Transmigrasi Ratu Mandul

"Apa yang ada di dalam ramuan itu?!" Tanya Alaric.

Anya menyungging senyum samarnya, berbeda dengan Viviene yang tampak terkejut, bagaimana Alaric bisa mengetahui tentang minuman itu.

"Izinkan saya berbicara yang mulia" Seorang wanita tua yang merupakan tabib istana melangkahkan kakinya mendekati Alaric.

"Katakan!"

"Maafkan aku tapi yang mulia ratu benar, minuman yang di racik mengandung bahan bahan yang dapat mengugurkan janin dan menunda kehamilan" Ungkapnya.

Anya semakin tersenyum puas dengan kejujuran wanita tua itu.

Alaric beralih menatap kepala pelayan yang tampak menunduk ketakutan.

"Beraninya kau?!"

"Dia bohong!" Viviene berteriak tak terima.

"Diam!" bentak Alaric.

Viviene mengantupkan bibirnya yang bergetar rapat rapat, sudah di pastikan bahwa ibunya berada dalam bahaya.

"Yang mulia ampuni aku!" Anna bersujud di hadapan kaki Alaric membuat semua orang sangat terkejut, Viviene bahkan semakin menangis melihat ibunya

"Kau meracuniku istriku dengan minuman itu?! Ingin mati?! hah?!" Bentaknya lagi lagi.

Amber dan Sofya tampak terkejut dengan pengakuan tabib, bagaimana orang seperti Anna yang dikenal sebagai orang baik dan diberikan kepercayaan penuh bisa melakukan hal ini.

"Yang mulia ampuni aku!" Isak Anna.

"Kau meracuni istriku kan sialan?!"

Viviene menangisi keadaan ibunya yang tampak bersujud ketakutan, ia juga semakin takut akan hal ini, ibunya tak akan lolos dari hukumannya.

"Kau selalu memberi Anya minuman itu setelah kami berhubungan, benar kan?! Kau melakukan ini agar aku menikahi putrimu?!"

"T-tidak yang mulia"

"Mengakulah sialan! atau aku akan memenggal kepalamu!" Ancam Alaric.

Anya terdiam menyaksikan Alaric dengan segala amarahnya, ia merasa sangat kasihan karena anya menerima perlakuan seburuk ini.

"Alaric? B-bagaimana mungkin kepala pelayan melakukannya?" Tanya Sofya tak percaya.

"Aku tau Anya mendapatkan minuman itu, tapi tak sampai pada pikiranku bahwa ada yang berniat jahat" Balasnya.

"Anna aku sudah mempercayaimu tapi apa ini?!" marah Sofya.

"Yang mulia? Aku tidak akan pernah berani untuk melakukan hal sebesar ini sendirian, seseorang membantuku dan memberiku ramuan itu" Isak kepala pelayan.

Semua orang semakin terperangah kaget, ada orang lain dibalik semua ini ternyata.

"Katakan siapa?!" Teriak Alaric

"T-tolong ringankan hukumanku yang mulia" Mohonnya.

"Hiks ibu" Isak Viviene.

"Katakan sialan! Siapa yang melakukannya?"

Sett

Jleb...

"Akkhhh!"

"Ibu!"

Teriakan dari berbagai arah di suarakan saat anak panah melesat cepat dan menghunus leher Anna sang kepala pelayan.

Alaric lekas menoleh ke arah atap istana, seorang berjubah hitam tampak turun tergesa.

"Kejar!" Teriak Alaric.

Beberapa penjaga dan pengawal istana tampak berhamburan mengejar orang misterius.

"Ibu! Ibu!" Viviene berujar panik mendekat pada tubuh ibunya yang terjatuh dibawah, darah yang mengalir deras pada leher dengan anak panah yang masih menancap sempurna.

para pekerja istana, pelayan serta Kasim menyaksikan kejadian mengerikan ini, gumaman gumaman tak percaya terdengar dari beberapa orang disana, siapa yang melakukan hal keji ini?

"Ya tuhan siapa yang melakukannya?"

"Ini pembunuhan berencana"

"Astaga mungkin saja ini konspirasi"

"Ya ampun kasihan sekali"

"A-apa yang terjadi?" Sofya dan amber tampak sangat terkejut.

"Dia mati? Dia dibunuh?!" Ucap amber panik.

Eric hanya diam dan menatap datar momen ini, matanya terus terfokus pada Anya didepan sana

Anya membeku di tempatnya, tubuh yang terasa kaku dengan jantung yang berdegub kencang, keringat juga membasahi pelipis serta dahinya, ini adalah kali pertama ia menyaksikan seseorang di bunuh didepan matanya , caranya pun sangat tidak manusiawi.

