Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.
Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.
Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.
Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.
Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TK - 34 Langkah Pertama Sarah
Sementara itu, di bawah arahan Jamilah, Sarah Permata mulai melancarkan aksinya dengan bakatnya yang seorang aktris profesional.
Ia tahu, setiap detail kecil akan menentukan keberhasilan rencana ini. Tujuan utamanya adalah membangun citra yang tidak mencurigakan, bahkan menarik, di mata Damian dan lingkungannya, agar tidak ada yang menyangka niat busuk di baliknya.
Sarah mulai rutin menghadiri acara-acara sosial kelas atas yang sering didatangi oleh keluarga Santoso. Ia selalu memastikan penampilannya memukau, anggun, dan berkelas, namun tidak pernah berlebihan. Ia memilih gaun dari desainer ternama, tata rias yang natural namun menonjolkan kecantikannya, dan gaya rambut yang elegan, semuanya dirancang untuk menarik perhatian tanpa menimbulkan kecurigaan.
Pertemuan pertamanya dengan Damian terjadi di sebuah gala amal bergengsi yang diadakan di Grand Ballroom Hotel Mulia. Ruangan itu dipenuhi gemerlap lampu kristal, tawa renyah para sosialita, dan alunan musik klasik yang lembut. Sarah, dengan gaun malam berwarna biru safir yang membalut tubuhnya dengan sempurna, berjalan perlahan ke area buffet, seolah sedang memilih makanan. Ia menunggu momen yang tepat.
Ketika Damian, ditemani Anatasya, melangkah menuju meja makanan, Sarah sengaja 'menabrak' pelayan yang membawa nampan minuman, membuat sedikit keributan dan menarik perhatian. Ia segera meminta maaf dengan ekspresi panik yang meyakinkan.
"Ya ampun, maafkan saya! Saya sangat ceroboh," ucap Sarah, suaranya lembut namun terdengar jelas di antara keramaian. Ia membungkuk untuk membantu pelayan yang tergagap, menunjukkan sikap yang sopan dan bertanggung jawab.
Damian dan Anatasya yang berada di dekatnya, spontan menoleh. Damian, dengan sigap membantu pelayan membersihkan tumpahan, menunjukkan sifatnya yang selalu peduli. Anatasya, yang melihat kebaikan Damian, tersenyum padanya, seolah mengisyaratkan bahwa tidak ada masalah.
Sarah mengangkat kepalanya, seolah baru menyadari siapa yang ada di hadapannya. Ekspresi terkejut yang polos terpancar di wajahnya.
"Tuan Damian Santoso? Dan Nona Anatasya? Ya Tuhan, saya tidak menyangka bisa bertemu kalian di sini! Saya Sarah Permata. Saya... saya sangat mengagumi kalian berdua, terutama bagaimana Anda berhasil mengelola bisnis keluarga Santoso yang begitu besar, Tuan Damian."
Anatasya tersenyum ramah, tidak merasakan adanya ancaman. "Senang bertemu dengan Anda, Nona Sarah. Terima kasih atas pujiannya."
Damian mengangguk sopan. "Terima kasih, Nona Sarah. Kami juga senang bertemu dengan Anda."
Sarah melanjutkan obrolan dengan cerdik, mengarahkan pembicaraan ke topik-topik bisnis dan acara-acara amal. Sarah menunjukkan minat yang tulus dan pengetahuan yang mendalam tentang proyek-proyek terbaru Santoso Group.
Ia bahkan memberikan beberapa masukan cerdas yang membuat Damian sedikit terkejut dan terkesan. Damian, yang jarang bertemu orang yang benar-benar tertarik pada detail pekerjaannya selain timnya, mulai merasa nyaman.
Sarah juga sesekali melontarkan pujian tentang Anatasya, mengagumi selera fashion atau kecerdasan Anatasya dalam mengelola bisnis keluarga, membuat Anatasya semakin tidak curiga.
"Saya dengar Anda akan segera menikah dengan Nona Anatasya. Selamat ya, Tuan Damian. Kalian adalah pasangan yang sangat serasi, seperti kisah di film-film romantis yang saya impikan," kata Sarah dengan senyum manis dan tulus, sebuah topeng yang sempurna.
Ini adalah bagian dari rencana Jamilah, untuk membuat Damian lengah dan tidak curiga, membangun citra yang tidak mengancam.
Damian tersenyum. "Terima kasih banyak, Nona Sarah. Itu sangat baik dari Anda."
Sarah tidak berlama-lama. Setelah percakapan singkat namun berkesan itu, ia pamit dengan sopan, meninggalkan kesan positif yang kuat.
"Senang sekali bisa berbicara dengan kalian. Semoga sukses selalu."
Setelah acara itu, Sarah secara rutin mencari kesempatan untuk bertemu Damian di acara-acara lain. Ia tidak pernah terlalu agresif, hanya sekadar muncul di sana, menyapa, dan bertukar obrolan singkat.
Ia membangun citra sebagai seorang wanita muda yang ambisius, cerdas, dan menyenangkan, yang kebetulan mengagumi Damian sebagai seorang mentor dan pebisnis ulung.
