"Bu, aku tak ingin di jodohkan!" ucap Tania.
Namun sayang waktu pertunangan mereka hanya tinggal menghitung jam saja. Rasanya Tania ingin kabur dari sana. Namun Tania tak tahu kemana.
"Sudahlah sayang, kau harus menurut! Pria itu sudah mapan. Kau tidak perlu bekerja lagi. Cukup mengurusnya saja!" sahut bu Rosa.
Tania terdiam. Selama ini dia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya semenjak ayah nya meninggal.
"Tapi bu, bagaimana dengan sekolah Rania jika aku menikah nanti?" ucap Tania.
Bu Rosa menarik nafasnya pelan. "Kau tidak perlu khawatir ibu sudah mengaturnya! Kau cukup turuti ibu saja!" sahut Bu Rosa.
Sebenarnya Bu Rosa hanya ingin melihat putrinya menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan pahit
Kini mereka sudah sampai di rumah Rosa. Rosa langsung keluar ketika Rania memanggilnya.
"Bu, kak Tania datang!" teriak Rania.
Rosa langsung menghampiri mereka. Ia merasa aneh karena tidak ada raut wajah senang terpancar dari pasangan itu.
"Ada apa nak? Apa kalian bertengkar?" tanya Rosa.
"Tidak bu! Tania ingin tinggal di sini! Jadi aku mengantarnya! " sahut Andika.
Namun tidak dengan Tania. Tania mengatakan yang sejujurnya pada ibunya.
"Tidak bu, Tania ingin bercerai! Tania ingin berpisah dari Andika!" sahut Tania.
Deg
Rosa terperanjat mendengar ucapan dari putrinya itu. Ia tak menyangka Tania dengan gamblang nya meminta cerai dari Andika.
"Apa yang kau pikirkan, nak? Kau pasti sedang bercanda bukan?" sahut Rosa.
Tania menggeleng, lalu Rosa meminta Andika untuk masuk terlebih dahulu. Sedangkan Rania langsung menarik koper itu ke dalam.
"Jelaskan pada Ibu apa yang terjadi Dika?" tanya Rosa.
Andika pun tak tahu. Tiba-tiba Tania meminta hal itu padanya. Rosa langsung menatap putrinya. Ia tahu pasti Tania mendapat tekanan hingga membuatnya memutuskan seperti itu. Namun Rosa tak ingin menanyainya sekarang.
"Kau pulanglah! Ibu akan membujuknya! " ucap Rosa.
Andika segera meninggalkan mereka. Dan ia merasa sangat sedih meninggalkan istrinya di sana. Rosa membawa Tania ke kamar.
"Nak, ceritakan pada ibu apa yang terjadi?" tanya Rosa.
Tania langsung menangis tersedu-sedu namun ia tak menceritakan alasannya. Ia hanya ingin bercerai demi kebahagian suaminya.
"Bu, jika Andika tak mengirim surat cerainya. Aku yang akan melayangkan surai cerai ke pengadilan!" ucap Tania.
"Apakah kau sudah memikirkan nya matang-matang?" sahut Rosa.
Tania mengangguk.
"Bagaimana bayi mu nanti nak? Ia pasti akan membutuhkan kasih sayang ayahnya! " ucap Rosa lagi.
Tania terdiam. Hal itu lah yang membuat dirinya harus memutuskan hal yang menyakitkan itu. Setelah beberapa hari ia berada di rumah Rosa. Haryono mengunjunginya. Rosa yang tidak tahu maksud dan tujuan Haryono itu pun menyambut baik kedatangan besannya itu.
"Silahkan masuk pak!" ucap Rosa.
Tania melengos melihat sikap ibunya. Hatinya menangis jika saja ibunya tahu apa yang terjadi pasti ibunya tidak akan bersikap seperti itu.
"Bisa kita bicara sebentar!" ucap Haryono.
"Tentu saja pak" sahut Rosa.
Haryono mengeluarkan amplop coklat dan selembar cek dan diletakkan di atas meja.
"Kau sudah tahu bukan , jika Andika dan Tania akan bercerai?" ucap Haryono.
Rosa terperanjat mendengarnya. Kini ia sadar bahwa memang benar Tania mendapat tekanan sehingga ia meminta cerai dari Andika.
"Kau yang meminta putriku bercerai?" sahut Rosa.
"Benar! Aku tak ingin putraku mengurus bayi yang bukan anak kandungnya!" sahut Haryono.
Deg.
Jantung Rosa berdesir Ia tak menyangka Haryono sekejam itu. Rosa hanya bisa menatap Haryono dengan tajam.
"Aku sudah mengurus surat cerai Tania! Dan ini cek yang sudah aku siapkan untuk kalian! Aku berharap kalian tak mengganggu kehidupan putraku lagi!" Jelas Haryono.
Belum sempat Rosa menyahut nya. Haryono kembali berbicara.
"Kalian tidak perlu menolak cek itu! Aku hanya ingin kalian tidak menuntut apa-apa lagi dari putraku!" sambung Haryono.
Setelah mengatakan itu Haryono langsung meninggalkan kediaman mereka. Kini Rosa hanya bisa menatap putrinya. Rosa menyayangkan sikap Haryono pada putrinya.
