NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.8k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Sidang Pertama

Keesokan harinya.

"Halo Nia, apa kamu baik-baik saja?"

Rangga menelepon Rania di pagi buta, bahkan wanita itu masih setengah sadar karena mengantuk. Semalam ia merekap orderan hingga lewat tengah malam, sehingga terlambat bangun. Biasanya ia akan bangun saat adzan subuh mulai berkumandang, tapi hari ini sampai pukul 05.00 ia masih betah memeluk bantalnya.

"Rangga? ini jam berapa?"

"Ini sudah pukul 05.15, apa kamu masih tidur?"

Rania mengucek matanya yang masih terasa berat, ia terperangah saat mengetahui jawaban Rangga ternyata tidak bohong.

"Oh astaga, aku kesiangan. Untung kamu menelepon, aku lupa menyalakan alarm. Terima kasih ya," ucap Rania.

"Sama-sama. Aku hanya ingin memastikan diri mu baik-baik saja setelah kejadian kemarin," balas Rangga.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit kesal kepada suami ku. Entah mendapat ide dari mana ia menuduh kita berselingkuh, aku yakin pasti seseorang telah memprovokasinya," ucap Rania.

"Oh iya, bagaimana jika ia menjadikan hal itu alat untuk menjatuhkan aku di pengadilan? Apa bisa hak asuh anak-anak jatuh ke tangannya?" tanya Rania kuatir.

"Tenang saja, aku akan membantu mu untuk mendapatkan hak atas penuh atas kedua anak kalian. Kita tidak berselingkuh Rania, kamu tidak perlu takut. Aku bisa membuat suami mu mendekam di penjara jika sampai melontarkan tuduhan yang tidak benar,"

Rania merasa lega, ia tahu Rangga adalah pengacara handal. Ia pasti tahu apa yang harus di lakukannya, ia bersyukur bertemu dengan pria itu di saat yang tepat.

"Besok adalah sidang pertama, apa kamu sudah siap?" tanya Rangga.

"Aku harus siap Rangga, demi anak-anak,"

"Apakah besok kamu akan membawa mereka ke dalam sidang?"

"Tentu saja tidak, mereka akan aku titipkan di rumah kakak ku sebelum aku berangkat ke pengadilan,"

"Apa perlu aku jemput?"

"Tidak perlu Rangga, aku tidak ingin orang lain berspekulasi tentang kita. Nanti kita ketemu di sana saja,"

Obrolan mereka harus terhenti karena mereka harus melakukan rutinitas masing-masing. Sembari mengerjakan pekerjaan rumah, ia mulai membangunkan kedua anaknya. Hari ini ia akan mengirim beberapa barang pesanan, jadi harus bergerak cepat.

Rania hanya mengirim pesanan yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Sedangkan untuk yang berlokasi jauh atau membeli dalam jumlah besar ia hanya menerapkan sistem datang langsung ke tempatnya.

"Sayang, nanti pulang sekolah ibu akan mengajak mu dan adik beli baju di mall ya. Nanti kita sekalian makan siang di sana, kalian boleh beli satu mainan yang kalian suka," ucap Rania.

"Hore... asyik, jalan-jalan, beli mainan,"

Kedua anaknya bersorak kegirangan. Rania ingin menebus ketidak kemampuannya saat bersama suaminya, ia ingin memberikan hasil jerih payahnya kepada orang yang paling berhak menerimanya. Tentu saja mereka adalah kedua anaknya. Sejatinya setiap orang tua berjuang mencari nafkah hanya untuk kesejahteraan keluarganya.

☆☆☆

Siang harinya.

Kontrakan Rania sudah seperti gudang penyimpanan barang, beruntung ia bisa menatanya dengan rapi sehingga tidak terkesan sesak. Ia mulai menghitung omset yang ia peroleh hari ini. 10 kardus minyak goreng, 10 kardus mie goreng, 100 kilogram gula, 10 bungkus beras isi 5 kiloan, dan beberapa item lain.

Alhamdulillah ia mendapat omset sekitar 13 juta rupiah dengan keuntungan mencapai 3 juta rupiah. Ia benar-benar pandai berdagang dan memanfaatkan peluang. Harga jual yang lebih rendah dari agen lain membuat dirinya banyak di buru para reseller.

