NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

‎Asrama - Pagi Hari

‎Reinan berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan sisir kecil. Ia sudah mengenakan kemeja putih dan kotak-kotak biru sederhana dipadu celana panjang, dandanan tipis tapi rapi. Meja riasnya penuh dengan bedak dan lip balm yang baru saja ia pakai.

‎Minji, yang masih duduk di ranjang dengan piyama dan wajah setengah mengantuk, melirik temannya itu sambil mengucek mata.

Minji dengan suara serak bangun tidurnya.

‎‎"Ehh... Nan, ini masih jam 9 pagi. Lo udah rapih gini mau kemana?"

‎Reinan terhenti sejenak, pura-pura sibuk merapikan tas.

‎"Bukan apa-apa... hari ini gue cuma mau lihat-lihat apart"

‎Minji mengernyit heran.

‎"Apart? Lo juga mau pindah ke apart nan? "

‎Reinan tersenyum kecil.

‎"Iya, setelah gue fikir-fikir ternyata cape juga bolak balik kantor-asrama. Kayanya lebih praktis buat cari apart yang deket sekitar kantor deh. Lagian lo juga udah satu apart sama cowo lo kan?" Ledek Reinan.

‎"Terus, Yena dan Zoey kedapetan tempat magang diluar kota . Sepi banget asrama ini ya masa gue sendiri sih" Lanjutnya

‎"Ya iya juga sih". Minji memicingkan mata, lalu memelototi Reinan dari ujung kaki sampai kepala.

‎"Tapi kenapa look lo sekarang kaya yang mau ng-date, ngaku lo cek apart bareng siapa? Tanya Minji menyelidik

‎Reinan berdeham cepat, lalu mengalihkan pandangan "Ng-date apaan sih? Gue pergi sama t-temen gue"

‎Minji menyeringai, setengah percaya setengah tidak.

‎"Gak percaya gue! Hari ini pokoknya lo agak berbeda dari biasanya"

‎Reinan langsung meraih tasnya dan berjalan cepat ke pintu.

‎Reinan terbata-bata

‎"A-apaansi gak ada ya! g-gue duluan, takut telat. Bye!"

‎Minji menatap pintu yang tertutup, lalu tersenyum nakal sambil bergumam,

‎"Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan."

‎Reinan turun dengan langkah hati-hati, sedikit gugup. Ia menatap sekitar, memastikan Minji tidak mengintip dari jendela atas.

‎Dilihatnya Yuan sudah menunggunya tepat di seberang asrama.

‎"Naiklah, udah sarapan? Tanya Yuan

‎Reinan menggeleng.

‎"Belum, nanti kita mampir dulu ke minimarket aja gimana?"

‎Yuan menunjuk ke arah kursi belakang.

‎"Gak perlu , saya udah siapin ada roti, susu kedelai dan sedikit buah. Kamu pilih aja mau yang mana"

‎"Kamu selalu... mempersiapkan macam-macam."

‎Yuan menyalakan mesin, sambil melirik sekilas "Kalau untuk kamu kenapa ngga? "

‎Reinan terdiam, pipinya sedikit memanas. Ia menunduk, pura-pura sibuk membuka bungkus roti.

‎Mobil pun melaju pelan, meninggalkan gerbang asrama.

******

‎Setelah melihat beberapa unit sejak pagi, akhirnya mereka berhenti di sebuah apartemen lantai 7. Ruangannya terang, jendela besar menghadap kota, interior simpel tapi modern.

‎Reinan berjalan berkeliling, menyentuh meja dapur, lalu duduk di sofa abu-abu. Ia mengangguk pelan.

‎"Sepertinya... aku suka yang ini. Rasanya nyaman."

‎Yuan berdiri di dekat jendela, melihat pemandangan jalan utama di bawah. Ia mengangguk setuju.

‎"Lokasi juga bagus. Dekat kantor, dekat halte, dan lingkungannya cukup tenang. Kalau saya jadi kamu, saya akan pilih ini juga."

‎Agen properti yang sejak tadi mengikuti, tersenyum puas lalu menambahkan dengan ramah.

‎"Betul sekali. Unit ini termasuk favorit. Lokasinya strategis, furniture baru semua... cocok sekali untuk pasangan muda seperti kalian. Sangat pas dijadikan rumah pengantin."

‎Reinan spontan tersentak, hampir menjatuhkan brosur di tangannya. Wajahnya langsung memerah.

‎"Ah maaf, kita... bukan pasangan!"

