Si Cupu Kesayangan Mr. Mafia

Setelah menikmati tubuh wanita cantik itu dengan leluasa, kini lengannya mulai terasa perih lagi. Wanita cantik yang masih bertelanjang di samping Aditiya membelai rambut halus di bagian bawah tubuh Aditiya.

Lidahnya kembali terjulur, dan jilatan penuh nafsu kembali dia lakukan. Kenikmatan dunia yang mereka rasakan kian larut bersama dengan hari yang kian pergi dan Aditiya akhirnya menghentikan aktivitas. 

“Kamu sangat lihai dan nikmat, berapa harga yang harus ku bayar untuk memliki mu seutuhnya?” Tanya Aditiya mengangkat dagu wanita itu dengan jari tengahnya.

“Jangan terburu-buru pergi sayang, bagaimana bila kita menikmati makanan spesial di sini dulu?” Tanya wanita itu dengan gemulainya menarik lengan Aditiya ke area meja makan yang memang tersedia di kamar tersebut.

Semua hidangan di sana adalah daging, dari mulai iga bakar hingga makanan berair yang semuanya adalah daging. Tempat itu agaknya sangat kaya hingga menjamu tamu luar seperti Aditiya dengan begitu luar biasa.

Masih dalam keadaan telanjang, wanita itu meminta Aditiya duduk dan mulai menatap seluruh makanan di sana, sebuah botol dengan aroma amis tampak di tengah rungan.

“Saudara ku, bagaimana dengan wanita ku?” Seorang pria masuk, sontak Aditiya yang masih mengenakan boxer terkejut.

“Tuan, anda menjamu ku dengan sangat luar biasa.” Ucap Aditiya, wanita yang semula berada di samping Aditiya kini duduk di atas pangkuan Si Kanibal.

“Ya, aku memang sangat suka menjamu tamu ku dengan sangat luar biasa, bahkan para tamu ku tak pernah lupa dengan sambutan dari ku.” Ucap si Kanibal, Aditiya tersenyum hambar saat ada wanita lebih cantik tak berbusana datang menghampirinya.

“Mau pilih yang mana?” Tanyanya mengelus pipi Aditiya, Aditiya langsung ngiler burungnya yang semula tertidur kembali terbangun lagi.

“Aku menginginkan diri mu,” Ucap Aditiya dengan kurang ajarnya mengecup punggung tangan wanita itu.

“Ah yang benar saja,” Wanita cantik itu duduk di atas pangkuan Aditiya dan mengecup bibinya dengan ganas. 

“Aku selalu tidak suka bertindak hanya setengah jalan, makan dulu dan setelahnya nikmati aku, bagaimana?” Goda wanita cantik itu dengan lihai, Aditiya tersenyum dan mempersilakan wanita itu memulihkan makanan yang akan dia nikmati.

Stick dengan rasa yang aneh, serta semua makanan di sana nampaknya sangatlah aneh, hingga selesai makan wanita cantik itu menuangkan sesuatu dari botol anggur dengan warna layaknya anggur namun sangat kental.

“Minumlah sayang,” Wanita itu memberikan gelas di tangannya pada Aditiya. Kejanggalan mulai di rasakan oleh Aditiya, jelas yang dia minum saat itu bukan anggur melainkan darah.

“Suguhan utamanya!” Teriak wanita itu, hingga seorang wanita cantik keluar membawa sebuah nampan, si Kanibal menyeringai dan meminta para wanita itu untuk meletakkan semua nampan yang tertutup itu di atas meja.

“Buka,” Perintah si Kanibal, bersamaan dengan hal itu lampu di sana berubah terang dan menyorot ke arah wadah tersebut, mata Aditiya membulat seketika.

.

.

.

Di sisi lain, Alvin mengenakan sebuah topeng dengan identitasnya yang sesungguhnya, srorang Bos Mafia menyambutnya dan menunuk di hadapan Alvin.

“Tuan ku yang agung, hamba mu memberi salam pada yang mulia. Hendak, apakah yang mengantar anda ke tempat terpencil ini Tuan ku?” Ucap salah satu Bos Mafia terbesar di wilayah tersebut.

“Aku menginginkan pria yang mendatangi mu tadi, buat dia bernyawa namun tak dapat bergerak selamanya.” Pria itu tertegun, karena sebelumnya dia telah menyerahkan pria itu pada si kanibal.

“T-tapi Tuan,” Bos Mafia itu nampak ketakutan,namun dia juga tak bisa menjamin bila pria itu masih hidup.