Jika dulu ia harus beesusah payah belanja sendiri dari toko satu ke toko lain, sekarang ia sudah bisa mengatur strategi. Ia bekerja sama dengan karyawan toko untuk pembelian sekaligus pengiriman barang, sehingga ia hanya tinggal menunggu di rumah.

"Ayo Sayang segera ganti seragamnya,"

Alisa menuruti perintah ibunya, ia memakai bajunya yang menurutnya paling bagus.

"Ayo Bu, kita berangkat," ajak Alisa.

"Sepertinya akan turun hujan, kita naik taksi online saja ya,"

Rania segera memesan taksi dari aplikasi. Tidak lama berselang sebuah taksi online berhenti di depan rumah mereka. Mereka pun segera naik.

"Wah besar sekali ya Bu, kenapa dari dulu tidak pernah main kesini ya?"

Pertanyaan Alisa membuatnya merasa bersalah. Selama usia anak itu memang baru 2x ia mengajaknya masuk ke dalam mall, yaitu saat ia berusia 2 tahun dan sekarang.

Rania benar-benar membuat kedua buah hatinya bahagia. Mereka membeli beberapa setel pakaian, sepatu dan tas sekolah untuk Alisa, mainan dan bermain aneka wahana di time zone. Mereka baru pulang saat sore menjelang.

☆☆☆

Keesokan harinya.

Waktu yang di tunggu-tunggu Rania telah tiba, hari ini adalah sidang pertama perceraiannya dengan Alif. Alisa hari ini ia liburkan dari sekolah dan ia titipkan di rumah Tiara bersama adiknya.

Penampilan wanita itu jauh berbeda dengan ketika masih seatap dengan suaminya. Rania melangkah dengan penuh keyakinan menuju area pengadilan agama.

"Apa sudah siap?"

Rania menoleh ke arah sumber suara, pemilik mata elang sedang tersenyum ke arahnya.

"Insyaallah siap," jawab Rania mantap.

Dari kejauhan mereka melihat Alif melangkah sendirian, pria itu menatap ke arah mereka berdua. Semakin mendekat, dan bergabung bersama mereka.

"Apa kabar pak Alif?" tanya Rangga.

"Seperti yang kamu lihat," jawab Alif datar.

"Aku harap kamu masih memikirkan tentang anak-anak kita, kita masih bisa memulai lagi dari awal, Nia,"

Alif menatap istrinya penuh pengharapan, melihat wanita yang ia cintai semakin mempesona membuat dirinya makin menyesal. Tidak rela rasanya melepas dirinya.

"Maaf Mas, aku masih tetap dengan keputusan ku," jawab Rania.

Rania berlalu meninggalkan keduanya, menuju ruang sidang.

"Hati-hati dengan ucapan yang nanti akan pak Alif katakan, karena jika salah justru akan menjadi ancaman untuk hidup pak Alif sendiri,"

Ucapan Rangga sebelum pergi benar-benar membuat Alif tertekan. Mentalnya sudah kalah bahkan ketika belum bertanding. Ia merutuki dirinya sendiri, harusnya ia lanjut kuliah dulu agar tidak mudah di hardik orang lain.

Kini mereka sudah berada di ruang sidang, proses sidang segera di mulai. Semua memberi keterangan sesuai pertanyaan hakim dan jaksa. Rania tetap dengan pendiriannya untuk bercerai, namun Alif masih merasa keberatan dengan gugatan Rania.

"Saya sadar jika saya memang salah, saya siap untuk memperbaiki segalanya. Saya tidak ingin berpisah, saya masih mencintai istri saya Pak," ucap Alif.

Wajah Alif seolah di penuhi kepedihan, jika orang yang tidak tahu perjalanan kisah mereka mungkin akan menyangka istrinya yang salah. Namun semua di ruangan itu sudah paham keadaan mereka.

"Sidang di tunda dua bulan ke depan,"

Tok... tok... tok...

Hakim menutup persidangan. Rania memiliki waktu 2 bulan ke depan untuk berpikir kembali.

"Kenapa lama sekali sih prosesnya, aku kira akan cepat," gerutu Rania.

"Memangnya kenapa? Apa sudah tidak sabar ingin menjadi pendamping ku?"

Rangga berseloroh agar Rania tidak tegang.

"Apa kata mu, Rangga?"

"Bukan apa-apa kok,"

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!