SELINGKUH DI MALAM PERTAMA

"Ibu Hanum?" Ulang mama Ratih setelah mendengar jawaban Nilam. Mama Ratih sanksi dengan jawaban Nilam, jika ibu mertuanya yang memberitahu Nilam rahasia besar ini.

Awalnya Nilam juga ragu dengan penjelasan yang ibu mertuanya itu sampaikan. Namun ibu Hanum bisa menunjukkan bukti yang dia miliki kepada Nilam. Barulah Nilam bisa percaya bahwa itu benar. Dan bukti yang dia dapatkan itu harus segera dia tunjukkan ke Bintara. Maka disinilah Nilam berada, di ruangan pimpinan Anderson Group.

Ibu Hanum menemui Nilam di cafe. Karena, sejak tidak lagi menjadi guru, Nilam mengisi kesibukannya membantu Nurma di cafe. Sebenarnya Bintara meminta Nilam untuk membantunya di perusahaan. Sama seperti Nurma yang tidak ingin terlibat di perusahaan, Nilam menolak permintaan Bintara. Putri bungsu mama Ratih itu ingin mewujudkan sekolah impiannya terlebih dulu. Membayar rasa kecewanya terhadap yayasan tempat dia mengajar sebelumnya.

Bahkan saat ibu Hanum datang menemuinya, Nilam sedang bersama temannya yang seorang arsitek. Karena pembahasan gedung sekolah akan cukup lama, Nilam akhirnya meminta waktu pada temannya untuk bicara dengan ibu Hanum terlebih dulu.

Nilam senang, ibu Hanum yang akhir-akhir ini bersikap tidak ramah kepadanya mau membantunya dengan membeberkan rahasia penting ini. Namun Nilam kembali kecewa. Diakhir pembicaraan, ibu Angga itu meminta Nilam untuk tidak melanjutkan gugatan cerainya terhadap Angga.

Nilam menolak permintaan ibu Angga itu. Informasi yang ibu Hanum berikan tidak bisa menggoyahkan keputusan Nilam untuk berpisah. Tidak ada nilai lebih dari diri Angga yang bisa Nilam jadikan alasan untuk bertahan bersama Angga, sekalipun ibu Hanum berjanji akan membuat Angga menjadi laki-laki setia.

"Bagaimana ibu Hanum bisa membuat Angga setia?" Pikir Nilam dalam hati.

Lalu dia menunjukkan apa yang sedang Angga lakukan saat ini. Putra ibu Hanum itu masih saja main perempuan. Ditangkap basah, diberikan sakit di benda pusakanya dan diberhentikan dari pekerjaannya, sepertinya tidak membuat Angga sadar dan menyesali semua kesalahannya. Bagi Angga itu bukan sebuah hal yang memalukan.

Bahkan Angga menolak permintaan ayahnya untuk tinggal di pondok milik kakeknya. Bujukan ayahnya agar Angga kembali mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan bertobat, kalah dengan keinginan Angga yang mementingkan nafsunya.

"Nanti kita coba lagi menasehati Angga. Sepertinya pintu hidayah belum terbuka untuknya," ucap ummi Laila saat suaminya merasa gagal mendidik anak sendiri.

"Ada masalah yang harus Angga selesaikan di sini." Itu alasan Angga agar tidak dikirim ke pondok

Ayah Angga tidak bisa memaksa Angga untuk saat ini. Putranya benar, Angga memang punya masalah yang harus dia selesaikan. Pertama, Angga ingin menyelesaikan masalahnya dengan Nilam. Bukan setuju bercerai, melainkan untuk membujuk Nilam agar mereka tetap bersama.

Sama seperti ibu Hanum, Angga mencoba menemui Nilam untuk meminta maaf, serta meminta Nilam agar tidak melanjutkan gugatan cerainya yang sebentar lagi akan melakukan sidang pertama.

Sayangnya hanya maaf di bibir saja yang Angga sampaikan pada Nilam, bukan permintaan maaf yang tulus dari hati. Tidak ada rasa sesal sedikitpun yang Angga rasakan dengan semua yang sudah dia lakukan terhadap Nilam. Buktinya, Angga masih belum bisa merubah gaya hidupnya yang suka main perempuan. Yang mana itulah penyebab utama Nilam mengajukan perceraian.

Kedua, Angga harus menyelesaikan masalahnya dengan keluarga Rianti. Atas desakan pak direktur, Angga akhirnya menemui keluarga Rianti. Orang tua Rianti meminta Angga bertanggung jawab terhadap putri mereka, karena sudah mengambil kesuciannya. Dia dipaksa menikahi anak magang itu, yang ternyata keponakan direktur.

Angga menolak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya bersama Rianti. Karena gadis itu sendiri yang bersedia, bahkan menggodanya. Selain itu Angga beralasan bahwa dia masih berstatus suami Nilam.

"Bagaimana kamu bisa mendapatkan bukti ini?" Mama Ratih kembali bertanya. Mengingat sifat ibu Hanum yang melakukan sesuatu selalu memikirkan untung dan rugi. Rasanya mustahil jika tidak mengharapkan imbalan dari Nilam.

"Dia tidak menukar informasi ini dengan sesuatu, kan?" Bintara ikut memastikan. Pikirannya sama dengan mama Ratih, ibu Hanum tidak mungkin memberikan bukti tanpa mengharapkan imbalan. Apa lagi isinya lebih komplit dari yang Bintara miliki.

"Tadinya mama Hanum meminta Nilam menarik gugatan cerai Nilam di pengadilan," jawab Nilam

"Sudah Mama duga " sahut mama Ratih.

"Tenang Ma, Mama Hanum tidak akan berani menganggu hidup Adek lagi," balas Nilam sambil tersenyum penuh arti.

