Siapa bilang menjadi sugar baby itu enak?.
Bergelimang kemewahan, bisa membeli tas mahal, perhiasan dan gadget terbaru dengan mudah. Bisa memiliki apartemen dan mobil seharga milyaran, segampang membalikkan telapak tangan.
Lea Michella dan teman-temannya, menempuh jalur instan agar bisa hidup enak. Mereka rela menjual kehormatan demi mengumpulkan pundi-pundi uang.
Namun ternyata, kehidupan sugar baby tak seindah dan semudah yang sering diceritakan oleh penulis di novel-novel online. Nyatanya ada banyak hal serius yang harus mereka hadapi.
Sanggupkah mereka bertahan atas pilihan yang mereka ambil?. Ikuti saja kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bodo Amat
Saat mereka semua tengah makan, tiba-tiba saja Edmund muncul lalu duduk di sisi Grace. Daniel terkejut, ia memaki dirinya sendiri dalam hati. Untung saja tadi ia tak sampai mendekati dan menyapa Grace. Dan juga Lea yang untungnya tak jadi pulang. Ia benar-benar tidak mengira jika Edmund juga akan hadir ditempat itu.
"Hai, Dan." ujar Edmund menyapa Daniel. Pria tua itu turut melirik ke arah Lea.
Lea sendiri masih ingat wajah Edmund. Dan ia kini menyadari, jika wanita hamil yang ada disisi Edmund itu adalah mantan Daniel. Sebab tadi Edmund sempat mencium pipi Grace sebelum duduk.
"Kabarnya, ada agency yang menyediakan jasa perempuan bayaran."
Edmund berbicara pada salah seorang rekan yang duduk di sisi kirinya, ketika ia telah duduk dan makan beberapa saat. Ia bermaksud menyindir anaknya.
Richard, Ellio dan beberapa pebisnis yang ada di meja tersebut melirik pada Daniel. Sebagian yang hadir malam itu, mulai menyadari siapa Lea. Karena mereka juga turut hadir pada acara yang diadakan SB Agency.
"E, iya. Itu untuk yang gagal mendapatkan pasangan." ujar rekan Edmund.
"Hahaha." Edmund teryawa.
Rekan Edmund sendiri tak mengetahui jika Edmund dan Daniel terlibat suatu perkara. Rekannya itu tahu soal SB Agency, tetapi ia tak hadir di malam pada saat Lea diperebutkan. Ia benar-benar tidak sadar, jika Edmund sedang mengajak dirinya untuk menyindir Daniel.
"Katanya sih, yang masuk kesana itu ABG-ABG yang suka open B.O di online."
Edmund kembali berujar, dia benar-benar ingin membalas perlakuan Daniel yang telah merebut Lea darinya. Sekaligus memberitahu Grace, jika Daniel kini telah memiliki pasangan. Meski sejak tadi Grace sudah curiga.
Daniel, Richard dan Ellio tersentak mendengar hal tersebut. Mereka sangat takut jika Lea akan terluka hatinya, akibat ucapan si tua bangka itu.
"Iya sih, kabarnya gitu." jawab rekan Edmund santai. Lea menunduk, Daniel mengira gadis itu tersinggung. Padahal Lea menahan sendawa, agar tak memalukan Daniel.
"Gue datang kesana koq."
Tiba-tiba Daniel nyeletuk demi menyelamatkan harga diri Lea. Rekan Edmund dan yang lain kini menatap ke arah arahnya. Mereka tak menyangka jika Daniel akan mengakui hal tersebut. Mengingat Daniel adalah orang yang memiliki arogansi, serta gengsi yang cukup tinggi. Grace kini turut melihat ke arahnya dan juga Lea, hati wanita itu mendadak bergemuruh.
"Lo kesana?" tanya rekan Edmund pada Daniel.
"Ya." ujar Daniel lalu mereguk minumannya.
"Lo nyari perempuan?" tanya nya lagi.
"Why not. Gue masih muda, ya nggak masalah dong kalau gue nyari."
"Tapi kan cewek di agency itu katanya dari yang open B.O an."
"Cewek-cewek sekitar kita juga nggak jauh beda."
Ucapan Daniel sukses membuat semuanya tersentak.
"Cewek yang ada di circle kita, kebanyakan antri. Dari satu bos ke bos lain, sampe jatuh ke tangan bos yang kebetulan benihnya jadi. Akhirnya stop disitu. Jadi apa bedanya sama cewek agency yang katanya suka open B.O?"
Daniel menarik sudut bibirnya, rekan Edmund dan semua yang ada disitu merasa tak enak. Sebab mereka merasa jika Daniel tengah menyinggung Grace dan Edmund.
Edmund yang tadinya ingin mempermalukan sang anak, kini malah merasakan senjata makan tuan. Bahkan Grace terlihat amat sangat tidak nyaman, teman-temannya pun demikian. Karena memang pada kenyataannya mereka berlabuh dari satu pria kaya ke pria kaya lainnya. Sampai ada yang menghamili atau menikahi.
"Lucunya. Pas gue ke agency itu, gue menemukan sebuah kejanggalan."
Daniel kembali berujar memecah keheningan. Rekan Edmund yang sudah tidak enak hati itu, masih berusaha menanggapi. Sementara Grace dan Edmund mulai tak karuan.
Daniel sudah tidak peduli lagi, meski kini Grace sedang hamil. Lagipula salah Edmund sendiri, yang mencoba menyerang duluan, padahal Daniel tak ingin terlibat cekcok.
"Kejanggalan maksudnya gimana?" tanya rekan Edmund.
"Agency itu katanya hanya menerima pria single."
Wajah Edmund memucat, ia tak menyangka jika Daniel akan sebegitu berani membahas hal tersebut.
