NovelToon NovelToon
Langit Wonosobo

Langit Wonosobo

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Diam-Diam Cinta / Dark Romance / Romansa / Cintapertama
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Restu Langit 2

Langit yang berwarna biru cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung, seperti janji yang pernah terucap dengan penuh keyakinan, namun pada akhirnya berubah menjadi janji kosong yang tak pernah ditepati.

Awan hitam pekat seolah menyelimuti hati Arumni, membawa bayang-bayang kekecewaan dan kesedihan, ketika suaminya , Galih, ingkar pada janjinya sendiri. Namun perjalanan hidupnya yang tidak selalu terfokus pada masa lalu, dapat membawanya ke dalam hidup yang lebih baik.

Akankah Arumni menemukan sosok yang tepat sebagai pengganti Galih?

ikuti terus kisahnya! 😉😉


Mohon kesediaannya memberi dukungan dengan cara LIKE, KOMEN, VOTE, dan RATING ⭐⭐⭐⭐⭐ 🤗🤗 🙏🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Restu Langit 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidur terpisah

  "Mita, mas Galih biasanya pulang jam berapa?" tanya Arumni saat hatinya mulai lega.

  Mita mengulas senyum, ia bahagia jika Arumni bisa berdamai dengannya. "Biasanya jam lima sudah sampai di rumah, mbak! kalau jam segini belum pulang, mungkin mas Galih sedang lembur, bisa sampai jam tujuh atau sembilan malam."

  Arumni duduk bersebelahan dengan Mita, ia jadi menanyakan kebiasaan Galih saat tinggal di Jakarta. Jika menilai dari cerita Mita, berarti Galih memang sangat sibuk. Tadinya Arumni ingin bertanya tentang bagaimana mereka bisa bertemu, namun Arumni merasa tidak akan kuat untuk mendengarnya, jadi ya sudahlah, Arumni lebih memilih diam meski hatinya sangat ingin tahu.

  Tidak lama, Galih pun pulang. Biasanya Mita segera menyambut kedatangan Galih, dengan membawakan tas Galih sambil tersenyum dan menawarkan minum untuk Galih, Namun demi menghargai Arumni, Mita pun hanya berdiam diri duduk menatap layar televisi.

  Arumni jadi merasa canggung, ingin menyapa Galih, namun rasa sakitnya menahan.

  "Mbak, itu mas Galih datang, biasanya mas Galih butuh bantuan." kata Mita.

  Arumni merasa ingin menyambut suaminya, namun tubuhnya seolah mematung, tak dapat digerakkan sama sekali. Begitupun dengan Galih, disituasi yang masih sangat tidak nyaman itu, Galih jadi merasa serba salah, siapa yang akan ia sapa lebih dulu?

  "Mita, tolong buatkan teh untuk ku, ya!" kata Galih karena bingung harus bagaimana.

  "Baik, mas!" ucapnya sambil berjalan ke dapur.

  Galih duduk mendekati Arumni, ia mengelus puncak kepala Arumni, tak ada kata yang terucap dari keduanya, Galih menatap penuh penyesalan, sementara Arumni bibirnya terkantup rapat, hanya cairan bening yang membasahi pipinya yang mampu menjawab.

  Tidak lama, Mita pun datang membawa secangkir teh, memberikan pada Galih dengan senyuman manis. Tak ingin merusak kebersamaan Galih dan Arumni, Mita lebih memilih meninggalkan mereka di ruang tengah dan tidur di kamar lain.

  Galih mengabaikan teh buatan Mita. Temani aku makan, ya?" ucapnya sambil mengusap cairan bening yang membasahi pipi Arumni.

  Arumni menganguk pelan. Sesungguhnya Arumni sangat bingung, Galih suami yang baik dan bertanggung jawab, Galih juga cinta pertama Arumni, meninggalkan bukanlah inginnya. Namun untuk terus bertahan dengan rasa sakit itu, rasanya akan sulit.

  Di meja makan itu suasana sedih menyelimuti mereka, bahkan Arumni belum mengucap sepatah katapun sejak Galih masuk rumah. Begitupun dengan Galih, ia sangat sadar bahwa tindakannya itu telah sangat melukai hati Arumni.