Rosa mengambil cek yang tertulis nilai 1 m itu. Rosa menangis tanpa bersuara. Ia tak ingin membuat Tania semakin tersiksa. Rosa menghapus air matanya. Lalu ia langsung memeluk Tania.
"Nak, kita akan pindah dari sini! Kau mau bukan?" ucap Rosa.
Tania langsung mengangguk. Rosa langsung menjual rumah beserta isinya. Mereka hanya membawa pakaian mereka saja. Cek yang diberikan Haryono di simpan baik-baik oleh Rosa. Sebenarnya ia tak ingin menerimanya. Namun ia tahu jika suatu saat nanti pasti mereka membutuhkannya.
***
Andika datang untuk menjenguk istrinya. Ia ingin meminta penjelasan padanya. Kenapa Tania tega mengirimkan surat cerai padanya. Namun ia semakin kecewa ketika ia tak mendapati mereka di sana.
"Kemana mereka bu?" tanya Andika.
"Apakah kau tidak di beritahu jika seminggu yang lalu mereka sudah pindah dari sini!" ucap Dessy
Andika menggeleng. Ia semakin frustasi ternyata Tania benar-benar meninggalkannya.
Aaaarrgh
"Tania, kenapa kau lakukan ini padaku?! " rutuk nya.
Andika langsung pulang ke rumah. Ia menghancurkan semua barang-barang yang ada di kamar Tania itu.
Prang
Andika sangat kecewa, lalu Bik ijah masuk dan mencoba menenangkan Andika.
"Tuan, apa yang terjadi?" tanya Bik ijah.
Tubuh Andika bergetar di bawah sana. Tangannya terluka karena ia sempat memukul cermin itu dengan keras. Bik ijah langsung mengambil serbet dan menutup luka itu agar tak mengeluarkan banyak darah.
"Tuan, tangan mu terluka, lebih baik kita bersihkan dulu!" bujuk bik Ijah.
"Bik, kenapa Tania melakukan ini padaku! Apa salah ku bik?" ucap Andika.
Bik Ijah tak sampai hati melihat penderitaan Andika itu akhirnya bik Ijah mengatakan yang sebenarnya padanya.
"Tuan,bibi harap kau tidak marah pada ayah mu jika bibi mengatakan yang sejujurnya!" ucap Bik Ijah.
Andika menatap Bik Ijah, ia ingin minta penjelasan darinya.
"Apa maksud mu bik?" sahut Andika.
Bik Ijah pun menceritakan jika 2 minggu yang lalu sebelum Tania meninggalkan rumah ini, Haryono datang menemui Tania dan minta Tania untuk meninggalkan Andika. Sontak saja hal itu membuat Andika terperanjat.
"Jadi, ayah yang meminta Tania untuk berpisah denganku?" sahut Andika.
"Kenapa bik? Kenapa ayah ku begitu?" sambungnya lagi.
"Tuan, sebaiknya kau tanyakan langsung pada ayah mu tuan!" ucap Bik Ijah.
Andika langsung bangkit. Tanpa menghiraukan luka di tangannya Andika langsung menemui ayahnya.
Brak
"Apa yang ayah lakukan pada Tania?" Teriak Andika begitu ia masuk ke kantor Haryono.
Haryono hanya melirik nya sekilas. Ia menatap penampilan putranya yang tampak kusut dan ia sempat melihat tangan kanan putranya itu yang terbalut serbet itu.
"Ada apa kau tiba-tiba marah-marah?! " sahut Haryono.
"Ayah bukan, yang meminta Tania untuk bercerai?" ucap Andika.
Haryono bangkit dari kursinya lalu mendekati putranya itu.
"Iya! Apa masalahnya! Aku tak ingin kau mengurus bayi yang bukan anak mu itu!" ketus Haryono.
Deg.
Andika melengos mendengar pengakuan ayahnya itu. Ia tak mengira ayahnya setega itu. Ia pikir ayahnya tak akan berbuat seperti itu pada gadis yang dulu ia sukai.
"Ayah, kau tega sekali mengatakan hal itu pada Tania. Itu bukan salah Tania yah! Jika memang itu bukan darah daging ku, akau siap merawatnya. Karena itu bukan suatu aib bagi ku!" jelas Andika.
"Tapi tidak dengan ku! Itu menyangkut harga diriku! Aku hanya ingin cucu yang memang darah daging ku dan keturunan ku!" sahut Haryono.
"Sudahlah Andika, sebaiknya kau lepaskan Tania, aku akan mencarikan pengganti nya!" sambung Haryono
Andika tersenyum miring. Ia merasa ayahnya saat keji. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Andika meninggalkan ruangan itu.
selama ini yg jahat kan haryono.
ceritanya makin seru
Buat si Tania menceraikan si Andika, udah cukup2 Penderitaan si Tania dlm Cerita mu ini Thorr..
Tak usah Hidup Bersama si Andika lg, kasihan si Tania disakitin terus sm Lelaki Pengkhianat dan Lelaki Jahat.
kasian sekali Tania jd penampungan dan pelarian
ceritany...maaf ya..masukkn...biar berbobot ceritany