‎Yuan sempat terbatuk kecil, menoleh sekilas ke arah Reinan yang panik. Matanya sempat bertemu, sejenak keduanya saling pandang dengan canggung.

‎Yuan menjawab dengan tenang, tapi terdengar agak kaku "Ya, memang bukan. Saya hanya... membantu dia mencari tempat tinggal."

‎Agen tampak kikuk, buru-buru tertawa untuk menutupi salah ucapnya.

‎"Oh, begitu! Maaf, saya salah paham. Tapi tetap saja, unit ini paling bagus."

‎Reinan mengangguk pelan, masih menunduk, pipinya merona. Yuan hanya menghela napas pelan, menahan senyum samar yang muncul tanpa ia sadari.

‎Mereka keluar bersama agen properti. Setelah selesai urusan administrasi ringan, agen berpamitan sambil menyalami mereka.

‎"Kalau sudah mantap, silakan hubungi saya lagi. Terima kasih sudah meluangkan waktu."

‎"Ya, terima kasih." ucap Reinan dan Yuan.

‎Agen pun berlalu, meninggalkan mereka berdua di depan gedung.

‎Reinan menarik napas panjang, wajahnya masih agak merah.

‎"Rumah pengantin... hahah becanda kali si bapaknya" tertawa canggung

‎Yuan meliriknya sambil memasukkan tangan ke saku celana, ada senyum tipis yang sulit ia sembunyikan.

‎"Kenapa? Kamu takut orang-orang salah paham?" Tanya nya menggoda. "Kalo saya sih gak masalah" lanjut Yuan.

‎Reinan terdiam, matanya melebar.ia tak menyangka Yuan akan menanggapinya seperti itu.

‎Melihat Reinan yang terdiam Yuan mengalihkan topik pembicaraan.

‎"Survei apart beres, kita mau kemana lagi, makan? Atau kamu ada saran lagi kemana gitu?"

"Kita makan aja gimana? Aku lapar hehe" jawab Reinan canggung

*****

‎Mobil Yuan berhenti di depan sebuah restoran tradisional bergaya hanok modern. Lampion-lampion kecil bergantung di teras, menambah kesan hangat.

‎Yuan membuka pintu untuk Reinan "Kamu bilang lapar, jadi saya pilih tempat yang porsinya banyak. Mudah-mudahan cocok sama selera kamu."

‎Reinan tersenyum tipis "Aku nggak pilih-pilih kok... asal bisa makan sekarang, aku senang."

‎Mereka masuk, duduk di ruangan dengan meja kayu rendah. Pelayan datang membawa menu. Yuan memberikannya ke Reinan terlebih dulu.

‎"Pilih aja yang kamu mau. Jangan sungkan."

‎Reinan melihat menu sebentar, lalu menunjuk beberapa.

‎"Kimchi jjigae sama pajeon kayaknya enak. Kamu?"

‎Yuan menyandarkan punggung, santai "Aku ikut saja. Tapi tambah galbitang, biar hangat."

‎Pesanan dicatat, pelayan pergi. Suasana jadi agak hening, hanya ada suara obrolan meja lain.

‎Reinan memainkan sumpit kayu di tangannya, lalu memberanikan diri.

‎"Yuan... terima kasih ya, udah repot nemenin cari apartemen seharian."

‎Yuan menoleh, tersenyum samar "Saya nggak merasa repot . Malah senang bisa pergi bareng kamu diluar jam kerja gini"

‎Wajah Reinan kembali memanas, ia buru-buru menunduk.

‎"Jangan bilang hal-hal aneh kayak gitu..."

‎Yuan sedikit mengangkat alis "Menurutmu itu aneh? Saya cuma jujur."

‎Reinan membuka mulut hendak menjawab, tapi pelayan datang membawa makanan. Aroma sup dan bumbu memenuhi meja, memecah ketegangan.

‎"Udah udah makan dulu, nanti kita lanjut bicara.

‎Reinan tersenyum tipis. "Okeee"

‎Mereka mulai makan, sesekali Yuan diam-diam memperhatikan Reinan yang tampak lahap menikmati makanannya, dan itu membuat sudut bibir Yuan terangkat tanpa sadar. 'lihatlah cara dia makan, lucu sekali' batin yuan.

‎Reinan meniup sendok berisi kuah panas, lalu mencicipinya ,matanya berbinar "Wah... ini enak banget" sambil menggoyang-goyangkan badan tanda girl approve kalo makanan enak.

‎Yuan sedikit tersenyum, mengaduk galbitang "Kalau kamu suka, lain kali kita bisa ke sini lagi."

