Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadarlah!
Walaupun ingin berkata ingin pergi dari mansion tapi tetap saja Riftan tidak akan melakukannya.
Dia tidak mau Laura terlihat buruk di mata keluarganya. Baginya sang istri adalah perempuan baik-baik.
Mereka bertemu secara tidak sengaja dan saling jatuh cinta.
Dari awal Laura memang sudah tidak perawan tapi Riftan tidak mempermasalahkan hal itu.
Semua orang punya masa lalu yang buruk dan Riftan tidak mau mengungkit masa lalu pasangannya.
"Bayi itu pasti anakku," gumam Riftan pada dirinya sendiri.
Keesokan harinya, tidak ada sesuatu yang berbeda.
Berjalan seperti biasanya seperti tidak terjadi apapun.
"Biarkan aku membantu," ucap Laura yang ingin membantu Else menyiapkan sarapan.
"Tidak perlu, kau tidak boleh kelelahan," tolak Else.
Tidak masalah, Laura akan duduk saja karena memang bukan tugasnya untuk menyiapkan sarapan seperti ini.
"Kenapa kakak ipar repot-repot begini?" tanya Laura penasaran.
"Ini karena aku tidak suka menganggur saja," balas Else.
Tak lama nyonya Claudia ikut bergabung bersama kedua menantunya.
"Selamat pagi, ibu!"
Else dan Laura menyapa sang nyonya secara bersamaan namun tatapan nyonya Claudia tidak seperti biasanya.
Apalagi saat menatap Laura di sana.
"Apa ibu baik-baik saja?" tanya Else yang merasakan keanehan itu.
"Tidak," jawab nyonya Claudia dengan cepat.
"Mana para laki-laki, apa mereka belum ada yang turun ke lantai bawah?"
Nyonya Claudia langsung mengalihkan perhatian supaya suasana pagi itu tidak canggung.
Sepertinya para lelaki di keluarga Duke berumur panjang karena mereka secara bersamaan turun ke lantai bawah untuk sarapan.
Namun, si kembar harus berangkat duluan karena mereka akan melakukan pertandingan bola.
"Apa kalian tidak sarapan terlebih dahulu?" tanya Else.
"Kami tidak sempat," jawab keduanya.
"Biarkan saja mereka," ucap nyonya Claudia.
Suasana kembali canggung lagi karena semua yang ada di meja makan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Else yang tidak mengerti sengaja menyenggol lengan Hugo yang duduk di sampingnya.
"Apa ada yang salah sayang?" bisik Else yang masih merasa ada yang aneh.
"Tidak ada apa-apa," balas Hugo.
Karena suami palsunya sudah berkata seperti itu, Else tidak mau ambil pusing lagi.
Tapi, sebelum berangkat kerja Hugo berpesan pada Else saat mengantarnya ke parkiran mobil.
"Jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku!" pinta Hugo seraya mengambil ponsel istri palsunya.
"Kontakku harus kau jadikan nomor darurat!"
Else mengerutkan kening dalam. "Memangnya ada apa?"
"Ikuti saja perintahku, kau harus tetap jadi kucing penurut yang tidak banyak bertanya," ucap Hugo kembali arogan.
Kalau Hugo sudah berkata seperti itu, Else hanya bisa menutup mulutnya.
Dia melihat ada Riftan yang tampak kesal sedang bersama Lowell.
"Apa Riftan tidak mengambil cuti?" tanya Else.
"Tidak akan," balas Hugo.
Lelaki itu yang meminta Lowell untuk membawa Riftan bersama mereka.
Mereka semua kemudian pergi dari mansion keluarga Duke.
*
*
"Aku masih pengantin baru seharusnya bisa cuti untuk beberapa saat," protes Riftan yang diseret paksa untuk bekerja.
Hugo menggelengkan kepalanya. "Kau sudah meniduri istrimu sebelum menikah sampai hamil, apa kau masih belum puas?"
"Tidak semuanya tentang urusan ranjang, aku hanya ingin menjaga bayiku," ungkap Riftan.
"Heh? Apa kau yakin kalau itu bayimu?" timpal Lowell yang tidak percaya.
Mendengar itu, Riftan merasa emosional padahal sebelumnya dia berusaha melupakan keraguan itu.
"Kenapa semua orang tidak percaya kalau itu anakku?" kesal Riftan.
"Apa karena Laura merasakan minuman pahit hari itu?"
Riftan jadi menyambungkan semua kejadian.
"Kalian percaya takhayul seperti itu?"
"Bukankah kita semua memang sepakat untuk tidak mempercayai takhayul apalagi tradisi keluarga kita yang aneh!"
Hugo berdehem keras supaya Riftan bisa diam.
"Tidak aneh karena semua ada sebab dan akibat, pertanyaannya sekarang apa kita semua sudah siap untuk hidup miskin?" tanya Hugo.
Lowell membuka laptopnya kemudian memperlihatkan nilai saham perusahaan.
"Nilai saham perusahaan turun jadi semua sektor akan mengalami dampak kalau nilai saham kita terus turun seperti ini," jelas Lowell.
"Kenapa bisa nilai sahamnya tiba-tiba bisa turun?" Riftan merasa tidak percaya.
"Periksa rekening koran Laura hari ini!" perintah Hugo.
"Apa hubungannya nilai saham dengan rekening koran Laura?" tanya Riftan tidak mengerti.
"Karena mungkin kita bisa menemukan nama ayah kandung bayi itu di sana," jelas Hugo.
Riftan semakin tidak mengerti dan kesal pada dua saudaranya itu, mereka seolah menuduh Laura dan mengatakan kalau nilai saham turun karena istrinya.
"Kau pasti bingung, bukan?" Lowell akhirnya berusaha menjelaskan.
"Keluarga Duke sebelumnya sudah melakukan perjanjian dengan iblis dan ayah kita berusaha memutus rantai itu dengan mengorbankan dirinya. Kita semua tidak boleh menikah saling mendahului dan semua menantu keluarga Duke harus meminum darah Duke sebagai syarat serta pembatalan perjanjian!"
Pupil mata Riftan melebar karena tidak percaya dengan penjelasan sang adik. Dia langsung sadar kalau sudah melanggar tradisi.
"Apa?" Riftan langsung menatap Hugo di sana. "Kau yang membuat ide istri palsu, Kak!"
"Kalau saja kau menikahi Kara maka semua ini tidak akan terjadi!"
BUG!
Hugo memberikan bogem mentah ke pipi Riftan dengan keras.
"Sadarlah, bodoh!"
dan mungkin perjanjian itu akan hilang dgn kehamilan else
kamu jadi suka darah seperti vampir.
kenapa nih si Else????
gercep juga ini Lowell 👍🏻👍🏻👍🏻