  Makanan yang sudah masuk ke mulut, terasa sulit masuk di tenggorokan. Arumni tidak hentinya menangis. Bahkan napasnya pun terasa berat di kerongkongan.

  "Makanlah, Arumni." Galih akhirnya membuka suara.

  Bukannya menjawab, Arumni justru meninggalkan meja makan tanpa pamit. Hal itu membuat hati Galih terasa sakit, bagai disayat sembilu. Galih memukul meja makan, andai dia seorang wanita, rasanya ingin menangis sekencangnya. Namun semua sudah terjadi, menyalahkan keadaan pun akan percuma.

  Tak lama, Galih pun mengejar Arumni ke kamar sebelah, ia menekan gagang pintu namun terasa keras, Arumni menguncinya dari dalam.

  "Arumni, Arumni! buka pintunya Arumni!" teriak Galih sambil mengetuk pintu dengan sangat keras.

  Teriakan Galih mengema di ruangan, hingga terdengar ke telinga Mita, namun Mita merasa dirinya tidak perlu ikut campur, ia lebih memilih berdiam diri di kamar.

  Tak ingin melakukan hal yang sia-sia, karena Galih paham sudah pasti Arumni tidak akan membuka pintunya, Galih lebih memilih pergi ke kamar.

  Mita tak dapat tidur, di usia kehamilannya yang sudah hampir delapan bulan, ia mulai merasa susah tidur, dan gerah secara berlebihan.

  Ketika Galih dan Arumni tertidur, Mita lebih memilih membereskan rumah, ia melihat dua piring berisi makanan yang masih utuh.

  "Mas Galih dan mbak Arumni tidak jadi makan?" bisiknya dalam hati.

  Mita juga melihat teh yang ia buat untuk Galih masih utuh, itu tandanya Galih dan Arumni tidur dalam keadaan perut kosong, Mita jadi merasa bersalah karenanya.

   **

   Keesokan paginya Mita sengaja tidak membuatkan kopi atau menyiapkan sarapan untuk Galih, dengan maksud memberi kesempatan untuk Arumni mengurus Galih layaknya seorang istri, namun sepertinya Arumni sudah tidak sanggup melakukannya lagi.

  Pagi itu Galih keluar dari kamar dalam keadaan siap berangkat, tatapannya menyapu ke setiap sudut ruangan, berharap Arumni berada di sana, namun yang Galih lihat hanyalah Mita yang tengah berjemur di teras.

  "Mita, apa Arumni belum keluar kamar?" tanya Galih.

  " Belum mas, maaf aku belum buatkan sarapan untuk mu."

  "Tidak papa, aku akan sarapan diluar saja." Galih menatap jam yang melingkar di tangannya. "Tapi ini sudah terlalu siang, aku berangkat dulu, ya!"

  "Iya, mas!" ucapnya sambil tersenyum.

  Tidak lama setelah Galih pergi, Arumni keluar dari kamar. Arumni memang sengaja keluar saat Galih sudah berangkat, Arumni masih sedih jika melihat Galih dan mengingat tentang hubungannya dengan Mita.

  Arumni duduk bersebelahan dengan Mita yang ada di teras. ia tersenyum menatap Mita.

  "Mas Galih, baru saja berangkat, mbak." kata Mita.

  "Aku tahu!" jawabnya sambil tersenyum.

  Mita terkejut mendengar ucapan Arumni, "mbak, tadi mas Galih berangkat dalam keadaan perut kosong loh!"

  Arumni menghela napas, seolah ia sudah tidak peduli dengan Galih. "Nanti sore aku mau pulang ke Wonosobo."

  Manik hitam Mita membulat. "Tapi kenapa, mbak? aku dan mas Galih-"

  Arumni meremas tangan Mita, memberi tanda Mita tak perlu melanjutkan ucapannya. Arumni meletakkan tangan Mita di pangkuannya, "aku titip mas Galih, ya?" Lirihnya sambil menahan napas yang tercekat.