‎Reinan menoleh sekilas lalu buru-buru kembali fokus ke mangkuknya.

‎"Kamu sering makan di luar kayak gini?"

‎"Lumayan sering. Tapi biasanya dengan klien, bukan untuk makan santai. Rasanya beda ternyata kalo makannya sama kamu."

‎Kalimat itu membuat Reinan tersedak sedikit, ia buru-buru meneguk air minumnya ia merengut kecil "Kamu bisa nggak ngomongnya jangan tiba-tiba gitu..."

‎Yuan menahan tawa, nada rendah "Kamu kenapa? Saya kan cuma bilang yang sebenarnya."

‎Suasana jadi hangat. Mereka melanjutkan makan dalam diam yang tidak lagi canggung malah terasa nyaman.

‎Saat pelayan datang menambahkan side dish, Reinan bersuara lagi.

‎"Jarang-jarang bisa makan bareng gini. Rasanya... kayak bukan sama atasan."

‎Yuan tersenyum samar "Memang... Saya pengen kamu gak melihat Saya sebagai atasan"

‎Reinan menoleh, terdiam sesaat, lalu cepat-cepat menunduk lagi. Pipinya merona.

‎****

‎Mobil Yuan berhenti di depan gerbang asrama.

‎Reinan membuka sabuk pengamannya lalu menoleh ke Yuan.

‎"Terima kasih untuk hari ini... emm hati-hati dijalan kabari kalo udah sampai," ucapnya tulus sambil sedikit tersenyum.

‎Yuan hanya mengangguk kecil, matanya menatap sebentar ke arah Reinan. "Sama-sama. Hati-hati masuknya."

‎Kemudian sudut bibirnya terangkat pelan. "Baik, akan kukabari."

‎Reinan mengangguk singkat, lalu turun dari mobil dan berjalan menuju pintu gerbang asrama. Tapi sebelum masuk, ia sempat menoleh sekali lagi. Mobil Yuan masih terparkir di tempat yang sama, lampu depannya menerangi jalan.

‎Reinan tersenyum tipis, lalu bergegas masuk ke dalam asrama dengan langkah ringan.

‎Setelah membersihkan diri, Reinan berbaring di kasur asramanya. Menghirup lama aroma kasurnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan.

‎'Bakal gue kangenin semua suasana disini' ucap reinan dalam hati.

‎Tiba-tiba ponsel reinan berdering, sebuah pesan masuk dari Yuan.

‎Yuan : Saya sudah sampai.

‎Reinan : Syukurlah, istirahat kalau begitu.

‎Yuan : Iya, sebentar lagi. Besok mau saya jemput?

‎Reinan : Gak perlu, besok aku bareng Minji, aku takut dia curiga.

‎Yuan : Curiga? Kenapa?

‎Reinan : Ya masa bos besar jemput karyawan magangnya.

‎Yuan : Kalau misal jadinya bos besarnya jemput pacarnya , bukannya ga masalah?

‎Reinan : . . . .

‎Yuan : Bercanda. Sampai bertemu besok, selamat malam Reinan

‎Reinan : Selamat beristirahat, selamat malam juga Yuan.

‎"Kenapa gue bisa segini ya... cuma gara-gara chat?" gumamnya pelan, senyum samar masih tersisa di bibirnya.

‎"Apa ini efek karena belum pernah pacaran kali ya"

‎Reinan akhirnya menaruh ponsel di bantal, menutup mata, tapi wajahnya masih terbayang senyum Yuan dan kata-kata manisnya. Ia berusaha menenangkan diri, tapi jantungnya tetap berdebar keras.

*****

‎Keesokan harinya, Reinan dan Minji pergi ke kantor bersama lalu berjalan beriringan menuju lift. Dari arah berlawanan, Yuan baru saja masuk lobi dengan jas rapi, auranya membuat beberapa karyawan lain menoleh sekilas.

‎"Selamat pagi, Pak Yuan." sapa Minji

‎"Pagi." jawab Yuan sambil tersenyum ramah.

‎Yuan memasuki lift, diikuti Minji, Reinan dan beberapa karyawan lain.

‎Begitu pintu lift tertutup, Minji langsung menoleh ke sahabatnya.

‎Minji: "Nan... gue penasaran deh. Menurut lo, siapa orang beruntung yang jadi pacarnya Pak Yuan? Gila ya, tampan, kaya, punya kepribadian baik pula. Paket lengkap banget."