Bukannya ibu Hanum tidak berani menganggu hidup Nilam. Melainkan Nilam punya sesuatu yang membuat ibu Hanum tidak bisa lagi mengusik dirinya. Selama ini aib ibu Hanum ditutupi oleh Yang Maha Kuasa. Namun perbuatannya akhir-akhir ini yang bertentangan dengan agama, membuat masa lalunya terbongkar.

Nilam orang yang sabar serta memiliki hati yang tulus. Selama ini dia tidak pernah membalas semua perbuatan yang tidak menyenangkan yang dilakukan suami dan ibu mertuanya, maka dia diberikan kekuatan agar bisa menghadapi Angga dan ibu Hanum. Yaitu dengan tidak sengaja mengetahui aib ibu mertuanya. Nilam memegang kartu as ibu Hanum yang dia gunakan agar ibu Hanum tidak lagi mengusiknya.

"Baguslah kalau begitu," ucap mama Ratih setelah mendengar penjelasan Nilam.

Lalu mama Ratih beralih pada Bintara "Bagaimana dengan kamu Tara? Apa yang akan kamu lakukan dengan semua bukti ini?" Tanyanya.

"Jika buktinya sudah cukup, sebaiknya segera kamu laporkan saja ke polisi. Jangan lakukan apapun sendiri. Jangan sampai ada korban lagi di keluarga kita." Kakek Mahendra kali ini ikut bicara.

Permasalahan yang sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu ini berawal dari kesalahan ayahnya, tuan Anderson. Yaitu terlalu baik dan percaya pada orang lain. Sehingga kebaikan dan kepercayaannya itu dimanfaatkan untuk melakukan kekuasaan.

Kesalahan ayahnya itulah yang membuat kakek Mahendra selalu berhati-hati terhadap orang baru, termasuk pada Angga dan Novia. Itu juga yang membuatnya tidak ingin dikenal oleh orang-orang sebagai presdir Anderson Group.

Keputusan kakek Mahendra untuk tampil di depan umum saat ini, karena tidak bisa selamanya dia terus bersembunyi. Selain itu, sudah terlalu banyak orang-orang meminjam nama Anderson untuk kepentingan pribadi. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh ayah Maira.

Bicara Maira, mantan selingkuhan Angga itu sedang berusaha untuk mendekati Bintara, seperti janji yang dia ucapkan waktu di kantor polisi. Apapun caranya, Maira harus bisa mendapatkan kakak Nilam itu. Dia pun melamar sebagai karyawan di Anderson Group.

Maka di sinilah mantan calon istri kedua Angga itu berada. Menunggu giliran untuk wawancara. Dengan sombongnya dia memberitahu calon karyawan lainnya. "Saya sebenarnya sudah pasti diterima. Wawancara ini sekedar formalitas saja," ucapannya.

"Saya ini calon istri pak Bintara," ucap Maira lagi.

Entah apa maksud ucapannya itu. Ingin sombong atau ingin membuat calon karyawan lainnya agar merasa tidak punya harapan diterima.

Sisil yang sedang lewat di area itu ikut mendengarkan ucapan Maira yang mengaku sebagai calon istri Bintara. Bukan kali ini saja dia mendengar orang mengaku sebagai calon istri Bintara. Namun, suara Maira yang tidak asing bagi Sisil, membuatnya melihat ke arah selingkuhan Angga itu.

"Ternyata benar, biang kerok sedang melamar kerja," gumam Sisil.

Maira juga melihat Sisil. Dia tidak lagi bicara. Maira tidak berani membuat keributan, dia pun menahan diri untuk tidak menghampiri Sisil dan kembali berdebat dengan ibu satu anak itu. Dia harus bisa menjaga nama baiknya, itu pesan yang disampaikan oleh orang yang membantunya agar bisa bekerja di Anderson Group.

Sisil tidak bisa mengabaikan masalah ini, apalagi Maira mengaku sebagai calon istri Bintara. "Pasti ada rencana busuk yang akan dia perbuat," gumam Sisil.

Sahabat Nilam itu pun segera naik ke lantai atas, lantai dimana ruangan Bintara berada. Tiba di ruangan Bintara, Sisil terkejut mengetahui keluarga Anderson sedang berkumpul di ruangan tersebut.

"Maaf menganggu," ucap Sisil yang sudah terlanjur berdiri di ambang pintu.

"Masuk saja Sil, ada yang ingin kamu laporkan ke abang, kan?" Nilam yang bicara.

"Ada apa?" Tanya Bintara setelah Sisil mendekat.

Sisil pun menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang dia dengar dari mulut Maira. Mengingat kelakuan Maira yang suka membuat keributan, menerima Maira sebagai karyawan bisa saja menimbulkan masalah di perusahaan kedepannya. Apalagi dia mengaku calon istri Bintara dan ayahnya ketahuan sudah melakukan korupsi di Anderson Group.

Setelah mendengar penjelasan Sisil, Bintara menghubungi asistennya yang sedang mengawasi jalannya wawancara. Maira tetap melakukan wawancara menyelesaikan prosedur penerimaan. Hasil akhir tentu saja ada di tangan Bintara.

Yang pasti, tidak mungkin Bintara membiarkan orang seperti Maira menjadi karyawan di Anderson Group. Apalagi sudah jelas tujuannya untuk mendapatkan status nyonya Bintara.Tidak hanya Maira yang menginginkan posisi sebagai istri Bintara. Sudah banyak kolega yang ingin menjodohkan putri mereka dengan pimpinan Anderson tersebut. Orang-orang yang hanya menginginkan kekayaanya saja, bukan tulus kepadanya.