Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan akhir
"Aku harus kembali." Wan Yurui bangkit.
"Tunggu." Tuan Ning Geng melepaskan giok hitam dari ikat pinggangnya. "Hadiah pernikahan dariku."
Wanita itu mengambilnya. "Terima kasih."
Setelah keponakannya keluar dari ruangan itu. Tuan Ning Geng duduk kembali melanjutkan meminum arak yang tersisa. "Gadis kecil itu sudah dewasa."
Di ruangan lain Yu Xiao bersembunyi berusaha untuk mendekat. Tapi penjagaan di sana sangat ketat. Pengawal istrinya dan pengawal dari Tuan Ning Geng tidak memberikan ruang untuk orang lain mendekat.
"Panglima, Nyonya muda telah pergi."
Yu Xiao hanya bisa menatap dari kejauhan di saat istrinya telah berjalan keluar dari kedai teh itu. Sejak kemarin dia selalu merasa sikap istrinya berbeda. Siapa sangka sikap istrinya berbeda karena pria lain. "Awasi setiap pergerakan mereka berdua."
"Baik."
Sedangkan Wan Yurui yang sudah ada di dalam kereta yang melaju keluar dari kota Song. Hanya bisa duduk diam menatap kearah luar jendela.
"Nyonya muda harus menjaga kesehatan anda." Pelayan Ayun memberikan mantel tebal.
Jendela di tutup dari dalam. Wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak Ayun. Dia memejamkan kedua matanya mengistirahatkan sementara hati yang di penuhi beban.
"Nyonya muda, kita sudah sampai." Pelayan Ayun membangunkan Nyonya mudanya dengan kelembutan.
Wanita itu membuka kedua matanya dan melihat sinar matahari yang telah masuk kedalam celah kereta. Saat keluar Wan Yurui tersenyum cerah melihat suaminya sudah ada di depan pintu masuk.
Yu Xiao juga ikut tersenyum. Dia mendekat membantu istrinya turun dari atas kereta.
"Kapan kamu datang?"
"Baru saja. Kamu dari mana?" Pria itu mengelus lembut kepala istrinya.
"Barang yang aku inginkan tidak ada di kota terdekat. Jadi aku pergi ke kota Song untuk mencarinya," jawab Wan Yurui.
"Kamu mendapatkannya?"
Menggelengkan kepala. "Emm... Aku tidak mendapatkannya."
Mereka berdua berjalan masuk kekediaman menuju ruangan kamar.
"Yu Xiao." Wan Yurui memeluk kuat tubuh suaminya. Dia memandangi wajah yang selalu ada di hatinya. "Suamiku."
Yu Xiao menanggapi dengan senyuman. "A Rui, apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Kamu sangat pintar. Bagaimana mungkin aku dapat menyembunyikan sesuatu darimu." Bergelayut manja.
Pria itu menekan semua perasaan curiga di hatinya. Kepercayaannya terhadap istrinya jauh lebih besar dari semua ketidakpercayaan yang tengah menekan batinnya. "Apa kamu sudah makan?"
"Belum."
"Aku akan meminta Ayun menyiapkannya."
"Ya." Melepaskan pelukannya.
"Ayun."
Mendengar panggilan dari dalam pelayan Ayun bergegas masuk. "Panglima."
"Di meja luar sudah ada empat kotak makanan. Semua makanan baru aku beli. Kamu siapkan untuk makan malam," ujar Yu Xiao.
"Baik."
Setelah sepuluh menit makanan telah siap. Di meja ruang makan ada berbagai lauk yang tersedia. Suami istri itu duduk bersama dalam satu meja.
"Semua hidangan ini aku beli dari tempat makan terkenal di kota sebelah. Makanan di tempat itu terkenal enak juga dapat mengunggah selera. Kamu harus mencobanya." Yu Xiao mengambilkan daging panggang yang sudah di iris tipis-tipis dan di berikan bumbu.
Saat mencobanya Wan Yurui sedikit mengerutkan keningnya. Tapi ekspresi wajahnya masih tenang. "Daging kambing?"
"Ya, apa kamu menyukainya?"
Wanita itu mengangguk. "Sangat segar dan enak."
Di ujung ruangan pelayan Ayun menatap khawatir. Dia tahu pasti jika Nyonya mudanya tidak bisa memakan daging kambing sejak kecil. Tubuhnya akan mengalami ruam parah jika memakannya. Bahkan dapat kehilangan nyawanya. Saat dia ingin memberitahukan hal ini kepada Panglima. Pengawal Qin Feng menghentikannya dengan gelengan kepala sebagai isyarat.
"Panglima." Pengawal Hui An datang dengan terburu-buru. Wajahnya terlihat sangat panik dan pucat.