“Kanibal sudah meminum terlalu banyak darah bukan?” Ucap Alvin, pertanyaan itu juga sekaligus pernyataan bila pria Kanibal itu harus di lenyapkan.

“Tapi Tuan, dia adalah pria paling di takuti sekaligus tempat hukuman paling tepat untuk saat ini bagi para pembangkang.” Ragu Bos Mafia, Alvin menatap tajam Bos Mafia itu.

“Baiklah Tuan,” Ucap Bos Mafia lagi tanpa menunggu instruksi kedua, dia tak mungkin mampu melawan kekuasaan Alvin saat ini.

“Bila aku mengatakan aku sudah mati, maka mati. Bila kau berani buka mulut, akan ku ratakan tempat ini!” Ancam Alvin sebelum akhirnya pergi dari sana yang di ikuti oleh langkah bawahannya.

“Baik Tuan ku,” Jawab Bos Mafia itu, kakinya nampak bergetar ketakutan. Bila benar tempat itu rata dengan tanah, maka miliran dolar uangnya akan hangus seketika.

Alvin pergi dan berdiam di atas gedung paling tinggi di tempat itu untuk memperhatikan sekeliling, dia melihat sesuatu yang sudah biasa dia lihat sejak dulu. 

Dari mulai menjadi preman kampus, hingga mempelajari ilmu kebal dari salah seorang pria dari Banten, hingga kini akhirnya Alvin menjadi sosok paling di takuti oleh semua orang.

Kartu hitam miliknya sudah banyak, namun dia tak pernah memakai satupun untuk keluarganya. Entah sudah berapa jumlah uang yang dia miliki, dan Alvin sendiri takut menggunakannya.

Di dunia ini, selain Ibu dan Ayahnya dia tak takut pada apapun. Namun selain dua manusia itu dia juga takut pada tuhan, karena uang yang dia miliki saat itu adalah uang haram hasil pembunuhan.

"Doi, bagaimana keadaan Calya?" Tanya Alvin, sudah beberapa jam berlalu dan dia belum bertemu dengan Calya, tentu saja dia merasa khawatir.

"Semuanya baik Tuan, apa anda benar-benar akan meratakan tempat ini menjadi tanah?" Tana Kodoi, karena ucapan Alvin sebelumnya terdengar seperti nyata bukan hanya ancaman kosong.

"Menurut mu bagaimana? Haruskah aku membiarkan tempat ini?" Tanya Alvin, Kodoi menggelengkan kepalanya.

Beberapa bawahan Alvin yang sudah tobat juga memilih jadi orang biasa, mereka juga menyumbangkan uang hasil kegilaan mereka. Meski demikian, mereka tak berani buk mulut mengenai siapa sebenarnya Mr. A itu.

Tak berapa lama kemudian, seorang pria gendut kembali bersama Aditiya yang tak dapat berbicara ataupun bergerak. Mata Aditiya nampak memerah dan tatapan Alvin saat ini tertuju pada pria gendut itu.

"Apa saja yang sudah kalian lakukan?" Tanya Alvin, pria gendut itu memperlihatkan suntikan mematikan yang dirinya racik sendiri.

"Ini dapat mematikan tulang belakang tubuhnya, dia tidak akan dapat bergerak seperti yang anda mau." Ucapnya penuh percaya diri, Alvin tersenyum dan memerintahkan Kodoi untuk membawa Aditiya.

Namun amarah nampak bergelora di mata Aritiya, dia seperti habis melihat sesuatu yang mengerikan. Selain itu, dari urat yang mengejang di sekitar lehernya, sepertinya Aditiya habis marah besar.

"Jangan buang-buang tenaga mu, kau akan merasakan siksaan yang lebih kejam dari neraka." Ucap Alvin tertawa jahat, sedangkan Kodoi langsung menghubungi intelejen internasional untuk meratakan tempat tersebut menjadi tanah.

...PROMO...

Klik Link di bawah ini:

...............

Menjadi putra dari Raja Dewa Iblis dia harus mendapati sebuah takdir pahit, seluruh keluarganya mati di tangan para Iblis itu sendiri.

Lahir dari keputusasaan, dendam dan kekuatan. Agraus akhirnya bersumpah untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya dan menghancurkan para Iblis.

Di ambang keputusasaannya dia di pertemukan dengan seorang gadis kecil, keduanya memiliki perbedaan yang nyata hingga rahasia keduanya perlahan mulai terungkap saat waktu yang mereka lalui kian menjadikan mereka dewasa.

Novel ini perpaduan dari dua novel fantasy, di mana kisah Raja Dewa dan Raja Iblis dari dua benua yang berbeda.

.....