Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Datang ke Kediaman Abraham
Pukul 8:00 malam.
Ikrar dan Tania kini berada di perjalanan menuju rumah Kediaman Abraham.
Di dalam mobil tampak Tania yang gelisah karena merasa takut akan membuat masalah di Kediaman Abraham, namun di balik kegelisahaannya itu, ia merasa senang bisa bertemu langsung dengan keluarga Ikrar sebagai dirinya sendiri, tanpa menyamar menjadi wanita lain lagi.
Sesekali Ikrar melirik Tania yang terlihat gelisah itu, namun Ikrar tidak mengatakan apapun. Ia hanya memegang tangan Tania sambil tersenyum berusaha membuat Tania nyaman.
Tak lama kemudian, mobil Ikrar telah sampai di Kediaman Abraham. Supir pribadi yang mengendarai mobilnya segera turun dari mobil ketika mobilnya sudah terparkir sempurna di depan Rumah Besar Abraham.
Ikrar pun turun dari mobil, dan berdiri di samping mobil menunggu Tania turun. Ketika Tania menggerakkan tubuhnya untuk turun, Ikrar langsung memegang tangannya, membantunya untuk keluar.
Tania berdiri sejenak menatap kembali rumah Abraham dengan tangannya yang masih terus di pegang Ikrar.
“Ayo masuk!” ajak Ikrar.
“Kak Ar!” terdengar suara pelan Tania dengan wajahnya yang terlihat enggan untuk masuk.
“Tenang saja, ada aku, oke. Kita masuk ya!” ajak Ikrar kembali sambil tersenyum melihat Tania.
“Iya,” balas Tania.
Ikrar pun mulai berjalan masuk ke dalam rumahnya bersama Tania. Saat itu, Ikrar menggenggam tangan Tania dengan erat sambil sesekali tersenyum melihat Tania.
Dan ketika mereka di dalam, Ikrar di sambut seorang pelayan. Ikrar sempat bertanya pada pelayannya itu tentang keberadaan ayah dan ibunya saat ini. Pelayan mengatakan kalau mereka semua sedang bersantai di Ruang Keluarga. Ikrar dan Tania pun kembali berjalan menuju Ruang Keluarga yang di katakan pelayannya tadi. Dari kejauhan, Ikrar dan Tania sudah melihat semua keluarganya sedang asyik mengobrol di Ruang Keluarganya itu.
“Ayah, ibu. Aku datang!” kata Ikrar saat ia sudah berdiri di depan mereka yang tengah duduk di sofa.
Semua orang menoleh melihat Ikrar dan Tania dengan pandangan heran melihat wanita yang di bawa Ikrar.
“Aku datang bersama Tania!” lanjut Ikrar sambil terus memegang tangan Tania yang berdiri menunduk di sampingnya.
Adelia yang duduk di samping suaminya, berdiri dengan wajahnya yang kaget. Ia tidak menyangka kalau yang di katakan Nyonya Maya benar adanya. Tania memang masih hidup, begitu juga dengan Nerissa dan Gressia yang duduk berdampingan. Mereka sama - sama terkejut melihat Tania berdiri di hadapannya.
“Maksudmu, dia Tania anak Tuan Gunawan?” tanya Adelia yang memastikan kembali.
“Iya bu. Dia Tania, anak Paman Gunawan,” jawab Ikrar.
“Astaga ... Tania, kau benar – benar masih hidup?” tanya Adelia yang seketika tersenyum bahagia bisa melihat kembali Tania di depan matanya.
Tania mengangkat kepalanya ketika mendengar Adelia bertanya padanya, kemudian berkata: “Iya bi, saya Tania, saya masih hidup.”
Terdengar suara Tania yang pelan dan lembut menatap Nyonya Adelia dengan pandangan rindu. Rasanya ia ingin langsung memeluk wanita paruh baya itu seperti yang dilakukannya dulu, namun ia mengurungkan niatnya karena tahu kalau semuanya tidak sama lagi seperti dulu.
"Bibi benar - benar senang kau masih hidup Nak," seru Nyonya Adelia yang semakin senang dengan kehadiran Tania.
Nyonya Adelia pun memeluk Tania dengan ekspresinya yang sangat bahagia bisa melihat Tania lagi berdiri di hadapannya. Meskipun Nyonya Adelia mendengar kejelekan Tania dari Nyonya Maya, namun rasa sayangnya pada Tania tidak pernah berubah. Pikiran Adelia, mungkin saja Tania berbuat seperti itu karena Tania tidak pernah mendapat didikan dari ibunya, yang memang sudah tiada semenjak Tania kecil.
