke Radit, Renata tidak masalah toh juga percuma Radit akan percaya dengan dirinya tidak mempercayai Revano sama sekali tetapi kali ini yang menjadi ancaman adalah perusahaan Papanya perusahaan peninggalan kakek yang sangat disayanginya satu-satunya harta benda yang dimiliki oleh keluarganya.
Pastinya Renata tidak mau jika sampai perusahaan itu gulung tikar, bagaimana nanti kehidupan orang tua ke depannya, kalau masalah dirinya Renata bisa saja nanti bekerja atau tidak bergaya hidup mewah namun bagaimana kedua orang tuanya bagaimana dengan kakeknya yang sudah tenang di sana....
Pasti rasa bersalah itu akan muncul jika Renata tidak bisa mengambil keputusan yang benar.
Maka dari itu sejak tadi Renata sudah menimbang-nimbang semuanya memikirkan baik buruknya. Mungkin saja dirinya bisa mengajukan perjanjian kontrak dengan Revano, pokoknya nikah dulu dan perusahaan Papanya Itu aman setelah itu bisa dipikirkan lebih lanjut karena Renata juga merasa kalau Revano itu hanya main-main dengannya, kalau Revano itu sengaja membuat huru-hara sengaja menekan dirinya yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih dari Radit musuh bebuyutan Revano.
Seketika kedua orang tua Renata langsung saja mendongakkan wajahnya menatap ke arah Renata yang saat ini baru pulang dan masuk ke dalam rumahnya.
Sedikit terlambat dari jadwal Renata pulang, ya meskipun terlambat sekitar satu jam yang pasti kedua orang tua Renata itu sangat khawatir terlebih lagi ponsel Renata yang tidak bisa dihubungi sama sekali.
"Sayank, maksud kamu bagaimana?"
Mama Lisa yang sediri tadi memang masih ngobrol-ngobrol dengan papa Bian tentunya menunggu kedatangan Renata, seketika dikejutkan Renata tiba-tiba datang dan langsung saja menyetujui Perjodohan ini.
Apakah telinganya tidak salah dengar atau bagaimana terlebih lagi melihat raut wajah Renata yang sepertinya sama sekali terlihat tidak senang bahkan terkesan sangat terpaksa.
"Iya Mah, aku menerima Perjodohan ini demi perusahaan Papa, demi kakek."
Iya Renata memang menerima semuanya ini tetapi itu bukan karena dirinya yang mau atau sudah jatuh cinta dengan seorang Revano atau takut dengan ancaman Revano mengenai video dan foto-foto itu tetapi tak lain dan tak bukan adalah hanya demi menyelamatkan perusahaan milik Papanya menyelamatkan keluarganya dan semua orang yang sudah belasan tahun bekerja di perusahaan itu...
Yang pastinya Renata tidak boleh egois, itu kerja keras dari kakeknya dari orang tuanya dan semua karyawan yang sudah berpartisipasi untuk memajukan perusahaan hingga sampai sebesar ini..
"Sayank.."
Mama Lisa langsung saja memeluk tubuh Renata, perempuan yang sudah tidak muda lagi tetapi masih cantik itu juga meneteskan air matanya beliau tahu bagaimana perasaan Renata saat ini, yang pastinya Renata juga terpaksa menerima semuanya ini.
"Sudah Ma, nggak usah nangis. Mungkin ini memang jalan yang terbaik, yang penting perusahaan papa selamat."
Renata melepaskan pelukannya menghapus air mata yang menetes di pipi mamanya kemudian beralih ke arah papannya yang saat ini masih diam....
Papa Bian, bukannya tidak senang tetapi ia juga tidak tahu harus berbuat apa, di satu sisi perusahaan itu memang penting karena satu-satunya peninggalan orang tuanya tetapi di sisi lain ia harus mengorbankan kebahagiaan putrinya.