Anatasya, yang selalu berada di samping Damian, tidak merasakan adanya ancaman. Sarah terlihat begitu tulus, bahkan sering memuji Anatasya di depan Damian, menyanjung pencapaian Anatasya dalam bisnis dan kegiatan sosialnya.
Anatasya melihat Sarah sebagai salah satu penggemar Damian yang tulus, seorang aktris muda yang sedang merintis karier.
Namun, di balik senyum manis Sarah, ada rencana jahat yang perlahan-lahan mulai berjalan. Ia mencatat setiap detail tentang Damian, tentang kebiasaannya, tentang orang-orang di sekitarnya, tentang jadwalnya yang padat, bahkan makanan favoritnya.
Ia mencari celah, kelemahan, sebuah titik buta, yang bisa ia gunakan untuk melancarkan serangan berikutnya yang lebih mematikan.
Jamilah menerima laporan dari Sarah secara berkala. "Bagus, Sarah. Terus dekati dia. Buat dia merasa nyaman di dekatmu. Kita akan menunggu momen yang tepat untuk melancarkan serangan yang lebih besar, yang akan menghancurkan hubungan mereka hingga ke akar."
☘️☘️
Pertemuan-pertemuan singkat Sarah dengan Damian terus berlanjut. Ia menjaga jarak, tidak terlalu dekat, namun cukup untuk tetap berada dalam pandangan Damian. Anatasya, yang selalu ada, sama sekali tidak menaruh curiga. Ia bahkan mulai menganggap Sarah sebagai teman.
Suatu malam, di sebuah pameran seni kontemporer, Sarah kembali melancarkan aksinya. Ruangan dipenuhi karya-karya abstrak dan instalasi modern, dengan lampu sorot yang menciptakan bayangan dramatis. Damian dan Anatasya sedang asyik mengamati sebuah patung perunggu, sementara Sarah mengendap-endap mendekat.
"Aku ke toilet sebentar ya, Damian," kata Anatasya, menepuk lengan tunangannya.
"Oke, hati-hati," jawab Damian sambil tersenyum.
Ini dia momennya. Sarah melihat Anatasya berjalan menjauh, menghilang di balik kerumunan pengunjung. Ia segera melangkah, memastikan langkahnya terlihat canggung dan sedikit terburu-buru. Ia berjalan di belakang Damian, berpura-pura tidak melihatnya.
Tiba-tiba, kaki Sarah tersandung kabel proyektor yang tersembunyi di bawah karpet. Ia kehilangan keseimbangan, tubuhnya oleng ke depan. "Aduh!" pekiknya pelan, cukup untuk menarik perhatian Damian.
Damian berbalik sigap. Refleksnya terlatih. Ia dengan cepat meraih pinggang Sarah, menahannya agar tidak terjatuh. Wajah mereka berdekatan, hanya beberapa inci.
Sarah mendongak, matanya yang indah memancarkan keterkejutan dan sedikit... rasa terima kasih yang mendalam.
"Ya ampun, Tuan Damian! Maafkan saya, saya ceroboh sekali," ucap Sarah, suaranya bergetar pelan.
Jemarinya yang ramping tanpa sengaja menyentuh lengan Damian saat ia mencoba menyeimbangkan diri.
Sebuah sentuhan singkat namun terasa hangat.
Damian masih menahan pinggang Sarah. Ia bisa merasakan keharuman parfum Sarah yang lembut.
"Tidak apa-apa, Nona Sarah. Hati-hati lain kali." Suaranya terdengar sedikit lebih dalam dari biasanya.
Mata mereka bertemu. Ada keheningan singkat, di antara hiruk pikuk pameran, yang terasa begitu intim.
Pada saat yang sama, di sudut ruangan, kilatan lampu flash kamera yang nyaris tak terlihat menyala. Seorang pria berjaket gelap, yang selama ini berbaur di antara pengunjung, dengan cepat mengabadikan momen itu.
Ia mendapatkan beberapa jepretan sempurna, Damian memeluk Sarah, wajah mereka berdekatan, ekspresi Sarah yang terpana, dan tangan Damian di pinggangnya.
Sarah segera menarik diri, berpura-pura malu. "Terima kasih banyak, Tuan Damian. Anda selalu menjadi penyelamat saya." Ia tersenyum manis, senyuman yang menyembunyikan rencana busuk di baliknya.
"Sama-sama," jawab Damian, sedikit canggung. Ia merasa aneh, ada sensasi yang tak bisa ia jelaskan.
Beberapa saat kemudian, Anatasya kembali dari toilet.
"Ada apa?" tanyanya, melihat Damian dan Sarah berdiri berdekatan.
"Ah, tidak ada apa-apa, Tasya. Nona Sarah tadi hampir terjatuh, aku menolongnya," jawab Damian cepat, seolah ingin segera mengakhiri percakapan itu.
"Oh, syukurlah kau tidak apa-apa, Nona Sarah," kata Anatasya ramah. Sarah membalasnya dengan senyum tulus, yang kembali membuat Anatasya tidak curiga sama sekali.
Malam itu, gambar-gambar mesra Damian dan Sarah langsung sampai di tangan Jamilah. Ia tersenyum puas melihat hasil kerja fotografer bayarannya.
"Bagus, Sarah. Ini baru permulaan. Sebentar lagi, hubungan mereka akan hancur."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...