Novel ini bercerita tentang cewek tomboy dan juga cowok dingin.
Anggraini
Dwi Deka Sasendri gadis tomboy yang berpakaian seperti laki-laki, bahkan di sekolah pun malah menggunakan celana bukan rok. Apalagi hobinya olahraga dan juga beladiri menambah kesan laki-lakinya. Anggra selain tomboy dia juga gadis yang periang dan banyak teman.
Namun bagaimana jadinya bila ia harus sekelas dengan Dion Albarnista. Dion adalah pria yang pendiam dan juga suka menyendiri. semua Dion lakukan karena ada alasannya tersendiri.
Anggra yang sebagai ketua kelas ia ingin semua orang saling berteman. Bagaimana cara Anggra membuat Dion untuk bergabung?
Selain itu, ada kejadian yang membuat mereka di paksa menikah dengan berbagai syarat. Akankan mereka dapat membatalkan pernikahan itu? Lalu bagaimana kehidupan setelah pernikahan mereka? Akankah menumbuhkan cinta? Akankah banyak rintangannya?
Yuk saksikan kisahnya.
Jangan lupa baca juga
I hate You status (kisah orang tua Anggra)
Sifat tersembunyi my husban (kisah orang tua Dion)
Ibarat lagu waktu yang salah cinta ini bersemi. Kau masih mencintainya dan aku menyukai orang lain. walau ku ingkari perlahan hati ini memilihmu.
-Angraini Dwi Deka Sasendri
Kamu datang dihidupanku ibarat lagu lumpuhkan ingatanku, karena kamu datang menghapuskan dia dari hatiku. Lalu jika kamu pergi siapa yang menghapuskan kamu dari hatiku wahai gadis tomboyku
-dion albarnista
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Permata Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Sesaat kemudian
Tring tring (bunyi HP Anggra)
"Assalamu'alaikum"
"....."
"Mana?" (Anggra celingak-celinguk)
"...."
"Di sini, Ren" (Anggra melambaikan tangan pada seseorang).
Seseorang berhenti dengan motornya dan melepaskan helm.
"Loe, Rini?" Dan turun dari motornya mendekati Anggra.
"Bukan. Gua musuh Loe" jawab Anggra.
"Loe ngapain dandan kek gini, Rin?" Kek cowok loe"
"Kenapa engga suka?"
"Udah engga cantik dandannya kek gini lagi"
"Apa kata loe? Kalau gua dandan cewek, Laudya Chintya Bella mah lewat. Loe bukan tipe gua lagi"
"Ia Laudya Chintya Bella bila di lihat dari atas Gunung Himalaya pakek sedotan dan ujung sedotan ditutup sama nasi"
"Engga kelihatan ****"
"Kenapa loe pakai celana? Androk loe mana? Gua hampir engga ngenalin lagi"
"Androk gua engga dikasih kepala sekolah. Katanya gua pantes pakei celana"
"Est. Siapa tuh" ujar Rendi menyenggol Anggra.
"Kan hampir lupa gua. Kenalin Ren ini Dion. Yon kenalin ini teman gua alias temen kakaknya Reki. Loe tau kan?"
"Hai gua Bang Rendi. Abang gua lebih tua. Bocah satu ini aja yang engga sopan panggil nama" mengulurkan tangan.
"Hai Bang Ren, gua Dion" menerima uluran tangan Rendi.
"Dia teman sekelas gua"
"Teman apa temen"
"Oke. Kita langsung aja. Jadi gini Ren gin"
"Nanti, Nggra gua mau ngomong sama kamu dulu" sela Dion dan menarik Anggra menjauh.
"Ada apa, Yon?"
"Dia teman kakaknya Reki, kan? Gimana kalau dia cerita dan Reki tau? Bisa jadi masalah. Rahasia sebaiknya hanya antara kita saja, Nggra"
"Kenapa dia harus cerita? Dia udah janji engga akan cerita ke siapapun kok. Lagipula dia teman kakaknya bukan kakaknya"
"Nggra kalau detektif dan orang aku udah ada"
"Semakin banyak yang bantu kan semakin mudah"
"Lagipula Rendi itu kerja di agen perintah"
"Terserah deh, Nggra"
"Percaya aja deh, Yon"
"Ada apa sih?" Tanya Rendi saat Anggra dan Dion kembali.
"Kepo" jawab Anggra "Kita langsung aja, Ren. Gua mau minta tolong Ren. Teman gua ada yang kecelakaan kira-kira hampir satu tahun. Tapi jasad maupun orangnya engga ketemu. Bisa ngga kamu selidikin orangnya masih hidup apa engga"
"Kenapa gua harus ngelakuinnya?"
"Hidup dan mati kita ada di tangan loe sekarang, Ren"
"Lebay loe"
"Lagi pula udah 1 tahun. Bila udah meninggal juga akan ketemu tengkoraknya"
"Gua mohon sama loe, Ren"
"Oh. Ya sebenarnya kecelakaannya agak engga masuk akal. Oleh sebab itu, Ren gua mohon sama loe"
"Nggra loe ngomong apa sih?" Ucap Dion dan menarik Anggra menjauh " Loe kenapa bilang kek gitu?"
