Apa jadinya jika mika seorang remaja 17 tahun masuk ke dalam tubuh ratu di masalalu , ratu yang di musuhi oleh seluruh penghuni istana karena tak bisa memberikan keturunan pada sang raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rica Ricu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin dekat
"Kami sangat senang melihat hubunganmu dengan yang mulia raja baik baik saja yang mulia" Ucap Mia.
"Terimakasih Mia Levi, memangnya hubungan Anya dan Alaric dulu bagaimana?"
"Sebelum ada nona Viviene tentu saja kalian bahagia, hanya saja interaksinya sangat berbeda dengan sekarang, benar kan Mia?"
"Ya , kalian dulu terlihat saling mencintai, namun raja dan ratu tidak pernah bercanda, apalagi tertawa bersama, raja selalu terlihat serius ,begitupun denganmu yang mulia" Katanya.
"Ah begitu ya? sudah seharusnya dia begitu , orang akan takut jika dia selalu serius benar kan?"
"Benar yang mulia"
Anya terdiam menatap dirinya di bayangan cermin, Mia dan Levi tampak menata rambutnya dengan ikatan yang indah seperti biasanya.
Hubungannya dengan alaric semakin baik, itulah satu satunya yang ia syukuri, namun ada perasaan yang mengganjal hatinya, ini semua tentang pembunuh kepala pelayan dan sikap Eric , keduanya sama sama tak bisa membuatnya merasa tenang.
"Perhatian yang mulia raja akan memasuki ruangan!" Seru seseorang di depan kamar Anya.
Anya berdiri untuk menyambut Alaric , semalam mereka memang tidak tidur bersama, itu karena Alaric masih memiliki pekerjaan lain, tapi pagi pagi sekali pria itu sudah menemuinya saja, entah mengapa Anya merasa sangat senang karena hal ini.
"Selamat pagi?" Sapa Alaric.
"Bagaimana tidurmu?" Tanya Anya basa basi.
"Sangat baik, itu karena aku memimpikan mu semalam" Godanya.
"Dasar pembual!"
Mia dan Levi tak dapat menahan senyumnya melihat kedekatan ratu dan raja mereka , kedua wanita itu tampak terkikik geli melihat momen Anya dan Alaric.
"Apa yang kalian tertawaan?!" Tanya Alaric tak suka.
Ucapan Alaric berhasil membuat Mia dan levi terdiam, wanita itu kembali memasang sikap sempurnanya.
"Memangnya kenapa mereka tidak boleh tertawa?" Tanya Anya.
"Aku hanya tidak suka, Itu tidak sopan" Katanya.
Anya memutar bola matanya jengah, karakter Alaric sama persis seperti apa yang di gambarkan di novelnya, pria ini terlalu serius dan sedikit angkuh.
"Mia Levi kalian keluarlah dulu" Kata Anya.
"Baik yang mulia" Patuh keduanya.
"Dengar Alaric, aku tidak bermaksud mengguruimu, tapi alangkah baiknya kau lebih bersahabat dengan para bawahannya dan rakyatmu, jangan terlalu serius" Ucap Anya.
"Aku tidak mengerti"
"Maksudku, jangan suka bersikap ketus, ramahlah sedikit , begitulah pada pemimpin mendapatkan cinta dari rakyatnya" Kata Anya.
"Aku hanya ingin terlihat tegas"
"Aku tau, tapi jika begini semua orang akan sulit untuk membuka keberanian walau hanya sekedar berbicara padamu, berbicaralah dengan baik dan ramah, semua pasti menyukaimu"
"Aku akan mencobanya, terimakasih atas saran mu"
"Dulu aku juga tak menyukaimu, menurutku kau sangat egois dan kasar, tapi sekarang kau sudah lebih baik, kau mau belajar merenungi kesalahmu dan pandai merayu" Cicit Anya di akhir kalimatnya.
"Jadi kau menyukaiku karena aku pandai berkata manis?"
"Ya begitulah" Anya tertunduk malu.
"Kalau begitu bukanlah lebih baik aku merayu semua orang?"
Anya melotot tak terima "Kau ingin ku bunuh ya?! Bukan itu maksudku" sungutnya kesal.
Alaric tertawa kecil melihat Anya yang tampak berapi api, apakah istrinya ini sedang cemburu?
"Apa ... Kau cemburu?"
Anya yang tadinya siap akan marah marah kini mulai berfikir kembali tentang respon yang baru saja ia berikan, apa benar kata Alaric dirinya baru saja cemburu? Sialan! Itu berarti dirinya benar benar menyukai Alaric
"T-tentu saja tidak, lagipula kalau kau pandai berkata manis sikap bijaksana mu akan hilang, kau lebih mirip dengan pembual hebat!" Cibirnya.
"Baiklah sayang, ciuman dipagi hari bukan ide buruk, kemarilah!" Alaric menarik tangan Anya mendekat, keduanya kini saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, Anya mendongak menatap yang tertinggi ragu ragu, jujur saja ia masih malu menjadi sedekat ini dengan Alaric.
"Aku mencintaimu Anya, aku akan terus melakukannya" Ucap Alaric.
Anya mengangguk setuju, itu memang yang harus seorang suami lakukan, Alaric harus mencintai Anya seterusnya.
