Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tarik menarik rambut
"Apa pikiran semua staf di perusahaan ini jika ada yang melihat saya sekarang berada di ruangan Anda. Bukankah semua pegawai kantor akan menghina saya adalah wanita murahan dan bisa bekerja di sini karena koneksi."
Sengaja ia mengatakan alasan itu agar bisa segera keluar dari ruangan dan memberikan makanan yang sama sekali tidak cocok di lidah pada orang yang mau.
Refleks Austin yang baru saja mendaratkan tubuh di kursi kebesarannya itu tertawa terbahak-bahak. Kemudian berkomentar mengenai tanggapannya.
"Bukankah itu adalah faktanya? Atau kamu ingin bersandiwara dan menyombongkan diri di depan orang lain bahwa bisa bekerja di perusahaan ini atas kemampuanmu sendiri? Lucu sekali."
Merasa tertampar oleh kalimat ejekan pria itu dan sayangnya semua adalah kenyataannya, sehingga Diandra hanya bisa menahan rasa malu dengan wajah memerah.
"Anda benar. Itu adalah faktanya, tapi saya tidak mempunyai keinginan untuk membanggakan diri seperti itu. Jadi, jangan salah paham. Sebenarnya ...."
"Pergilah! Kamu tidak perlu menjelaskan apapun karena aku sudah tahu." Austin ingin wanita yang duduk di sofa itu menyadari bahwa ia jauh lebih berkuasa dan bisa membaca apapun.
Namun, ia tidak menyangka jika Diandra kembali melanjutkan perkataan dan kini hanya mendengarkan.
"Tidak! Ini harus dijernihkan agar tidak ada kesalahpahaman. Sebenarnya bukan karena ingin membanggakan di depan orang lain, tapi lebih kepada rasa malu saya karena bisa bekerja melalui jalur pintas."
"Apa kata semua staf perusahaan ini jika mengetahuinya? Mereka pasti akan mengejek dan menghina saya. Tujuan saya bekerja adalah ingin fokus mencari uang saja dan tidak ingin ada banyak orang yang memusuhi."
Kini, Austin mulai mengerti apa yang ada di otak Diandra. Bahwa ia salah karena ternyata wanita itu jauh berbeda dengan para kekasihnya yang selalu membanggakan diri ketika dekat dengannya.
Untuk menghilangkan kekhawatiran dari wanita yang sudah memerah wajahnya karena merasa seperti tidak punya harga diri, hanya ditanggapi dengan datar.
"Baiklah. Pergilah sekarang. Bawa pulang makanannya dan minum obatnya saat sudah di rumah saja karena aku khawatir terjadi dampak obatnya saat kamu di jalan."
"Baik, Tuan Austin. Terima kasih." Kemudian Diandra berjalan menuju ke arah pintu keluar setelah melihat pria itu menganggukkan kepala.
Saat Austin berniat kembali fokus pada pekerjaan, ponselnya berbunyi dan langsung menggeser tombol hijau ke atas.
"Halo."
"Presdir, kekasih Anda datang dan sekarang ada di depan."
Seketika membulatkan mata dan refleks langsung menatap ke arah sosok wanita yang hendak membuka pintu. "Diandra, tunggu!"
Kemudian ia bangkit berdiri dari posisinya dan buru-buru berjalan mendekati wanita yang sudah berbalik. badan melihatnya dan merasa sangat lega karena tidak jadi membuka pintu.
"Ada apa?" Diandra merasa sangat aneh melihat ekspresi wajah dari sosok pria yang sudah berdiri menjulang di hadapannya.
"Kamu tidak boleh pergi." Austin seketika menggandeng tangan Diandra dan mengajak ke ruangan sebelah kiri. "Masuklah! Kau tidak boleh keluar sebelum aku memanggil."
Saat Diandra merasa terkejut dan ingin bertanya, tidak bisa melakukan itu karena Austin telah menutup pintu.
'Astaga, apa yang terjadi? Apa ada seseorang yang datang?' gumam Diandra yang kini hanya bisa menebak mengenai sesuatu yang tiba-tiba dilakukan oleh Austin.