"Bilang yang mana?"
"Bilang kalau kecelakaannya agak ganjal. Polisi udah bilang kalau itu kecelakaan tungal dan udah diselesaikan"
"Gua ngomong gitu biar Rendi mau tau"
"Tapi..."
"Kalian ini suka banget ya bisik-bisik" kata Rendi mengagetkan Anggra dan Dion"
"Hehehe" cengir Anggra
"Begini Ren. Gua mau low cari tau. Gua berani bayar berapa aja. Asal loe bisa cari orangnya hidup ataupun" Dion menarik nafasnya berat " jasadnya"
"Kenapa? Kenapa kalian mau nyari orang itu?"
"Karena dia berarti bagi kami" jawab Anggra
"Berarti. Oke bisa diterima. Tapi kenapa baru sekarang nyarinya"
"Emang minta di gebukin loe. Dion udah hampir setahun nyarinya tau" ujar Anggra.
"Ini mauu bantuin, ngga?"
"Mau lah"
"Oke. Coba ceritain kronologinya dari awal kecelakaan sampai setahun ini yang loe dapetin"
Dion menceritakan kejadian
"Jadi di sini kecelakaannya?"
"Iya. Makanya agak sulit karena masuk ke dalam air" jawab Dion.
"Jadi ada kemungkinan dia terbawa aliran air"
"Ya. Itu masalahnya"
"Bagaimana Ren?" Tanya Anggra.
"Agak sulit sih" jawab Rendi "Tapi akan aku coba bantu sebisa mungkin"
"Yes. Thanks Ren"
"Sama-sama, Nggra. Loe juga udah banyak bantu gua. Kalau bukan karena kamu mungkin aku engga akan sampai di sini"
"Itu berkat dirimu sendiri, Ren"
"Kapan mulai pencarian?" Tanya Dion
"Gua akan liat di catatan kepolisian. Sambil cari petunjuk"
"Thanks ya Ren" ucap Dion tulus
"Tenang"
"Tapi gimana loe dapet catatan itu kan engga mudah"
"Gua Rendi bukan anak cengeng dulu ya, Nggra. Lihat aja gua akan dapet dalam 3 hari"
"Siap"
"Oh ya. Gua harus balik dulu. Besok gua buat rencanannya" ucap Rendi.
"Hati-hati di jalan"ucap Anggra dan Dion bersama-sama
"Cie barengan"
"Udah lihat jalan loe. Nanti jatuh baru ngerasa"
Rendi sudah pergi
"Makan yok. Gua laper" kata Anggra.
"Oke. Makan dimana?
"Kafe Danggra"
"Boleh. Yok"
Di kafe Danggra
"Apa yang loe perbuat, Nggra? Sampai Rendi tadi bilang karna loe dia bisa sampai di sini"
"Apa ya? Rendi dia berasal dari keluarga yang bisa dibilang kekurangan. Cuma dia cerdas dan pekerja keras. Saat dia SMA gua masih SD kelas 5 keknya gua sering supir telat jemput. Dia itu cengeng sering nangis tapi sendiri. Jadi gua deketin gua bilang cowok kok cengeng ganti aja jangan pakai celana tapi androk. Gua cerita sama ayah dan engga tau ayah tertarik dan bantu dia dan ceritanya sama ayah"
"Jadi dia dekat sama ayah kamu?"
"Iya"
"Dan loe. Gua engga habis pikir. Bagaimana dia cerita sama ayah loe? Kalau kita deket"
"Gua yakin kok dia engga akan cerita"
"Iya iya. Terserah loe"
"Ini makanannya sampai" kata pelayan meletakkan makan pesanan Dion dan Anggra
"Lama banget, mba. Aku udah lapar tau"
"Sorry nih bos. Sets siapa bos? pacar? udah dua kali bos?"
"Sets berisik. Sana ke kerja aja. Yang rajin ya"
"Siap bos" dan pergi meninggalkan Anggra dan Dion
"Kenapa suka di sini, Nggra?" sambil minum
"Iya karena ini kafe gua" kata Anggra membuat Dion kesedak.
"Nih" Anggra memberikan tisu. "Loe engga apa-apa?"
"Ini kafe loe"
"Emm. Kafe gua sama David. Makannya namannya Danggra David Anggraini"
"Loe sibuk banget ya. Bagaimana loe bagi waktu"
"Ya engga sibuk-sibuk amat sih. Lumayan Yon tambah pengalaman. Kita jadi tau cari uang itu engga mudah. Lagipula banyak di kerjain karyawan dan David. Aku cuma ngecek keuangan"
"Emang ayah loe..."
"Cukup kok penghasilan ayah. Tapi kalau bisa kenapa harus minta? Selama ini aku masih hidup sama uang ayah. Pas awalnya juga ayah engga setuju. Tapi.. hehehe"
"Aku baru tau dia wanita yang hebat. Aku yang laki-laki aja engga kepikiran"
"Dimakan, Yon. Jangan di anggurin kasian"
"Iya, Nggra"
pendek banget
mampus Dion huuuu