Tenggorokannya terasa tercekat dengan pandangan yang mengabur, Anya masih bisa mendengar Viviene berteriak histeris memanggil ibunya, kepalanya terasa sangat pening hingga ia jatuh setelahnya.

"Anya!" Alaric menangkap Anya kaget, wanita itu jatuh pingsan setelah melihat kematian Anna.

Eric pun ikut panik dan mendekati Anya di dalam dekapan Alaric , ia harus memastikan keadaan Anya di sana.

"Anya?" Panggil Eric.

"Menjauhlah dari istriku sialan!" Umpat alaric.

Keduanya berjongkok dan saling beradu tatapan sengit diantara tubuh Anya yang lemas tak bertenaga.

"Aku hanya ingin memastikan keadaan Anya" Katanya.

"Eric?!" Amber menyahut.

"Berdiri dan menjauh dari Anya!" Perintah sang ibu.

Lagi lagi Eric masih menelusuri wajah cantik Anya yang masih tak sadarkan diri, berdiri perlahan dan mulai menjauhi Anya juga Alaric.

"Cari orangnya!" Teriak Alaric lantang, pria itu menggendong Anya dan berjalan menjauhi kerumunan.

"Ibu hiks ibu!" Isak Viviene.

"Itu berarti Viviene melakukan kecurangan!"

"Jangan jangan dia sama jahat seperti ibunya"

"Sepertinya begitu"

Entah bagaimana Viviene menghadapi pandangan orang orang terhadap dirinya sekarang, satu satunya orang yang melindunginya sudah mati.

"Ibu!!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Anya bangunlah!" Alaric menggengam tangan Anya erat, wanita itu masih tak sadarkan diri setelah mendapatkan perawatan.

Ia semakin merasa bersalah pada Anya, selama ini dirinya selalu menuntut wanita tak bersalah ini untuk segera hamil, bahkan ia tak ingin tahu hal sulit apa yang di dapatkan ratunya, Alaric menyadari dirinya terlampau egois.

"Maafkan aku Anya, ini salahku" Sesalnya, sesekali Alaric mencium tangan Anya penuh kelembutan.

"Yang mulia raja?" Panggil seorang laki laki muda dari belakang.

"Bagaimana? Apa kalian sudah menemukannya?"

"Maafkan kami yang mulia raja, kami kehilangan jejaknya"

"Sialan!" Umpat alaric.

"Maafkan kami yang mulia"

"Kalian awasi semua orang yang mencurigakan!"

"Baik!"

Alaric kembali beralih pada Anya, wanita itu masih tak menunjukkan tanda tanda siuman.

"Bangunlah Anya, bangun sayang" Pintanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di tepi aliran sungai yang deras seseorang melepas penutup wajah berwarna hitam yang ia pakai, melempar benda itu ke sungai di susul senjata jenis panah beserta busurnya.

"Aku terlalu gegabah, bagaimana kalau ada yang menyadari hal ini?" Gumamnya.

Disisi lain....

"Hiks ibuku, dia tidak bersalah" Isak Viviene.

"Katakan siapa yang menyuruh ibumu?" Tanya Sofya.

"A-aku tidak tau yang mulia" Isaknya.

"Mustahil kau tidak tau, itu aneh!" Tambah amber.

"Aku benar benar tidak tahu, maafkan aku"

Sofya tampak menggeram marah, belum sempat Anna melanjutkan kalimatnya untuk mengatakan siapa yang membuat Anya mandul selama ini tetapi wanita itu sudah di bunuh saja.

"Viviene lebih baik kau jujur atau aku akan memerintahkan Alaric untuk menghukummu!" Ancamnya.

"Aku benar benar tidak tahu yang mulia , ibuku sengaja menyembunyikan hal ini" Katanya.

"Yang mulia kurasa sudah cukup, biarkan saja Alaric yang mengurus wanita ini" Lerai amber.

"Aku tidak menyangka, kemandulan Anya bisa saja hanya rekayasa, wanita itu mungkin sebenarnya bisa memberiku keturunan" Kata Sofya.

"A-aku mengandung anak raja yang mulia, aku mengandungnya" Kata Viviene.

"Itu semua karena ibumu!" Bentak Sofya.

Viviene semakin terisak histeris, kehidupannya hancur dalam sekejap, bahkan Sofya yang dulu selalu membelanya kini berbalik membenci dirinya.

"Dasar manusia serakah!"