‎Reinan langsung kaget, wajahnya memerah. "M-mana gue tahu"

‎Reinan cepat-cepat berbisik balik "Ssst, pelan-pelan kalo ngomong! , nanti kalo kedengeran gimana

‎Minji cekikikan kecil, tapi tetap menatap Yuan dari samping dengan tatapan kagum.

‎"Ya ampun, tapi kan emang fakta."

‎Reinan menunduk, pura-pura fokus ke angka lantai di layar lift. Tapi tanpa ia sadari, Yuan melirik ke arahnya sekilas, ada senyum samar di bibirnya, seolah mendengar percakapan itu tapi memilih diam.

‎Lift berhenti ,begitu pintu terbuka, Reinan buru-buru melangkah keluar sambil menunduk, sementara Yuan masih berdiri tegak di belakang, matanya tak lepas dari punggung Reinan.

‎*****

‎Joseph datang ke kantor dengan senyum lebar. Sudah berbulan-bulan ia tidak bertemu Yuan, sahabatnya. Ia melangkah santai, menyapa beberapa staf yang lewat. Begitu tiba di depan ruangan Yuan, matanya langsung menangkap sosok yang familiar.

‎Di lorong, Reinan berjalan sambil membawa dokumen. Joseph langsung berhenti.

‎"Eh... si gadis hoodie?" gumamnya pelan.

‎Ia teringat jelas hoodie favoritnya yang dengan entengnya yuan berikan kepada gadis asing saat di 'room' kala itu.

‎Sepertinya, Yuan berhutang banyak cerita padanya.

‎Joseph mengetuk pintu ruangan Yuan.

‎"Masuk" terdengar sahutan dari dalam.

‎"Hey yo bro long time no see" . Ucap Joseph sambil melemparkan badannya ke sofa

‎"Not bad" jawab Yuan acuh tak acuh

‎"Lo hutang banyak cerita ke gue" Joseph menyipitkan mata.

‎"Gadis hoodie itu , kenapa bisa ada disini? jadi sebenarnya dia siapa?" lanjut joseph penasaran.

‎"Seperti yang lo tahu terakhir kali,kartu pelajar yang ditemuin itu emang punya dia, dia seorang mahasiswa kebetulan dia juga lagi cari tempat magang, ya begitulah jadinya dia disini" terang Yuan sambil menyesap kopinya.

‎"Se simple itu? Terus masalah yang lo 'unboxing' dia gimana?" goda Joseph sambil berbisik

‎"Jo, gue dan dia sepakat buat gak bahas hal itu lebih lanjut. Gue udah mengaku salah... Dan semuanya clear... "

‎"Semudah itu? Gue yakin dia suka lo sih kalo kaya gini"

‎Yuan menggeleng, "Gak mungkin"

‎"Gak usah pesimis gitulah, lo itu Yuan. 'Baek Yuan sang ahli waris Baekho Group' siapa yang berani nolak pria yang bertitle kaya lo, gue yakin bisa sih" Joseph berusaha menyemangati, anatara men-support dan meledek beda tipis.

‎"Berbulan-bulan gak ada lo, kuping gue adem banget. Begitu lo dateng gue pening sama kelakuan lo, awas aja nanti lo pulang lewatin dia, jangan aneh-aneh" ancam Yuan. Ia tahu betul sahabatnya satu ini selalu melakukan hal-hal yang unik bak diluar nalar.

‎"Sialan lo... " sambil melempar bantal sofa pada Yuan.

‎"Gue balik, time for party bisa kali" ajak Joseph.

‎Yuan memutar bola matanya "Ya ya ya... Udah sana lo pulang pusing gue kalo ada disini terus Hus Hus... " sahut Yuan

‎Lalu joseph pergi, saat hendak menuju lift ia berpapasan dengan Reinan.

‎"Halo....." sapa Joseph kemudian langsung pergi begitu saja membuat Reinan kebingungan. 'Siapa dah aneh banget'

‎****

‎At Club

‎Lampu neon berwarna-warni berkelebat. Musik bass berdentum kencang. Joseph menyeret Yuan masuk ke dalam, semangat merayakan kepulangannya.

‎Joseph berteriak karena musik ."Udah lama kita nggak nongkrong bareng, bro! Malam ini gue traktir!"

‎Yuan hanya mengangguk malas. "Lagian ini punya lo juga kali"

‎Begitu melangkah melewati kerumunan orang di lantai dansa, BRAK!

‎Yuan tanpa sengaja menabrak seseorang yang membawa minuman. Cairan berceceran ke lantai.

‎Yuan refleks

‎"Ah, maaf...."

‎"Reinan? Sedang apa kamu disini???

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!