  Mita tak mampu menahan tangis, "tapi mbak, aku dan mas Galih akan berpisah setelah anak ku lahir." ucapnya dengan wajah menunduk.

 Arumni tersenyum, "Kalian tidak perlu mengorbankan anak, semua sudah terjadi dan tidak ada yang bisa mengembalikan seperti semula, aku pikir lebih baik aku tetap di Wonosobo."

  "Mbak..!"

  "Sssttt, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, Mita. Termasuk pernikahan mu dengan mas Galih. Aku pikir-" napasnya tercekat ia harus menunggu beberapa saat untuk melanjutkan. "Aku pikir, aku akan jadi wanita satu-satunya di hidup mas Galih, tapi takdir berkata lain."

 "Apa maksud mu, mbak?"

  Arumni mengulas senyum. "Kita lihat bagaimana nanti saja, ya?"

  **

  Dua hari berada di sana, belum ada perasaan bahagia di hati Arumni, ia jadi berpikir bahwa pulang ke Wonosobo adalah jalan yang terbaik untuknya.

  Setelah mengemasi pakaiannya, Arumni keluar dari kamar, ia melihat Mita yang tengah berdiri tercengang di depan pintu kamar Arumni. Arumni mengulas senyum.

  "Mbak, aku mohon pikirkan lagi mbak, pulang ke Wonosobo bukan solusi, tunggu satu bulan lagi aku akan melahirkan mbak!" Mita berusaha mencegah.

  "Maaf, Mita. ini keputusan ku yang tidak bisa di rubah oleh siapapun, termasuk mas Galih!"

  "Tapi dia suamimu mbak!"

  "Maafkan aku, Mita! aku tetap tidak mau merubah keputusan ku, untuk selanjutnya kita lihat saja nanti, ya?"

   Arumni keluar dari rumah Galih pukul tiga sore, ia tak mau menghiraukan Mita yang berusaha mencegahnya.

...****************...

1
kalea rizuky
dukung pebinor gass dit pepet teros abis ne jg janda kok dia
kalea rizuky
cpet cerai lah jangan bkin arumi oon
Hanipah Fitri
sabar ya Dit, ditunggu aja, nanti juga insyaallah Arumi jadi istrimu
Hanipah Fitri
kapan Arumi nya ambil tindakan, Thor cerita mu bagus tapi Arumi nya sangat lemah
Restu Langit 2: Tunggu saat Galih mentransfer uang, Arumni akan meminta itu sebagai nafkah terakhir ☺
total 1 replies
Hanipah Fitri
Arumi kalau memang kamu sdh mati rasa dgn galih kenapa gak dilepas aja dari pada menggantung lama
Hanipah Fitri
nah ini mertua yg pengertian.
Hanipah Fitri
ayi Adit yg giat ya dekati Arumi
Hanipah Fitri
Mita suami mu itu serakah pingin memiliki kedua dua nys
Hanipah Fitri
makin rumit
Hanipah Fitri
kasihan ya, kenapa Arumi sabar banget
Hanipah Fitri
Ribet amat si loh Galih, katanya nikah dgn Mita karna terpaksa tapi malah berlanjut hingga hamil
Hanipah Fitri
si Galih cemburu, dasar laki laki egois
Hanipah Fitri
sepertinya Adit jodoh Arumi tuk kedepan nya
Hanipah Fitri
Adit sebaiknya kamu cari tau dulu ya siapa Arumi itu
Hanipah Fitri
wah si galih memang harus di jewer kupingnya ya, katanya mau menceraikan si Mita, tapi sempat sempat nya sambil nelpon Arumi malah di usap usap kepala si Mita, bilang aja Galih bahwa cinta mu sdh terbagi.
malah seperti nya kau lebih berat dgn Si Mita daripada dengan Arumi
Hanipah Fitri
Arumi tertutup amat sih
Hanipah Fitri
sabar Arumi
Hanipah Fitri
Mungkin kah galih akan menceraikan Mita sementara mereka ada ansk
Hanipah Fitri
kalau sdh tau anakmu mendua apa yg akan kalian lakukan
Hanipah Fitri
cari tau dong Bu Susi tingkah anak mu yg telah mendua
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!