"Papa nggak senang? nggak usah dipikirkan Pah, aku bahagia kok... aku sudah tahu siapa laki-laki yang akan dijodohkan dengan Aku dan Papa percaya meskipun dia kelihatan seperti itu tetapi Papa harus yakin, anak Papa ini akan baik-baik saja. Papa tahu kan aku itu bagaimana tentunya Aku tidak akan mudah ditindas. Jadi awas saja kalau dia berani macam-macam sama aku atau nindas aku maka aku akan tindas balik dia."
Ya meskipun sedih meskipun hatinya hancur tetapi ia tahu bagaimana caranya mengungkapkan semuanya ini, ia tidak mau menambah beban pikiran untuk kedua orang tuanya, sudah cukup selama enam belas tahun ini Renata di bahagiakan oleh kedua orang tuanya jadi saatnya dirinya juga membahagiakan orang tuanya.
Yang pastinya dengan papa Bian yang hanya diam saja tentunya Renata paham pasti papa Bian memikirkan tentang kehidupannya nanti karena Renata yakin Papa Bian itu tahu siapa laki-laki itu bagaimana tingkah lakunya.
"Rere anak papa, maafin Papa ya. Pulanglah ke papa kalau laki-laki itu tidak memperlakukan kamu dengan baik, pintu rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu. Cerita sama Papa, jika ada sesuatu yang tidak berkenan yang membuat kamu sakit hati, Papa senantiasa menjemput kamu."
Renata tersenyum, setelah memeluk Papanya ia melepaskan pelukan lagi yang pastinya saat ini membawa kedua orang tuanya itu untuk duduk di ruang keluarga membicarakan tentang langkah-langkah beberapa jam lagi yang Revano dan kedua orang tuanya akan datang ke sini.
"Papa dan Mama nggak usah sedih, Papah tahu kan aku seperti apa terlebih lagi Revano itu sebelas dua belas dengan Radit dan aku saja bisa yang jinak-in Radit yang sifat dan sikapnya seperti itu masa' dengan Revano nggak bisa. Tapi aku mohon pernikahan ini dirahasiakan ya dari semuanya. Aku cuma pengen menikah sederhana saja enggak usah rame-rame cukup ijab kabul saja dan keluarga yang terdekat diundang ke sini. Satu lagi, Papa dan Mama nggak usah bicarain ini ke Radit biar aku sendiri nanti yang akan mengatakannya."
Berbicara mengenai Radit, Renata tentunya menjadi murung, ia tidak tahu Apa keputusannya ini benar atau salah, bagaimana nanti Radit jika mengetahui semuanya ini apalagi dirinya menikah dengan musuh bebuyutan Radit, tetapi semuanya ini dilakukan demi perusahaan demi orang banyak bukan hanya demi dirinya saja..
"Papa percaya sama kamu nak. Dan Kamu pastinya akan mengerti mana yang baik dan buruk, tetapi satu pesan Papa, jika kamu memang sudah memutuskan untuk menikah dengan Revano maka sudahilah hubungan kamu dengan Radit meskipun Papa tahu itu berat tetapi kamu adalah seorang perempuan seorang istri tidak baik untuk memainkan hati suami kamu."
Renata hanya tersenyum tidak mengangguk tidak menggeleng, entahlah apakah ia bisa putus dengan Radit. Toh pernikahan ini juga hanya pernikahan bisnis saja tidak ada cinta yang ada hanya ancaman dan juga paksaan.
"Ya sudah Papa mau menghubungi Tuan Danes dulu sepertinya beliau memang menunggu jawaban dari kita."
Renata tersenyum lalu berdiri kemudian melangkahkan kakinya menuju ke atas ke kamarnya, entahlah apa yang akan dilakukan oleh gadis cantik itu yang jelas ia harus benar-benar menerima takdirnya, beberapa jam lagi dirinya akan dinikahi oleh seorang Revano Daneswara, laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya laki-laki yang punya urusan dengan kekasihnya itu.