Anya menjinjit untuk meraih bibir Alaric , hal itu membuat Alaric sedikit kaget, Iki adalah kali pertama Anya melakukannya, tanpa paksaan dan tanpa perintah
Alaric meraih pinggang Anya merapat pada tubuhnya, bibir saling bertaut diselingi lumatan lembut untuk menyalurkan perasaan, Kakinya menuntun Anya mendekat ke arah ranjang tanpa melepas ciumannya.
Alaric melepas kulumannya, mendudukkan Anya dan dirinya di atas ranjang, wajah Anya yang tampak merona membuat Anya terlihat lebih cantik.
Alaric kembali memajukan wajahnya namun kali ini bukanlah bibir yang ia tuju, namun leher jenjang sang ratu.
Anya memejamkan matanya saat merasakan sapuan hangat di lehernya, tangannya merambat pada rambut Alaric dan menyugarnya sesekali.
Alaric membuat hisapan pada lehernya Anya hingga wanita itu tampak mendesah dan menggeliat tak nyaman, ada sesuatu yang menggelikan saat Alaric menyentuhnya, namun Anya tak dapat menolak justru ia menginginkan Alaric melakukan lebih.
"Sempurna" Kata Alaric.
Anya membuka matanya saat Alaric menghentikan kegiatannya, laki laki itu berada di atasnya dengan senyuman yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Apanya yang sempurna?"
"Tanda merah di lehermu, aku membuatnya dengan sempurna" Katanya.
Anya reflek memegangi bagian lehernya yang tampak basah, ini juga karena dirinya yang terbawa nafsu hingga membuatnya tak sadar dengan apa yang di lakukan Alaric.
"Ck kenapa kau membuat tanda merah?!" kesalnya.
"Agar semua orang disini tau kau milikku Anya"
Anya memutar bola matanya jengah, dasar posesif! Gerutunya dalam hati.
"Lakukan sekali lagi!" Anya mengerucutkan bibirnya meminta sebuah ciuman, hal itu membuat Alaric tertawa kecil.
"Aku ada pekerjaan Anya" Kekehnya.
"Jadi kau menolakku?" Tanya Anya tak percaya.
"Kita lakukan lagi nanti malam, aku akan datang" Katanya.
"Memangnya kau ingin kemana?"
"Keluar dari istana"
"Mengontrol pasar lagi?"
"Hmm" Jawab alaric dengan deheman.
"Selalu begitu, susah sekali menjadi raja" Cibir Anya.
"Kau benar, karena itu aku ingin menjadi orang biasa saja, aku ingin banyak menghabiskan waktuku bersamamu Anya"
Lagi lagi Alaric mampu membuatnya tersipu malu.
tok tok tok...
"Yang mulia? Ibu ratu datang" Kata Mia sedikit berteriak.
Alaric lekas bangkit dari atas tubuh Anya dan berdiri merapikan pakaiannya, Anya pun mulai bangkit dari tidurnya.
"Alaric kau disini?" Tanya Sofya basa basi.
"Sebenatar lagi aku akan pergi ibu" Katanya.
"Kalau begitu pergilah, ibu hanya ingin bicara sebentar dengan Anya"
"Baiklah, aku pergi dulu" Pamitnya pada Anya.
"Jangan lupa datang nanti malam!" Sahut Anya semangat.
Alaric menundukkan wajahnya malu dengan ucapan Anya yang di dengar oleh ibunya, mengangguk memberi isyarat setuju dengan permintaan sang ratu lalu pergi keluar kamar kemudian.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Sofya.
"Aku baik, ibu"
"Baguslah, mulai sekarang aku akan lebih mengawasimu Anya, aku tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi" Kata Sofya.
"Terimakasih"
"Kuharap wanita ini benar benar tulus melakukannya" Ucap Anya dalam hati.
"Dan aku meminta maaf karena sikapku yang mungkin sedikit keterlaluan, aku hanyalah orang yang di bodohi di sini, jadi kuharap kau mengerti"
"Aku mengerti" Jawab Anya sopan.
Sofya mengangguk pelan, matanya menyusuri penampilan Anya hingga tak sengaja menangkap bekas kemerahan di leher sang ratu , wanita setengah tua itu tampak terkekeh ringan.
"Aku berharap kau bisa memperbaiki hubunganmu dengan Alaric"
"Kami baik baik saja ibu"
"Baguslah, cepat berikan aku keturunan Anya, aku akan menjaga perkembangan mu"
"Terimakasih, Bagaimana dengan Viviene?"
"Viviene adalah putri seorang penghianat, keturunannya tidak pantas menjadi pemimpin, seseorang yang memiliki tabiat buruk tidak berhak atas tahta dan kekuasaan"
"Apa itu adil? Maksudku, Viviene juga seorang ibu"
"Tidak peduli apapun statusnya, sudah kubilang seseorang yang memiliki kelakuan buruk dan juga jahat tidak pantas menyandang gelar apapun, kau dengar?"
"Tentu ibu, aku akan mencoba mengerti" Jawab Anya sopan.
"Apa jadinya negeri ini jika di pimpin oleh orang yang memiliki otak picik, sudahlah Anya, jangan pikirkan masalah ini , jaga kesehatanmu dan segeralah mengandung"
"Baik ibu" Jawab Anya patuh.
trs masa rajanya bisa di kelabui sama kepala pelayan eamng rajanya ga ada pengawalaan ya aneh
ya by the way lanjut