"A, iya memang harus single." ujar rekan Edmund.
"Tapi malam itu ada laki-laki beristri, yang istrinya lagi hamil. Mau mencari daun muda, buat dijadikan simpanan."
Mendadak semua kembali terdiam. Yang mengetahui peristiwa itu kini mulai saling menatap satu sama lain.
"Aaaa, ya mana bisa begitu. Serakah sekali orang itu, udah beristri masih aja." ujar rekan Edmund lagi. Tanpa ia sadari jika Daniel tengah menyindir ayahnya.
Sementara wajah Edmund sudah mirip udang rebus, Grace sendiri seperti feeling pada sang suami. Richard dan Ellio saling bersitatap, Lea tetap makan dengan wajah tanpa dosa. Ia tak mengurusi permasalahan yang tengah terjadi diantara mereka.
"Gue duluan." ujar Grace pamit kepada temannya. Tak lama kemudian, Edmund pun menyusul. Meja kembali kondusif, banyak rekan sesama pebisnis yang akhirnya mengajak Daniel mengobrol. Lalu canda tawa pun pecah disana.
"Gila lo, bro. Tapi gue suka liat muka bokap lo tadi." ujar Ellio, setelah mereka selesai makan dan kini beralih ke sudut lain.
"Sama." ujar Richard.
Daniel tersenyum sangat tipis disalah satu sudut bibirnya.
"Maksudnya, gue tetap menghormati bokap lo. Tapi sebagai temen, gue jujur marah banget sama bokap lo. Terhitung sejak dia ngotot nikahin Grace, padahal dia udah dikasih tau kalau Grace itu mantan lo. Bahkan nggak ada kata selesai saat itu, hubungan lo sama dia gantung aja." ujar Ellio.
"Iya, gue juga juga bukan nggak menghormati. Cuma kesel aja kalau inget waktu itu." timpal Richard.
"Makanya tadi gue seneng banget liat muka bokap lo kayak udang rebus." lanjutnya lagi.
"Kadang orang tua itu emang harus diingetin dikit, kalau mereka udah bau tanah." ujar Daniel seraya mereguk habis minuman yang ada di tangannya.
"Lo nggak mau balik?" tanya Ellio.
"Ini mau balik, nunggu si bocah keluar dari toilet dulu. Lama banget." ujar Daniel.
Tak lama kemudian Lea pun keluar dari dalam toilet dan menghampiri Daniel, Richard serta Ellio.
"Kita pulang." ujar Daniel kemudian.
Lea mengangguk.
"Gue juga langsung cabut ya, bro." ujar Richard.
"Gue juga." timpal Ellio.
"Ya udah lo berdua ati-ati." ujar Daniel.
"Sip." jawab mereka berdua diwaktu yang nyaris bersamaan.
Richard dan Ellio berjalan, Daniel kini menoleh ke arah Lea dan ternyata Lea tengah melambaikan tangan ke suatu arah. Daniel melihat ke arah tersebut.
"Hans?"
"Om Daniel, bilang sama om Ellio. Keponakannya menggetarkan jiwa." ujar Hans pada Daniel sambil tertawa. Daniel mendadak dongkol, namun memaksakan sebuah senyum. Karena ayah Hans adalah investor di perusahaannya.
"Bye Lea, by om."
Daniel mengangkat tangannya.
"Bye Hans." ujar Lea ramah.
Setelah Hans berbalik, Daniel buru-buru menarik Lea dan membawanya ke mobil.
"Tadi, kamu nggak tersinggung kan soal omongan si kakek tua itu." tanya Daniel pada Lea ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Ia sejatinya ingin menanyakan hal ini sejak tadi, namun baru dapat kesempatan sekarang.
"Nggak koq om, biasa aja." jawab Lea.
"Serius?"
"Iya dong, ngapain juga dipikirin."
"Kamu nggak marah dikatain open B.O?" tanya Daniel lagi.
"Emang itu tadi ngatain saya?"
"Iya."
"Apaan open B.O?. Bimbingan orang tua?" tanya Lea
Daniel menghela nafas, antara ingin tertawa namun menjaga wibawa. Dari raut wajahnya, sepertinya Lea memang tidak mengetahui apa itu open B.O. Karena memang selama ini pun Lea tidak pernah berteman dengan orang-orang yang menjual diri. Disekolah saja ia hampir tak memiliki teman. Makanya saat disinggung tadi oleh Edmund, ia sama sekali tidak tersinggung.
"Ya udah kalau kamu nggak tersinggung." ujar Daniel seraya menghidupkan mesin mobil.
"Mbak-mbak hamil itu istrinya si kakek tua kan, om?"
Tiba-tiba Lea mengeluarkan pertanyaan yang membuat Daniel terhenyak. Ia terdiam sejenak, lalu menjawab.
"Iya." ujar Daniel kemudian.
"Itu mbak-mbak biasa aja tau om, mukanya."
Daniel makin terhenyak, ia kini menoleh dan menatap Lea dalam-dalam.
"Secantik itu kamu bilang biasa aja?"
"Emang biasa aja." ujar Lea.
Daniel tak tau jika mata Lea mengalami katarak dini.
"Mata om kali, ketutupan kabut cinta." Seloroh Lea. Daniel hanya diam, lalu menginjak pedal gas mobil.
"Jadi dia yang bikin om bucin setengah mati, sampe tadi saya disuruh pulang?"
Daniel tetap bungkam dan kian menekan pedal gas mobilnya.
and yes, kurang suka bagian daniel nyingkat nama lea, apaan banget dipanggil "le"? ubur² ikan lele?? 🤭
masih nunggu ya lanjutannya thor