Yu Xiao bangkit dari tempat duduknya di ikuti istrinya. Sebelum pergi dia mengelus lembut kepala istrinya. "Ada tugas yang harus aku selesaikan. Tidak bisa menemanimu lagi malam ini."
"Pekerjaan lebih penting. Aku akan menantimu kembali."
Dia mencium kening istrinya lalu pergi dari kediaman itu.
"Ah..."
"Nyonya muda." Pelayan Ayun dan Pengawal Qin Feng membantu Nyonya muda mereka beristirahat di kamar.
Pelayan Ayun memberikan obat alergi yang selalu ia simpan untuk berjaga-jaga. "Kenapa Nyonya muda tidak bilang kepada Panglima jika anda tidak bisa makan daging kambing?"
Dengan suara lemah Wan Yurui berkata, "Suamiku membelikannya dengan ketulusan. Tentu aku tidak bisa membuatnya kecewa." Menatap kearah langit-langit ruangan kamar. "Jika dia tahu semuanya. Belum tentu kenyamanan ini bisa aku miliki lagi."
Pelayan Ayun melirik sebentar kearah Pengawal Qin Feng. Dan pria itu mengerti maksud dari pelayan Ayun. Dia keluar dari ruangan kamar membiarkan Nyonya mudanya beristirahat dengan tenang.
"Nyonya muda harus beristirahat dengan baik," ujar pelayan Ayun sembari mengolesi leher Wan Yurui dengan obat herbal.
Ketukan pintu terdengar.
"Masuk."
Pengawal Qin Feng masuk kedalam ruangan kamar. Dia membawa anak panah dengan kertas yang terikat di ujungnya. "Nona muda." Memberikan anak panah itu kepada Wan Yurui.
Surat di lepaskan dari ikatan pada ujung anak panah. Saat wanita itu membaca isi di dalamnya. Tubuhnya terasa lemas, "Perubahan telah terjadi. Pangeran kesebelas telah meninggal karena racun." Dia berusaha untuk duduk di bantu pelayannya. "Qin Feng, segara lakukan persiapan. Beritahu juga kepada Paman untuk tetap waspada. Gejolak di pemerintahan negara Yun akan membawa dampak buruk bagi kedua negara."
"Baik."
Membutuhkan waktu dua hari untuk Wan Yurui benar-benar pulih. Semenjak malam itu suaminya juga tidak pernah kembali kekediaman lagi. Meskipun begitu dia tidak pernah meninggalkan kediaman. Wan Yurui memilih sedikit membuat ruang untuk hubungan mereka berdua.
Di ruangan tamu asap dupa mengepul perlahan. Menjadikan ruangan terasa lebih harum juga nyaman.
"Aku dengar satu minggu terakhir ini suamimu tidak pulang kerumah." Tuan Ning Geng menyeruput teh yang telah ia tiup untuk beberapa saat.
"Maka dari itu paman berani datang kekediaman pribadiku!" Saut Wan Yurui.
Cangkir di letakkan di meja. "Apa ini sudah menjadi keputusan akhirmu?" Mantap pasti kearah keponakannya.
Pandangan mata wanita itu jatuh pada genangan teh di dalam cangkir.
Tuan Ning Geng mengeluarkan surat dari balik saku bajunya. "Surat dari timur telah tiba."
Jantung Wan Yurui seakan berhenti berdetak untuk sekian detik. Dia menatap surat yang ada di atas meja.
"Sebenarnya kamu tidak perlu mengorbankan hidupmu. Kami akan berusaha sekuat tenaga menahan mereka. Rui er, kebahagiaanmu jauh lebih penting. Ayahmu juga telah setuju jika kamu hidup di sini dengan identitas orang lain. Setidaknya kamu tidak akan terseret terlalu jauh dalam keruhnya perebutan kekuasaan." Tuan Ning Geng masih mencoba meyakinkan keponakannya. Sebagai paman dia tentu tidak akan tega melihat keponakan satu-satunya menderita.
Senyuman pahit terukir di wajah Wan Yurui. "Tuan Putri Pertama Li Xui telah mengungkapkan identitasku sebagai keturunannya satu-satunya. Jika aku masih tidak datang kesisinya. Paman, kedua orangtuaku tidak akan lagi memiliki pijakan di pemerintahan. Tuan putri pertama Li Xui yang merupakan keturunan satu-satunya dari kekaisaran sebelumnya. Telah menempatkan keluarga Wan dalam jajaran orang-orang kepercayaannya. Saat ini kepercayaan Kaisar kepada keluarga Wan telah hilang. Jika aku membuat Kepercayaan Tuan putri pertama juga hilang. Keluarga Wan pasti akan di musnahkan."
Tuan Ning Geng menghela nafas dalam dengan anggukan setuju jika ucapan keponakannya adalah kebenarannya.
kenapa jadi begini......😭😭😭😭😭😭