Lain halnya dengan Nerissa yang sejak tadi duduk bersama suaminya dan Gressia. Ia dan Gressia tampak serius melihat Tania. Tidak ada senyuman yang mereka tunjukkan ketika melihat kedatangan Tania di rumah Abraham.
Namun, Nerissa hanya duduk diam saja di sofa tanpa mengeluarkan pendapatnya tentang Tania. Jika saja tidak ada Reqy dan Adelia di sana, ia pasti akan mengusir Tania di rumah itu. Mendengar Nyonya Maya bercerita dengan tangisan yang mengirinya membuat ia percaya pada Nyonya Maya ketimbang Tania.
Nyonya Adelia yang masih berdiri memegang tangan Tania, mengajak Tania duduk di sofa bersama dengan yang lain.
Sementara Tuan Reqy berdiri mengajak anaknya naik ke lantai atas, tepatnya di Ruang Kerjanya untuk bicara berdua dengan Ikrar. Ikrar pun berpamitan pada yang lainnya untuk naik ke atas bersama ayahnya.
“Tania ... bibi mau bertanya padamu. Dimana kau selama ini?” tanya Nyonya Adelia ketika ia dan Tania sudah duduk berdampingan di sofa.
Saat itu, Tuan Reqy dan Ikrar sudah tidak ada di Ruang keluarganya itu, mereka sudah berjalan naik ke lantai 2.
“Saya tinggal bersama Ibu Kristin bersama anaknya,” jawab Tania.
“Ibu Kristin itu siapa?” tanya Nyonya Adelia kembali. Nyonya Adelia memang tidak tahu jelas siapa Ibu Kristin. Yang ia tahu hanya nama Galang saja.
“Dia ibu angkat saya bi. Saya sudah tinggal bersama dengannya dan juga Kak Galang selama tujuh tahun,” jawab Tania.
“Tania ... apa kau tinggal serumah dengan anak laki – lakinya tanpa ikatan?” tanya Nyonya Adelia. Nyonya Adelia sudah bisa menebak kalau Ibu Kristin dan Galang pasti ibu dan anak mendengar ucapan Tania tadi.
“Maksud bibi?” kata Tania yang tidak mengerti dengan ucapan Nyonya Adelia.
“Hei, kau itu pura – pura bodoh atau bagaimana sih?” sahut Gressia dengan suaranya yang terdengar kesal.
Seketika wajah Tania langsung tersenyum ketika ia menyadari Gressia yang saat itu bicara padanya. Karena terlalu fokus pada Nyonya Adelia tadi, ia sampai tidak menyadari kalau ada Gressia yang duduk di sofa bersama Nerissa.
Tania berdiri dari tempat duduknya, kemudian berkata: “Gress ... kau disini. Lama tidak bertemu!” Wajah Tania sangat bahagia bisa melihat Gressia, salah satu teman masa kecilnya.
“Huh ...!” Gressia langsung memalingkan wajah sinisnya tanpa menanggapi sapaan dari Tania.
Tania yang melihat itu kembali menarik bibir tersenyumnya dan menggantinya dengan ekspresi kecewa.
“Tania!” panggil Nyonya Adelia dengan pelan yang saat itu masih duduk di dekatnya.
“Ya bi,” jawab Tania sambil menoleh melihat Nyonya Adelia.
“Tania ... bibi bertanya padamu. Kenapa kau tidak menikah dengan anak Ibu Kristin itu? Tidak baik nak, tinggal serumah dengan pria yang tidak sedarah denganmu!” kata Nyonya Adelia yang berusaha menasehati Tania.
Tania kembali duduk di samping Nyonya Adelia dengan ekspresi kaget mendengar ucapan Nyonya Adelia.
“Saya sama Kak Galang tidak punya hubungan seperti itu, Bi. Kami berdua sama – sama anak Ibu Kristin, tapi bedanya saya hanya anak angkat Ibu Kristin. Meskipun kami tida sedarah, tapi Kak Galang sudah menganggapku sebagai adiknya sendiri," jawab Tania.
“Benarkah?” tanya Nyonya Adelia yang tidak tahu hal itu.
“Iya bi, sebenarnya saya dulu-
Di tengah – tengah obrolan mereka, datang Nyonya Maya bersama Belinda anaknya. Nyonya Maya berjalan cepat menghampiri mereka sambil berteriak memanggil Tania, sampai Tania langsung menoleh tanpa meneruskan ucapannya tadi yang ingin memberitahu masalahnya pada Nyonya Adelia.
.
.
Bersambung
.
.
Hai sayangku, aku minta dukungannya ya dengan cara Like, komen dan Votenya di Novelku ini. Terima kasih,
.
.