BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Kania dan Geby memperhatikan situasi di sekeliling saat sudah berada di depan pintu ruangan.

Setelah merasa aman Kania pemutar gagang pintu dan pintu terbuka.

"Syukurlah tidak terkunci. Kamu berjaga-jaga di luar biar biar aku yang masuk kedalam. Jika ada yang mencurigakan segera beri kode agar aku bisa segera keluar."

"Tenang saja, serahkan semuanya padaku."

Setelah berbincang sejenak dan mendapat kesepakatan, keduanya pun memulai tugas mereka masing-masing.

Kania masuk kedalam, sementara Geby berada di luar memantau situasi.

Kania menatap seisi ruangan sebelum menjalankan aksinya.

Pertama-tama Kania mencari CCTV dalam ruangan tapi tidak satu pun yang dia temukan.

Kania makin curiga, masa sih ruangan yang biasa di gunakan sebagai kantor tidak memiliki satu pun CCTV.

Kania melangkah ke meja kerja, di atas meja kerja tergeletak sebuah komputer yang biasa mereka gunakan untuk memantau seisi restoran.

Kania mulai mainkan jari- jemarinya diatas keyword dan membuka satu demi satu file yang ada di komputer.

"Kenapa fail ini mereka kunci, apa sebenarnya yang mereka sembunyikan di dalam file ini."

Kania semakin penasaran, beberapa kode dan kata sandi berkaitan dengan restoran itu telah dia gunakan tapi hasilnya tetap sama di"TOLAK".

"Kira-kira kata sandi apa yang mereka gunakan?

Kania memutar otak dan berkejar dengan waktu, takutnya ada yang datang sebelum file itu terbuka dan memergoki mereka.

"Cepat Kania, jam begini Bu Weni biasanya masuk keruangan ini untuk memantau keadaan restoran." Geby suara kecil dengan pandangan fokus ke daerah sekitar.

"Iya, tapi ini sangat sulit, mereka mengunci sebuah file dengan password."

Jari Kania terus bergerak hingga dia mengingat sesuatu.

"Semoga ini passwordnya."

Kania menekan tombol enter dan fail terbuka.

"Yes akhirnya terbuka juga, ternyata mereka menggunakan password "SEDAP 86".

Kania memeriksa seluruh laporan keuangan mulai dua tahun yang lalu dan semuanya di sabotase.

"Kania cepat nanti ada yang datang."

Mendengar teriakan Geby diluar, Kania membuka sebuah situs dengan cepat tangannya bergerak lalu enter.

"Akhirnya selesai juga ."

Kania menutup semua file terbuka dan buru-buru keluar, tapi sudah terlambat, tangan Geby sudah di pegang oleh Weni.

"Ternyata dugaanku selama ini benar kalau kamu sengaja di tempatkan mba Linda disini untuk mata-matai kami."

"Ibu sudah salah paham, Linda tidak pernah menyuruhku untuk memata-matai orang di restoran ini." elak Kania.

"Masih bisa mengelak juga kamu rupanya. Cepat katakan apa yang sudah kamu lakukan di dalam ruang ini?

"Aku hanya ingin membersihkan ruangan ini soalnya sudah lama tidak di gunakan."

"Kamu memang pandai berkilah, mengorek keterangan darimu mungkin sulit tapi lain ceritanya bila aku mengorek keterangan dari dia." tatap tajam Weni pada Geby yang hanya bisa menunduk takut.

"Geby, cepat katakan apa yang sedang kalian lakukan disini atau kamu mau aku memecat mu sekarang juga."

"Benar kata Kania Bu, kami hanya ingin membersihkan ruangan ini."

"Ternyata kamu sudah tidak takut denganku? Kalau begitu kemasi semua barang-barang mu lalu pergi dari sini. Kamu di pecat."

Geby terdiam, di tahu kalau hal ini bakalan terjadi padanya.

"Ibu tidak berhak memecat dia dari sini, yang berhak itu Linda."

"Diam kamu, semua urusan restoran ini sudah di limpahkan ibu Rika padaku jadi mba Linda sudah tidak ada urusannya lagi disini."

"Termaksud kecurangan yang kalian lakukan." Kania sedikit mengangkat ujung bibirnya seolah memberi ejekan pada Weni.