Kini, mengamati suasana di dalam ruangan yang berukuran cukup luas dan diperkirakan dua kali lipat dari tempat kosnya.
'Apa yang harus kulakukan di sini?' gumam Diandra yang kini melangkahkan kaki jenjangnya mendekati ranjang. Kemudian ia mendaratkan tubuhnya di sana.
"Aku baru tahu jika ruangan kerja ada tempat istirahat yang sangat nyaman. Memangnya dia mau kerja atau tidur? Lucu sekali."
Saat merasa bingung harus melakukan apa, kini Diandra yang meraba ranjang empuk tersebut, mendadak ingin merebahkan tubuhnya di sana.
"Sebentar saja," lirih Diandra yang kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang tersebut. "Aaah ... nyaman sekali? Saat di kampung, aku hanya tidur di kasur kapuk dan itu dulu sudah sangat nyaman, tapi ternyata ini jauh lebih nyaman."
Saat Diandra terbaring telentang di atas ranjang tersebut sambil memandang ke langit-langit kamar, merasa sangat terkejut saat tiba-tiba pintu terbuka dan ia terlambat segera bangun karena dilihat oleh sosok pria yang dianggap sangat tidak sopan karena tidak mengetuk pintu.
"Astaga! Kenapa tidak mengetuk pintu sebelum masuk?" sarkas Diandra yang buru-buru bangun dan kini sudah duduk di tepi ranjang.
Sementara itu, Austin yang tadi memeriksa ruangan agar tidak ada yang mencurigakan, merasa selamat ketika ia melihat sesuatu jatuh di atas sofa dan langsung menunjukkan pada wanita dengan wajah masam tersebut agar tidak salah paham padanya.
"Ini bukan rumah dan aku tidak sedang bertamu karena adalah ruanganku. Kamu meninggalkan ini di sofa. Kalau punya barang, dijaga baik-baik! Jangan asal meninggalkan." Kemudian Austin menyerahkan pada wanita yang tidak bisa menjawab apapun karena asyik mengunci mulut.
Sementara itu, Diandra merasa tertampar dan kini sudah menggenggam erat lipstik miliknya. 'Kenapa lipstik ini bisa terjatuh di sofa? Padahal aku menaruh di dalam tas.'
Diandra bahkan kembali tidak bisa berbicara pada pria yang untuk kesekian kalinya menghilang di balik pintu.
"Sepertinya aku harus mengganti tasku karena tidak ada resleting dan bisa membuat barang-barang kecil seperti ini jatuh."
Kemudian ia memilih untuk mengambil ponsel dari dalam tas dan menghabiskan waktu dengan cara bermain ponsel dan tidak ingin Austin kembali melihatnya berbaring di atas ranjang nyaman itu.
Sementara itu, Austin yang tadi baru keluar dari ruangan kamar, menepuk jidat berkali-kali saat menyadari kebodohannya.
'Harusnya kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk. Sial, sekarang aku malah membayangkan mencumbu wanita itu di atas ranjang.'
Austin tadi bisa melihat Diandra telentang di atas ranjang yang biasa ia gunakan istirahat dan saat buru-buru terbangun, melihat paha putih mulus karena saat itu hanya mengenakan rok selutut dan tersingkap ke atas.
'Ia tidak boleh memakai rok seperti itu lagi besok ketika bekerja. Nanti akan ada banyak staf pria yang melihatnya dan pasti membayangkan hal-hal intim sepertiku.'
Austin kini berdehem sejenak dan buru-buru berjalan ke arah kursi kerja karena tidak ingin sang kekasih merasa curiga jika ada seorang wanita yang berada di ruangannya.
Apalagi ia tahu jika sang kekasih memiliki watak temperamental dan bisa saja terjadi sesuatu hal yang buruk jika dua wanita bertemu.
'Jangan sampai terjadi tarik menarik rambut seperti yang dilakukan oleh para wanita,' gumam Austin dengan tangan mengirimkan pesan pada asisten pribadi untuk menyuruh sang kekasih masuk ke dalam ruangan.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...