Dunia Alam Timur

Tiga puluh lima ribu para pasukan musuh dari ras binatang buas (rata-rata berada pada ranah emas, empat jenderalnya berada di ranah suci), itu kini mulai melancarkan serangan dengan sangat dahsyat.

Serangan tiga arah pun kini telah dilancarkan oleh para pasukan binatang buas itu, jendral ular api bewarna merah memerintahkan ular-ular untuk melancarkan serangan-serangan mereka dari bagian kiri. Sedangkan dari arah bagian kanan diisi oleh Jenderal Badak Baja berwarna hitam yang kini memberikan perintah untuk melakukan penyerangan itu kepada bawahannya pasukan badak baja hitam dari arah bagian kanan. Adapun seorang Jenderal Macan hitam memberikan perintah kepada pasukannya yang berjumlah sepuluh ribuan untuk menggempur dari arah bagian tengah. Sedangkan satu sosok jenderal macan hitam bersama sepuluh ribu pasukannya saat ini berada dalam posisi bertahan, dan pasukan ini bertugas untuk mengawasi pertempuran yang saat ini mulai terjadi.

Suasana hingar-bingar suara benturan tubuh antara kedua Monster kalajengking hitam melawan para pasukan gabungan binatang buas itu pun terjadi. Derap langkah hewan buas yang sangat menakutkan dapat terdengar di seluruh tempat yang ada di dalam benteng tersebut.

Jeritan para binatang buas kembali berlangsung dan membuat tempat itu terguncang hebat.

Saat ini Long Ra dan Long Re pada babak kedua ini sudah mulai kerepotan dan kewalahan, hal ini terjadi karena energi kedua monster kalajengking hitam ini, saat ini masih sebesar tiga puluh persen yang baru di dapat dari pemulihan singkat tadi.

Terdengar juga kini desisan-desisan suara ribuan ular yang sangat mengerikan, dan bahkan mampu membuat siapapun pasti akan lari-tunggang langgang untuk secepatnya menjauh dari tempat itu.

Long Ra dan Long Re pada saat ini pun sangat bergantung dengan kekuatan lain untuk datang dan segera dapat membantu posisi mereka yang sedang mengalami kesulitan.

Long Ra berkata :"akh mungkin kita berdua saat ini akhirnya mati koko", ucap Long Ra pada long re. Long Re membalas :"sudah tenang saja adikku, jangan takut mari kita bunuh mereka sebanyak banyaknya semampu kita", sahut dan ajak Long Re yang memang lebih cerdik dan tangkas.

Long Ra :"Koko Long Re mereka ini sangat banyak, tenagaku saat ini sudah tinggal lima persen".

Long Re:"kamu istirahatlah sebentar adik, kita bergantian saja saat ini menyerang mereka, segeralah kumpulkan Tenagamu cepat, tak ada waktu lagi tenagaku saat ini juga hanya tinggal lima belas persen".

Long Ra pun segera berhenti bergerak dan mematuhi perintah kakaknya Long Re.

Long Re yang pada saat ini harus bertarung sendirian berusaha menahan gelombang serangan para pasukan musuh yang datang dari segala arah, karena serbuan yang datang dari para pasukan musuh itu datang dari tiga arah dan khusus hewan buas gabungan pasukan musuh itu memanglah sangat cerdik, para anggota pasukan musuh itu secara bergantian menyerang ke arah Long Re yang saat ini sendiri dan tengah mati-matian berusaha sekuat tenaga menahan gelombang serangan tersebut. Sehingga dengan serangan dari tiga arah pasukan hewan buas itu memang dilakukan dengan harapan untuk dapat menyebabkan lawan yang kuat pun pasti akan mulai mengalami kewalahan dan tergerus kekuatannya pada saat mendapatkan serangan yang datang dari tiga arah ini.

Pada saat ini daya tempur yang dimiliki oleh milik Long Re, pada saat kini akhirnya sudah tinggal tiga persen lagi, karena tergerus dan melemah secara cepat. Kemudian dalam situasi yang tidak menguntungkan itu kini secara tiba-tiba datanglah ditempat itu seekor kera kecil. Dengan cara melompat-lompat lincah, dan kemudian langsung saja melompat kearah pundak lebar milik Monster Kalajengking hitam bernama Long Re ini. Sejak kapan dan entah dari mana kera kecil itu datang, dan tau-tau saja Kera kecil berwarna putih salju imut itu dapat hadir ditempat pertempuran yang sedang berlangsung sengit tersebut.

Long Ming pada saat ini malah tengah asyik-asyiknya sedang memakan dan menikmati setandan pisang di atas punggung Monster kalajengking hitam Long Re itu. Long Ming :'kamu diam saja dan jangan banyak bergerak monster lemah", hardik kera kecil itu seketika sesaat setelah muncul yang ditujukan kepada Long Re.

Long Re yang terkejut pun secara refleks dengan kesal hati berhenti bergerak :'kampret tuan muda kedua sialan ini datang-datang bukannya bantuin eh ini malah asyik lagi makan pisang, eh bukannya sebiji pisang malah se-tandan pula lagi', gumam Long Re.

Akan tetapi jauh di dalam lubuk terdalam hati monster nya itu Long Re juga berkata :' akh... Syukurlah akhirnya tuan muda kedua ini datang juga, Terima kasih tuan kera mau hadir dan menolong kami berdua, oh oh syukurlah tuan muda datang', Long Re tidak mengerti cara-cara aneh dan kelakuan di luar nalar yang selalu dibuat oleh tuan muda keranya itu meski begitu dia percaya kekuatan Kera putih salju itu sangat-sangat hebat dan dahsyat.

Seketika serangan para pasukan binatang buas yang datang dan dilancarkan dari tiga arah serangan itu seketika itupun berhenti. Kera kecil itu sudah mengancam binatang buas yang pada saat kini tinggal hanya tiga puluh empat ribu berhenti bertempur. (dengan suara telepati jarak jauh Long Re berkata :"hentikan serangan", suara telepati yang hadir tersiar masuk ke telinga semua para pasukan binatang buas musuh, yang tadi menyerbu/ menyerang secara terkoordinasi mengarah ke diri Long Re. Long Ming juga mengancam mereka :"kalian berhenti bergerak jika kalian masih saja bertarung dan mengganggu makan siang pisang ku ini, maka kalian akan ku binasakan dan segera kujadikan Binatang buas guling", sebuah siluet ilustrasi tiba-tiba saja muncul di kepala/benak pikiran mereka tentang seekor kera menjadikan Gajah raksasa leluhur binatang buas yang dihormati dan ditakuti karena gajah itu adalah Dewa pelindung yang mereka sembah saat itu menjadi gajah guling diatas pembakaran yang lagi diputar-putar dengan tubuh terikat pada sebuah tongkat putih milik kera putih itu, dan dibawahnya ada api tak pernah padam karena api itu adalah milik dan merupakan bahagian gunung Merapi aktif milik Pegunungan Mosibu pada masa jutaan tahun yang lampau/ dahulu).