Wajah Weni yang tadinya garang tiba-tiba mulai panik.

"Apa maksudmu?

"Tidak usah menyangkal, aku sudah tahu semuanya, kalian memanipulasi semua data restoran agar restoran ini bangkrut lalu kalian bisa beli dengan harga murah bukan? Kalian benar-benar licik."

"Jangan asal menuduh, apa kamu ada bukti?

"Tidak mungkin aku berkata seperti ini kalau aku tidak punya buktinya."

Di dalam kepanikan Weni, dua orang.

"Ada apa ini ribut-ribut?

"Maaf Bu Rika, kedua orang ini sudah masuk tanpa izin untuk memeriksa semua isi ruangan kantor." jawab Weni.

"Mungkin mereka tidak sengaja Weni atau mereka hanya ingin membersihkannya saja. Benarkan Geby?

"Benar bu Carlota." Angguk Geby yang sedikit merasa aman dengan kehadiran ibu Carlota di sana.

"Ibu Carlota jangan terus membela mereka, mereka sudah membuka rahasia besar restoran ini."

Rika tersentak kaget.

"Apa benar yang dikatakan Weni barusan? Tatap Rika kearah Kania.

"Benar, aku sudah mengetahui semuanya. Kalian benar-benar licik, memanfaatkan kepolosan Linda untuk menghancurkannya."

"Kurang ajar."

Plak.....satu tamparan keras mengenai pipi Kania.

"Ibu, kenapa sekasar ini padanya."

Carlota ingin mengelus pipi Kania tapi Kania segera menepisnya.

"Aku tidak butuh."

"Panggil satpam kemari dan suruh mereka membawa kedua orang ini ke kantor polisi. Beri uang pada polisi-polisi itu untuk membungkam mulut kedua perempuan ini agar tidak bicara pada Linda." Perintah Rika pada Weni.

"Baik Bu." belum juga Weni berbalik seseorang datang menghampiri mereka.

"Apa yang terjadi, kenapa kalian berkumpul disini?

Linda yang baru saja tiba dan berdiri di tengah-tengah mereka. Wajah panik terpancar jelas pada Rika dan Weni.

"Begini Linda, kedua pelayan ini diam-diam memeriksa semua rahasia restoran. Aku yakin kalau mereka berdua ini adalah orang suruhan salah satu restoran saingan kita."

Linda menatap kearah Kania yang sama sekali tidak takut dengan mereka sementara Geby sama seperti tadi hanya bisa menunduk saking takutnya.

"Apa benar yang di katakan Tante Rika Kania Kalau kamu sudah mengkhianati semua kepercayaan yang telah ku berikan padamu?

"Mungkin kamu lebih percaya pada mereka ketimbang aku, tapi aku akan buktikan kalau sebenarnya mereka-mereka inilah yang selama ini mengkhianati kepercayaanmu. Mereka telah menguras uang restoran ini dan sudah berlangsung dua tahun lamanya tanpa kamu sadari."

"Jaga bicaramu, coba tunjukkan pada kami mana buktinya kalau kami sudah memeras uang restoran. Ingat, jika kamu tidak ada bukti maka aku tidak akan segan-segan menjebloskan mu kedalam penjara."

Emosi Rika sudah tidak terbendung lagi.

"Kania, kalau memang yang kamu ucapkan itu benar tolong tunjukkan padaku. Jika semua perkataan mu benar dan kamu memiliki bukti maka aku sendiri yang akan menjebloskan mereka ke dalam jeruji besi."

"Baik, kalau begitu ayo kita masuk." ajak Kania.

Raut wajah Rika semakin panik begitu pun dengan Weni. Sebelum mereka masuk kedalam ruangan, Rika memberi kode pada Weni.

Weni mengangguk dan mulai mengeluarkan handphonenya secara sembunyi-sembunyi. Dikirimnya sebuah pesan singkat pada seseorang setelah itu Weni mengangguk pada Rika dan di sambut Rika dengan senyuman.

Ke enamnya segera masuk kedalam dan berdiri di tengah-tengah ruangan.

"Kania, coba kamu perlihatkan padaku bukti kalau menang mereka melakukan kecurangan di restoran ini." ucap Linda

Kania mengangguk lalu tersenyum kearah Rika, Weni dan juga Carlota.